Laman

Minggu, 01 Januari 2017

Resolusi PBB dan Perjanjian Damai Israel-Palestina!

Beberapa minggu terakhir ini, media sangat ramai memperbincangkan mengenai pembangunan pemukiman Yahudi di Yerusalem Timur yang menuai kecaman bangsa-bangsa. Sekitar 430 ribu warga Yahudi tinggal di Tepi Barat sementara 200 ribu warga Yahudi tinggal di Yerusalem timur yang dianggap oleh Palestina sebagai ibu kota masa depan negara itu.


Seperti yang kita ketahui bahwa pembangunan itu dikecam oleh PBB, karena dianggap dapat mengganggu perdamaian kedua negara.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sendiri  mengklaim bahwa Presiden Barack Obama dan Menteri Luar Negeri AS John Kerry berada di balik langkah Dewan Keamanan PBB tersebut. Dengan memutuskan untuk tidak memveto langkah PBB itu, Washington membuat marah Israel.
Netanyahu menuduh Obama meninggalkan sekutu dekatnya di Timur Tengah itu di akhir masa jabatannya sebagai presiden. Resolusi PBB itu lolos dengan dukungan dari 14 anggota Dewan Keamanan lainnya dengan diiringi tepuk tangan riuh di ruang sidang.
Dengan demikian, komitmen AS untuk terus mendukung Israel sepertinya telah memudar. Hal ini sebenarnya sudah bisa kita ketahui dari beberapa pernyataan  langsung presiden Barack Obama sebelumnya.
Sebelum Resolusi itu muncul, pejabat senior Israel telah menghubungi tim transisi Donal Trump untuk turun tangan. Presiden Mesir memerintahkan delegasinya di PBB untuk menunda pemungutan suara atas resolusi yang dimotori sendiri oleh Mesir, setelah mendapat telefon dari Trump. Sayangnya, resolusi tersebut tetap dikeluarkan.
Selang beberapa hari Netanyahu memanggil wakil 10 dari 14 negara lain yang mendukung resolusi tersebut. Ia juga memerintahkan pembatasan hubungan sementara dengan 12 negara anggota Dewan Keamanan PBB yang menyetujui resolusi tersebut.
Malam harinya Netanyahu mengunjungi Tembok Yerusalem untuk merayakan hari keagamaan Yahudi, Hanukkah.
“Saya bertanya kepada negara-negara yang mengucapkan selamat Hanukkah kepada kita, bagaimana bisa mereka mendukung resolusi PBB yang menyatakan bahwa tempat kita merayakan Hanukkah ini adalah wilayah pendudukan. Tembok bagian Barat bukan daerah pendudukan. Kompleks Yahudi bukan daerah pendudukan…Jadi kami tidak menerima resolusi ini. Kami yakin dengan masa depan kami, seyakin masa lalu kami,” katanya.
Upaya Damai Israel – Palestina
Negara-negara Uni Eropa bersatu pada mendukung perdamaian antara Israel dan Palestina, tetapi masih gagal. Sebelumnya, pada Juli yang lalu, Mesir juga telah berupaya menengahi perjanjian damai kedua negara. Saat itu pemerintah Mesir melalui Sameh Shoukry selaku Menteri Luar Negerinya, mengunjungi Israel. Israel sendiri menyambut tawaran ini. Hanya saja Netanyahu menyampaikan kepada Palstian untuk berunding secara langsung.
Pada tanggal 15 Januari mendatang, akan diadakan konferensi perdamaian di Prancis yang akan diikuti oleh perwakilan 70 negara. Pihak Israel sendiri tidak sepakat dengan pertemuan ini, sebab hanya akan menghakimi Israel dan orang-orang Yahudi. Netanyahu memang kuatir beberapa negara akan mendukung resolusi PBB itu.
Perjanjian damai Israel dan Palestina memang sudah dinubuatkan Alkitab. Dan jika melihat apa yang terjadi di luar sana hari-hari ini, sepertinya nubuatan itu sedang menuju penggenapannya. Dari masa ke masa, telah muncul beberapa perjanjian damai kedua negara yang dimotori oleh beberapa negara lain, tetapi tetap saja saling klaim terjadi, bahwa masing-masing negara dianggap melanggar perjanjian tersebut.
Alkitab berkata bahwa pada akhirnya Israel akan meneken perjanjian tersebut demi hadirnya Bait Suci yang mereka impikan ribuan tahun. Daniel 9:27 menuliskan bahwa perjanjian tersebut nantinya akan ditegaskan oleh sang Antikristus.
And he “shall confirm” (גּבר : gâbar) the covenant with many for one week: and in the midst of the week he shall cause the sacrifice and the oblation to cease, and for the overspreading of abominations he shall make it desolate, even until the consummation, and that determined shall be poured upon the desolate.
Pemerintah Israel sendiri tetap bersikukuh bahwa pembangunan tersebut dibangun di atas tanah mereka. Yerusalem timur memang menjadi sengketa, terlebih saat ini persiapan pembangunan Bait Suci ke-3 sudah sangat siap.
Baru–baru ini Yaakov Hayman, kepala Yishai, sebuah LSM yang didedikasikan untuk mengembalikan ibadah Yahudi di Temple Mount, sedang mempersiapkan ibadah di lokasi Bait Suci ini.  Ia telah mengirimkan peta survei kepada pemerintah Israel untuk membangun empat sinagoge di setiap sudut Temple Mount.
Hal ini dilakukan karena akses ke Temple Mount untuk berdoa sangat sulit. Dalam setahun terakhir hanya 14.000 orang Yahudi yang diijinkan berdoa di sana. Pembangunan sinagoge ini akan  membantu mewujudkan agar orang-orang Yahudi bisa beribadah di Temple Mount.

Sumber :
catatanakhirzaman.com



Tidak ada komentar:

Posting Komentar