Penglihatan Caroline (31 tahun), seorang perempuan Haredim (Yahudi Orthodox) dibuka dengan sebuah kereta kuda surgawi. Sepanjang cerita yang dituturkannya, Caroline kesulitan menemukan kata-kata yang tepat untuk menggambarkan apa yang dia alami, karena pengalamannya ada di luar kehidupan normal. Dia menggambarkan dirinya berada di “dunia lain.”
Kesaksian Caroline dijadikan video berdurasi 30 menit yang diproduksi oleh organisasi B’hagvei HaSela. Nama ini berasal dari ayat Alkitab, yang artinya “Celah-celah Gunung Batu.”
Kid 2:14 Oh merpatiku di celah-celah gunung batu, di persembunyian di tempat yang curam, perlihatkanlah dirimu, perdengarkanlah suaramu! Sebab suaramu merdu, dan penampilanmu elok!”
Pada beberapa menit sesudah pembukaan, video kesaksian Caroline menjadi sangat mengerikan. Dia menceritakan pengalamannya dengan suara bergetar dan sesekali terisak, menggambarkan kerumunan sangat banyak manusia yang ada dalam suatu aula transparan, mengalami “pukulan-pukulan dahsyat, mereka mendapatkan cambukan-cambukan yang luar biasa, siksaan. Mustahil untuk menggambarkannya!”
Penuturan pengalaman pribadinya cukup panjang dimana dia menceritakan bagaimana jiwanya dihakimi dan rasa malu yang tidak dapat digambarkan menenggelamkan dirinya. Kira-kira 18:30 menit dari video, Caroline menyebutkan nubuat mengenai kedatangan Messias yang sangat segera.
Kemudian Caroline menceritakan penglihatan mimpi lainnya, penglihatan universal yang dia dapatkan beberapa minggu kemudian. Dalam penglihatan itu, dia melihat tsunami raksasa terjadi di seluruh dunia, di negara mana pun, kecuali Tanah Israel. Kehancuran akibat tsunami ini kemudian diikuti kekacauan global dan peperangan.
Di dalam Israel, dia menggambarkan orang-orang berlari dan berlari, sementara ribuan roket dan rudal-rudal Scud meluncur di atas kepala  diiringi “sirene-sirene dan kekacauan yang tidak bisa digambarkan.” Dalam penglihatan kekejaman yang luar biasa dan mengguncangkan, dia melihat ISIS memenggal kepala orang-orang, menikam dan membantai anak-anak. Banjir darah dan mayat-mayat bertumpuk-tumpuk di mana-mana.
Di tengah-tengah kekacauan itu dia mendengar suatu suara berbicara kepadanya dari surga,
“Beginilah yang akan terjadi 3 jam terakhir sebelum kedatangan Mashiach!”

Video Penglihatan Caroline dan Transkrip

Depresi Pasca Melahirkan

Namaku Caroline (Talia) dan aku berumur 31 tahun.
Kira-kira 5 bulan lalu, aku mengalami semacam pengalaman di luar tubuh lahiriah. Aku seorang wanita Haredi (Yahudi Orthodox) sejak lahir. Ketika aku masih gadis kecil, aku seringkali bermimpi. Kadang-kadang aku bermimpi ada bersama orang-orang yang telah meninggal sejak lama, dan kadang-kadang dengan orang yang barusan meninggal, kadang aku bermimpi dengan orang pada hari yang sama ketika mereka meninggal.
Dua bulan sesudah aku melahirkan, aku mengalami masa yang sangat sulit. Aku ada dalam semacam depresi, depresi pasca melahirkan yang sangat dalam, dan amat sangat sulit bagiku untuk keluar dari semuanya itu.
Dan aku selalu mengeluh, aku mengeluh kepada HaShem (Elohim) terus-menerus, tanpa henti, berkata, “Kenapa aku tidak bisa berperan seperti ibu yang normal, kenapa aku tidak bisa mengatur rumahku, kenapa aku tidak bisa memasak, dan kenapa aku tidak punya kekuatan bagi anak-anakku.” Aku kehilangan keinginan untuk hidup.
Pada minggu yang sama, aku merasa bahwa seseorang ada di dalam rumahku, bahwa ada sesuatu yang menakutkan yang sedang bergerak cepat di sekitarku. Dan aku terus-menerus melihat figur kegelapan ini, itu seperti makhluk gelap yang berlari melewati kamu dengan cepat.
Aku mengalami beberapa kali, bahkan di tengah malam ketika aku terbangun untuk pergi ke kamar mandi atau memeriksa anak-anak, aku melihat makhluk ini berlari melintasi rumahku.
Ketika suamiku menyadari apa yang sedang aku alami dia berkata kepadaku, “Kamu tahu Caroline!? Ayo! Marilah pergi keluar, kita akan pergi berjalan-jalan, kamu bisa menghirup udara segar dan bisa sedikit berbelanja.”
Aku bilang, “Oke baik, ayo pergi.”
Jadi kami pergi ke naik mobil, dan sementara kami berkendara, aku mendapati diriku mengomel kepada HaShem (Elohim) di sepanjang perjalanan. Aku marah dan gugup sebelum aku pergi, dan sepanjang waktu marah-marah menggerutu tanpa henti, dan membuat semua menjadi semakin buruk. Sesudah kami akhirnya pergi, kami terjebak kemacetan.
Kami tidak pernah bisa pergi besama, kami harus menyewa seorang baby sitter, yang datang terlambat! Aku tidak punya kekuatan! Dan anak-anak membuat aku menjadi gila! Dan aku tidak bisa mengatur mereka!
Itu sampai pada titik dimana aku mengeluh sedalam-dalamnya, mengomel terus-menerus sepanjang perjalanan. Kami tiba di tempat tujuan, kami berbelanja sedikit, dan kemudian kami pulang kembali ke rumah. Aku terus kepahitan dengan diriku sendiri.
Dan kemudian ada seorang wanita yang membuat aku sangat marah, dan aku mengucapkan Lashon Hara (perkataan jahat) kepadanya. Juga pada minggu itu anak-anakku tidak membiarkan aku bisa tidur. Aku tidak bisa tidur karena mereka sepanjang minggu. Tiap 10 menit anak-anakku bergantian membangunkan aku waktu malam.
Di tengah malam sementara aku bangun untuk mengganti popok bayiku, ketika aku mengganti popoknya, aku merasa seseorang sedang berdiri di belakangku. Aku dapat merasakannya dengan perasaanku. Apa yang kurang hanyalah dia tidak menjamahku untuk memastikan ini.
Aku sedang mengganti popok bayiku, dan aku terlalu takut untuk berpaling, lalu tiba-tiba aku mendengar anakku berteriak sejadi-jadinya, tangisan yang tidak normal untuk seorang bayi! Berteriak-teriak ketakutan sambil bercucuran air mata, dan aku tahu dia sangat ketakutan oleh makhluk yang ada di belakangku, aku tahu ini dengan pasti.
Aku mengangkat bayiku, karena dia menangis, aku berkata kepadanya, “Apa yang terjadi kepadamu sayang? Kenapa kamu menangis?” Aku berusaha menenangkan dia, tapi dia kaku membatu! Aku bahkan tidak bisa menggerakkan kakinya atau memiringkan kepalanya supaya berbaring kepadaku, tidak bisa!
Anak ini menjadi kaku seperti batu, dan dia menangis sekuat-kuatnya, dan aku tidak bisa menenangkan dia atau menggerakkan tangan kakinya, dia kaku, seperti batu!
Keesokan paginya, satu-satunya hal yang ingin aku lakukan hanyalah tidur. Dan siapa pun yang mengenal suamiku tahu bahwa dia tidak pernah melewatkan satu hari pun tanpa bekerja, bahkan pada waktu dia sakit demam, dia tetap bekerja.
Aku tidak tahu pasti kenapa, tapi aku lihat dia duduk dengan sebuah buku terbuka, sedang mempelajari Torah. Aku memandangi dia, dan aku tidak akan berbohong, aku tidak perduli dengan alasan kenapa dia tidak pergi bekerja.
Hal pertama yang ingin aku lakukan hanyalah pergi ke tempat tidur. Aku lihat suamiku tidak pergi, aku benar-benar terkejut dia tidak pergi bekerja, tapi aku tidak bicara apa-apa, sementara aku pergi ke kamar tidur dan naik ke kasur.
Dan kemudian aku melihat sebuah mimpi… aku pikir itu adalah…

Pengalaman di Luar Tubuh

Lalu aku melihat kereta ini, kereta yang sangat besar dan salah seorang kerabatku ada di dalamnya, dan aku melihat dia berbaring di dalam kereta ini. Dia dan beberapa orang lain seperti mereka sedang ditarik.
Lalu aku menyadari bahwa apa yang aku lihat bukan benar-benar dirinya, tetapi bagian dari jiwanya. Sangat sulit bagiku untuk menjelaskan apa yang aku maksud dengan “jiwa” — Aku tidak tahu bagaimana menjelaskannya… Pada dasarnya aku melihat emosi-emosi, dia kelihatan seperti suatu emosi!
Itu seperti ketika seseorang merasa takut, dan aku bisa melihat emosi itu, dia menjadi suatu emosi. Aku melihat kesusahan-kesusahannya, lalu aku diberi tahu, “Katakan kepada orang ini bahwa jika dia terus seperti ini, maka tidak akan ada seorang pun yang bisa menolong dia, karena jika dia tidak menolong dirinya sendiri, maka tidak ada yang bisa.”
Aku bilang, “OK.”
Sepanjang waktu itu aku berpikir aku sedang bermimpi. Aku yakin bahwa aku sedang dalam suatu mimpi. Aku mulai berjalan dan aku bahkan tidak menyadari bahwa aku sedang ada dalam dunia yang lain.
Aku melihat seperti aula besar, sangat besar dan di dalam aula ini aku melihat aula lain yang transparan, dan aku melihat sangat banyak dan amat sangat banyak orang, sebagian yang aku kenal dan sebagian yang aku tidak kenal, sebagian masih hidup dan sebagian sudah meninggal.
Aku melihat di dalam aula transparan ini, orang-orang yang menerima pukulan-pukulan yang mengerikan, mereka mendapat cambukan-cambukan yang hebat, siksaan.
Mustahil! Sangat mustahil untuk menggambarkan, mereka hancur, tangan-tangan mereka, kaki-kakinya, pada dasarnya mereka terkoyak-koyak! Dan aku melihat bagaimana mereka ditekuk, dipecah-pecahkan seluruh tubuh mereka. Dan aku menyaksikan ini dan berkata, “Kenapa mereka disiksa seperti ini? Apa yang terjadi kepada mereka?”
Lalu suatu suara di dalam kepalaku berbicara, “Kamu lihat orang-orang ini?” Dan aku berkata kepada diriku sendiri, “Ya.” Aku berkata kepada diriku sendiri.
Lalu mereka berkata kepadaku, “Orang-orang ini melakukan perzinahan, mereka melakukan dosa-dosa nafsu birahi, mereka terikat kepada kesenangan-kesenangan dosa, mereka menumpahkan sperma mereka dengan sia-sia, mereka mencemarkan mata mereka dengan situs-situs porno, mereka tidak senonoh, mereka semuanya – itu sebabnya kenapa mereka dihajar!
Aku memandangi lebih jauh dan berkata, “Aduh… begitu mengerikan! Begitukah mereka (algojo) menghukum mereka?!”
Aku sangat terguncang! Karena aku tidak dapat memahami (kenapa) tingkat penghukuman mereka begitu drastis, dan aku mencoba menolong mereka tapi aku bahkan tidak dapat mencapai mereka, seperti aku berdiri terpaku.
Lalu aku dengar sebuah ponsel berdering, aku melihat ponselku dan aku mencoba menjawabnya tetapi aku tidak bisa. Aku mencoba meraih ponsel itu tapi aku tidak dapat. Itu seperti tanganku menembus melalui ponsel itu, aku mencoba menjawabnya tetapi aku tidak bisa.
Lalu aku melihat nenekku dan dia berkata kepadaku, “Kamu tidak sedang berada di sini atau di sana!”
Saat inilah aku menjadi ketakutan, inilah ketika aku menyadari bahwa aku tidak sedang bermimpi! Ini bukan mimpi!
Lalu aku berkata, “Apa artinya tidak berada di sini atau di sana?!” Kembalikan aku ke tubuhku, apa artinya ini?!” Lalu aku melihat tubuhku berbaring di tempat tidur dan aku mulai berteriak, “Kembalikan aku ke tubuhku! Kenapa aku di sini?”
Dan tidak ada seorang pun yang memperhatikan aku. Lalu aku mulai merasakan ketakutan yang luar biasa, seperti… Aku tidak bisa menggambarkannya, ketakutan yang ekstrem, hampir-hampir seperti aku adalah ketakutan itu sendiri…
Dan aku melihat layar yang tiba-tiba diturunkan ke hadapanku, layar raksasa ini turun, lalu aku mulai menyaksikan seluruh kehidupanku dan aku berusaha berpaling darinya tapi aku tidak bisa. Aku mencoba menutup mataku tapi aku tidak punya mata untuk ditutup! Dan aku tidak bisa, aku mencoba melarikan diri tapi aku tidak bisa!
Dan aku melihat seluruh episode kehidupanku ketika aku masih seorang gadis kecil, semua situasi-situasi ini, lalu aku melihat diriku mengucapkan lashon hara (ucapan jahat) dengan suamiku tentang perempuan itu. Dan mereka memandang kepadaku. Aku bahkan tidak tahu apa yang sedang memandang (kepadaku)… ya, sesuatu yang spiritual sedang memandang kepadaku dan berkata, “Kamu lihat perempuan ini? Kamu harus sangat berhati-hati untuk tidak mengucapkan Lashon Hara, kamu harus sangat berhati-hati untuk tidak melukai orang Yahudi lain, jadi kenapa kamu melakukan seperti ini?! Kenapa kamu mengucapkan Lashon Hara (perkataan jahat/busuk)?”
Lalu aku mulai berteriak, “Aku tidak akan akan mengucapkan Lashon Hara! Aku berjanji aku tidak akan mengucapkan Lashon Hara, aku akan bertobat, aku berjanji bahwa aku akan bertobat!!”
Lalu aku ditenggelamkan dalam ketakutan, “Kamu mulai menyadari bahwa … ketakutan yang lebih dalam dari yang bisa digambarkan dengan kata-kata, kamu ketakutan, kamu begitu takut, mengkerut, dari luar ke dalam dan tidak tahu bagaimana memahami situasi. Kamu mulai menjadi gila dan ingin melarikan diri, tapi tidak ada cara untuk melakukannya…
Lalu aku melihat putera sulungku berdiri di hadapanku, lalu aku melihat dan berkata, “Apa yang dia lakukan di sini? Apa yang dia lakukan di sini? Kenapa dia di sini?” Kemudian aku mulai berteriak histeris, aku melihat kepadanya dan aku berkata, “Kenapa dia di sini? Kenapa dia di sini?”
Lalu aku diberitahu, “Kamu lihat anak ini, anak kecilmu ini? Dia punya jiwa yang sangat lembut dan kamu membentak-bentak keras kepadanya, kamu menusuk jiwanya!”
Di saat inilah aku hancur, aku tidak dapat menanggungnya. Aku dapat melihat momen ketika aku masuk mobil bersama suamiku, dan aku melihat seberapa banyak aku bersungut-sungut kepada HaShem (Elohim)… Seberapa banyak aku berkata-kata melawan HaShem. Aku mulai merasa malu.
Aku begitu malu… aku mulai menciut. Aku melihat diriku berbicara kepada HaShem, “Kenapa Engkau melakukan ini kepadaku?” Dan segala sesuatu lain yang aku sungut-sungutkan. Aku merasa malu, rasa malu ini, dan aku tahu sangat banyak orang, seluruh dunia sedang memandang kepadaku, aku tidak tahu bagaimana menjelaskan itu. Itu seperti seluruh dunia sedang memandangi kepadaku!
Aku melihat bahwa semua orang sedang memandangi, dan aku tidak tahu siapa, semuanya memandangi. Dan itu seperti, ada banyak dunia-dunia dan lebih banyak dunia-dunia yang lebih tinggi (memandangi aku), dan aku melihat mereka meluas lebih jauh, dan aku mendengar bisik-bisik kepadaku… seperti mereka berbicara tentang aku. Aku tidak tahu bagaimana menggambarkan itu.
Lalu aku menjadi semakin malu, benar-benar malu sepenuhnya dan diperiksa secara mendetail… dan itu tidak seperti rasa malu mana pun yang seseorang pernah rasakan di dunia ini… ketika orang-orang mempermalukan kamu, mempermalukan kamu di depan umum. Bukan, rasa malu ini lebih seperti ingin mati karenanya! Kamu bahkan tidak ingin ada, kamu tidak ingin ada di mana pun, seperti ingin menghilang ke dalam ketidak-adaan. Dan rasa malu ini semakin intensif dan semakin dalam dan semakin dalam.
Dan aku melihat diriku sendiri dan aku berkata, “Apa yang salah denganku? Kenapa aku seperti ini? Aku mulai berbicara kepada diriku sendiri, sementara aku melihat ini. Dan aku panik bahwa mereka akan mengungkapkan lebih banyak dan lebih banyak lagi hal-hal tentang diriku dan aku berkata, “Aku mohon, tolong jangan perlihatkan ini kepadaku. Aku mohon, jangan perlihatkan ini kepadaku! Aku ingin kembali kepada tubuhku! Aku ingin kembali! Aku tidak ingin mati, tolonglah aku!”
Namun tidak ada seorang pun yang menjawab, dan aku mulai meraung dan meraung, menangis seperti tidak bisa aku gambarkan, seperti seseorang yang meratap dalam keputusasaan. Tidak ada suara seperti ini di dunia ini, ini suara mendalam yang tidak kamu kenali di dalam dirimu sendiri, suatu raungan yang menggema sampai ke seluruh dunia atas. Dan aku tahu bahwa orang-orang benar (tzaddikim) ada di atas sana, aku tahu bahwa mereka ada di sana dan bahwa mereka tidak bisa mendekati aku.
Lalu aku merasakan ini seperti kesendirian, seperti kekosongan jiwa dan aku tidak ingin ini dialami siapa pun, untuk merasakan begitu kesepian, ditinggalkan. Semua orang-orang merasakan kesepian ini di dunia ini. Seperti jika seseorang melewati masa yang sulit, jika seseorang depresi, atau merasakan kesepian, tapi di sana kamu merasa kosong, aku tidak bisa menggambarkan betapa ekstremnya itu, dibuang dan diasingkan. Kamu tidak berdaya, kamu tidak punya siapa-siapa! Dan kamu mulai berteriak, “Aku mohon, tolong aku! Siapa pun, aku mohon! Tapi tidak ada jawaban, tidak ada jawaban, seperti tidak ada seorang pun yang perduli…
Ada dua orang benar (tzaddik) yang aku benar-benar terhubung secara spiritual di dunia ini: Baal Shem Tov, dan Baba Sali (Rabbi besar Yahudi). Aku berteriak, “Baal Shem Tov! Baal Shem Tov! Baba Sali! Tolonglah aku! Aku mohon, tolong aku! Tapi mereka tidak menjawab. Dan aku melihat semacam … dengan kepalaku menunduk dan segala sesuatu tampak begitu tinggi, ada hal-hal lain, ada banyak dunia-dunia dan seterusnya. Tidak ada seorang pun menjawab dan aku berteriak, “Baba Sali, tolonglah aku! Kenapa engkau tidak menolong aku? Kenapa engkau tidak memperhatikan aku?” Aku berteriak supaya seseorang menolong aku!
baal-shem-tov-baba-sali
Rabbi Baal Shem Tov (1698-1760) dan Baba Sali (1889-1984)
Lalu aku melihat orang-orang yang aku kenal, yang di dunia ini aku ajarkan kepada mereka “Hukum Penyucian Keluarga” (nidda). Aku mengajari mereka mengucapkan “Shema Yisrael” (Ulangan 6:4-9). Aku membantu banyak orang-orang untuk menguatkan mereka (dalam menjalankan Torah). Dan aku melihat mereka dan aku berkata, “Kenapa kamu tidak memberi tahu mereka bahwa aku mengajar kamu “Hukum Penyucian Keluarga” (nidda)? Kenapa kamu tidak mengatakan kepada mereka bahwa aku mengajar hal ini kepadamu?” Dan kepada orang lain aku mengatakan hal lain, dan setiap orang kelihatan, lewat begitu saja dan tidak memberi perhatian kepadamu, dan kamu merasa sendirian. Bahwa kamu tidak punya siapa pun.
Aku mulai menangis dan berteriak, “Seseorang aku mohon, tolong aku! Baal Shem Tov! Kenapa engkau tidak menjawab aku? Baal Shem Tov!” Aku berteriak kepadanya, “Baal Shem Tov! Tolonglah aku mohon! Aku mengemis kepadamu, jawab aku! Tolong aku!” Dan aku berteriak dan mereka tidak menjawab. Dan aku merasa hancur, “Apa?! Aku sendirian?!” Dan aku mulai menjadi gila, aku mulai menjadi gila! Aku menggerakkan kepalaku, tubuhku, dan menggerakkan diriku sendiri dan aku ingin seseorang menolong aku, tapi aku tidak bisa bergerak.
Kemudian aku melihat layar itu lagi, dan itu sekarang menunjukkan banyak hal-hal lain lagi tentang kehidupanku, dan kemudian aku mendengar orang-orang di luar, berteriak-teriak dan berkomentar tentang aku, “Dalam hal ini, dimungkinkan untuk memahami kenapa dia bertingkah laku seperti itu, dia masih muda. Inilah sebabnya…” Mereka mulai membela aku, mereka mulai mengatakan hal-hal baik tentang aku. Lalu aku mulai memandang ke depan dan berkata, “Siapa yang dapat menolong aku di sini? Kenapa tidak ada seorang pun menolong aku? Aku ingin kembali ke tubuhku. Aku ingin hidup, aku tidak ingin mati!”
Lalu ada titik di dalam hidupku dimana aku mengatakan Lashon Hara (ucapan jahat) tentang orang-orang Yahudi Ashkenazim dan Sephardim. Kadang-kadang tentang Chasidim. Lalu aku mendengar suatu suara yang berkata, “Jangan berbicara! Jangan menyebabkan perbantahan! Jangan menimbulkan perselisihan!” Lalu aku mulai menjadi malu kembali, dan lagi, dan rasa malu ini seperti, diperbaharui setiap waktu. Kamu merasa malu lagi dan lagi dan lagi. Kamu menciut di dalam dirimu tanpa tempat untuk menyembunyikan diri atau melarikan diri. Kamu tidak punya tempat untuk memalingkan kepala, kamu tidak punya tempat untuk dituju, dan aku tahu bahwa jika aku pergi ke satu tempat tertentu, aku tidak akan pernah kembali.
Aku berteriak, “Baba Sali, aku mengemis kepadamu, tolong aku! Kenapa engkau tidak menjawab aku! Baal Shem Tov, aku tidak mengerti kenapa engkau tidak menjawab aku? Kenapa aku sendirian seperti ini? Tolonglah aku! Seseorang harus menolong aku! Seseorang tolong aku! Dan aku berteriak…
Lalu suatu suara berbicara kepadaku, “Panggil Rabbi Ovadia! Panggil Rabbi Ovadia!” Detik ketika mereka mengatakan itu kepadaku, aku langsung berteriak, “Rabbi Ovadia! Rabbi Ovadia tolong aku! Rabbi Ovadia, aku mohon! Rabbi Ovadia, seseorang harus menolong aku, Rabbi Ovadia!”
ovadia-yosef
Rabbi Ovadia Yosef (1920-2013)
Lalu aku melihat Rabbi Ovadia duduk dan mempelajari Torah. Aku melihat dia sedang duduk dan belajar Torah. Dan aku merasakan kehangatan di seluruh tubuhku. Seperti seseorang sedang menyelimuti aku. Bagaimana bisa bahwa dia sedang duduk mempelajari Torah dan dia berdiri bagiku? Dia tersenyum kepadaku, dan aku berkata, “Rabbi, aku akan bertobat, aku berjanji bahwa aku akan kembali kepada HaShem (Elohim) dalam teshuvah (pertobatan).” Dan dia tersenyum kepadaku seperti seorang kakek, seperti jika seseorang tiba-tiba mengasihi aku.
Kemudian aku melihat dia memasuki aula dalam ini… Aku melihat dia masuk dan aku juga melihat seorang lain seperti seorang hakim masuk. Hakim ini juga seorang Rabbi di dunia ini, aku tidak bisa mengatakan namanya, seseorang yang hidup di dunia ini, dia juga menghakimi aku di atas.
Lalu, ketika aku melihat Rabbi lain ini, segera sesudah aku melihat dia… Aku tahu bahwa dia seorang hakim di dunia ini, dan sementara aku melihat dia, perasaan seperti kegelapan ini memasuki seluruh tubuhku, yang membuat aku ketakutan sampai ke tingkat yang mustahil untuk digambarkan, aku mulai ketakutan, aku merasakan ketakutan yang luar biasa!
Aku begitu takut dan rasa takut secara bertahap semakin meningkat. Ketakutan yang tidak bisa digambarkan, aku mulai menyadari dan mengerti bahwa inilah waktunya…! Aku sudah tamat! Aku tidak akan hidup… segera sesudah aku melihat dia!
Lalu dia (hakim itu) berkata kepadanya (kepada Rabbi Ovadia), “Dia tidak akan kembali!” Dan segera sesudah dia berkata, “Dia tidak akan kembali!” itu bergema ke seluruh dunia-dunia. Aku mendengar itu berulang-ulang, “Dia tidak akan kembali! Dia tidak akan kembali! Dia tidak akan kembali!” Aku mendengar ini sangat jelas, berulang-ulang, dan kata-kata ini menusuk-nusuk seperti menembus jiwaku dan tubuhku dengan sangat kuat. “Dia tidak akan kembali!”
Dan orang-orang di luar yang simpati berkata, “Kami dapat memahami dia”. Itu seperti mereka melihat ini sekarang. Mereka menyaksikan seluruh film kehidupanku dan itu seperti, mereka berusaha mempertahankan aku dari luar. Berbicara yang positif tentang aku, aku terlalu takut untuk menjawab, aku terlalu ketakutan untuk mengucapkan sesuatu, baik atau jahat tentang diriku. Aku tidak sanggup berbicara, aku berharap bahwa aku akan memiliki Keselamatan, bahwa Rabbi Ovadia akan mengatakan sesuatu.
Dan kemudian aku mendengar suatu suara keras yang berteriak, “Nubuat, nubuat! Nubuat, nubuat! Mashiach (Messias) sangat segera! Mashiach sangat segera!”
Dan kemudian aku memandang lagi kepada Rabbi Ovadia sementara hakim lainnya mengulangi, “Dia tidak akan kembali!” Dan Rabbi Ovadia berkata, “Aku menetapkan bahwa dia kembali!” Dan dia (Rabbi Ovadia) menggebrak meja dengan tangannya, dan pada detik itu juga aku membuka mataku dan mendapati diriku sendiri di atas tempat tidurku!
Aku bangun dalam keadaan kacau-balau. Aku tidak tahu di mana aku berada. Aku bangun dan melihat suamiku sedang duduk, belajar Torah, dan mengutip Tehilim (Mazmur).

3 Jam Terakhir

Beberapa minggu kemudian, aku pergi tidur dan melihat (di dalam suatu mimpi), keluargaku, bangsaku, aku melihat Bangsa Israel (Am Yisrael) seperti jika semua orang sedang berdiri. Ini sangat sulit bagiku untuk menjelaskannya.
Setiap orang sedang berdiri bersama-sama di satu tempat, memandang ke surga. Kemudian langit berubah menjadi suatu layar raksasa, yang mulai menyingkapkan dosa-dosa setiap orang kepada semuanya. Orang-orang ini menjadi malu. Malu, malu, seperti yang aku rasakan di atas, rasa malu yang sama. Orang-orang begitu malu dan mereka tidak punya tempat untuk melarikan diri atau bersembunyi. Seluruh dunia menjadi seperti suatu layar, seperti jika kamu tidak punya tempat untuk lari. Kamu berpaling ke belakang dan kamu melihat dirimu sendiri. Aku melihat orang-orang mulai menangis dan mereka tidak tahu apa yang harus diperbuat dengan diri mereka sendiri.
Dan kemudian aku melihat pelangi ini yang turun dari langit dan jatuh ke dalam dan ke bawah permukaan lautan, dan itu menimbulkan tsunami di seluruh dunia, tapi tidak di Israel. Di seluruh dunia terjadi tsunami. Di semua negara-negara manapun terjadi tsunami.
tsunami
Ada penghakiman keras, sangat keras. Sangat keras, aku tahu ini! Aku melihat bangsa Israel. Ketika aku mengataan “bangsa Israel” (Am Yisrael) aku tidak mengenali semua orang-orang. Aku hanya melihat seperti jika seluruh bangsa Israel sedang berdiri dan sedang memandang ke arah surga.
Orang-orang mulai berlari dan menyelamatkan diri, kemudian kekacauan meletus. Terjadi seperti teror. Setiap orang berlarian, menyelamatkan diri, dan pergi ke sana, pergi ke sini, pergi ke sana… Aku mulai lari dan lari dan lari. Aku meninggalkan rumahku dan kemudian aku melihat semua orang-orang berlari.
Aku melihat roket-roket melayang di atas kita, dan orang-orang terus berlari. Pada saat ini aku melihat sangat banyak roket-roket meluncur, segala macam rudal-rudal Scud, sirene-sirene dan kekacauan yang tidak bisa digambarkan.
Aku melihat seluruh bangsa-bangsa Arab yang menguasai kita. Aku meninggalkan rumah dan melihat semua orang berlarian. Aku melihat ISIS, seluruh bangsa-bangsa Arab dari ISIS, kiranya nama mereka dihancurkan.
Aku melihat bagaimana mereka memotong kepala-kepala, bagaimana mereka menikam orang-orang, membantai orang-orang, mengangkat kaki-kaki mereka, dari tangan-tangan mereka, menyeret mereka. Aku melihat seluruh kekacauan ini dan aku berkata, “Apa ini? Apa ini? Di mana aku? Apa arti semuanya ini?”
Dan kemudian mereka berkata kepadaku, “Beginilah yang akan terjadi 3 jam sebelum kedatangan Mashiach!”
Sulit… ini sulit bagiku untuk mengatakan, ini sulit bagiku untuk menceritakan ini. Aku tidak punya pilihan…
Aku melihat orang-orang berlarian, lari, berusaha menyelamatkan diri mereka dan dikejar-kejar, berusaha menyelamatkan anak-anak mereka dan bayi-bayi mereka. Orang-orang berusaha bersembunyi, tapi tidak ada tempat untuk menyembunyikan diri.
Mereka (ISIS) muncul di setiap tempat ke mana kita pergi. Dan setiap orang berlari, berlari, berlari. Berusaha mencapai tempat tertentu.
Ada sebuah pegunungan yang setiap orang berusaha mencapainya, satu pegunungan yang setiap orang berusaha mencarinya, untuk melewati seluruh bangsa-bangsa Arab dan ISIS dan seluruh kekacauan yang mengelilingi pegunungan ini.
Orang-orang digantung, orang-orang ditusuk berkali-kali. Ini seperti dalam film horor dimana orang-orang dibantai dan ada kolam darah di lantai. Orang-orang bahkan tidak bisa menguburkan anggota keluarga mereka sendiri, mereka bahkan tidak bisa meratap, mereka hanya berusaha menyelamatkan diri mereka sendiri, dan mereka tidak punya cara untuk menyelamatkan orang lain – tidak ada cara!
Mereka tidak bisa memandang ke belakang, mereka tidak perduli tentang anak-anak atau keluarga-keluarga mereka, tidak ada apa pun yang berarti. Mereka hanya berlari, mereka hanya berlari dan berlari.
Sebenarnya ada situasi di mana mereka membantai anak-anak, mereka menyembelih anak-anak. Mereka membunuhi anak-anak dengan tangan mereka, sementara mereka mengacungkan tangan-tangan mereka dan berteriak, “Allahu Akbar! Allahu Akbar!” Dan mereka berteriak dan mereka gembira bahwa mereka telah membantai orang-orang Yahudi.
Lalu aku terus berlari karena aku tidak punya pilihan lain, aku harus menyelamatkan diriku sendiri. Aku terus berlari, aku terus berlari. Dan kemudian di seluruh kekacauan ini, aku melihat Rabbi Nissim Perets. Aku tidak tahu siapa yang mengenal dia, dan siapa yang tidak mengenal dia, tapi dia orang kudus. Aku berkata kepadanya, “Rabbi, Rabbi apa yang harus aku perbuat? Apa yang harus aku lakukan? Apa yang harus aku lakukan dengan anak-anakku? Bagaimana aku dapat menyelamatkan mereka?”
Lalu dia berkata kepadaku, “Kamu harus tahu bahwa anak-anak ini bukan punyamu. Anak-anak ini bukan milik kepunyaanmu. Teruslah berlari! Terus lari!”
Lalu aku melihat seseorang yang aku kenal, seorang yang biasa berbuat banyak dosa, tapi pada akhirnya barusan saja bertobat. Rabbi mengatakan kepadaku tentang dia, “Katakan kepada orang itu bahwa dia harus terus lari karena dia berhenti. Dia berhenti dan itu tidak baik baginya. Dia harus terus berlari! Dia harus tetap berlari!”
Aku berkata kepadanya, “Rabbi, aku mohon, apa yang harus aku perbuat dengan anak-anakku?”
Dia berkata, “Teruslah berlari, jangan khawatir tentang anak-anak. Anak-anak bukan milikmu, mereka milik HaShem (Elohim).”
Aku terus berlari.. di belakangku aku melihat orang-orang dibantai di tanah, orang-orang yang digantung, orang-orang yang dipenggal, ini seperti sebuah film… Sebagian dari mereka orang-orang yang aku kenal, orang-orang yang dekat kepadaku, sebagian orang-orang asing.
Dan kemudian aku mendengar suara ini yang berteriak keras, “Nubuat!” Seperti sebelumnya: “Nubuat! Nubuat! Mashiach sangat segera! Mashiach sangat segera!”
Aku berkata kepada orang-orang, “Lari! Lari! Ayo terus berlari!” Dan aku berlari dan berlari, itu sampai kepada titik dimana orang-orang menginjak-injak mayat-mayat orang-orang lain supaya dapat terus berlari. Dan aku berlari, mulai terus berlari, berlari dan berlari bahkan tanpa tahu di mana.
Berlari dan berlari untuk mencari keluargaku, dan untuk berusaha bagaimana menolong mereka. Aku tahu bahwa akan ada sesuatu yang sangat berat di depan. Aku melihat ibuku dan aku berteriak kepadanya, “Ibu, terus lari! Ibu, tetaplah berlari!”
Sementara aku melewati seluruh kerumunan orang-orang ini, aku dapat merasakan tingkat spiritual setiap individu di dalam kerumunan ini. Aku dapat mengetahui level kerohanian semua orang secara keseluruhan dan individual, dan kelompok-kelompok. Ini sulit untuk dijelaskan. Seperti suatu kelompok orang-orang tertentu, bagaimana tingkat spiritual mereka.
Lalu aku merasa bahwa aku perlu naik dari kelompok-kelompok ini, tidak untuk menetap pada level mereka. Aku merasa seperti jika aku perlu naik lebih tinggi, dan aku terus berlari.
Aku berusaha menolong mereka tapi aku tahu bahwa itu sia-sia belaka. Aku perlu berteriak keras, “HaShem (YHWH) Dialah Elohim. HaShem (YHWH) Dialah Elohim, tolong aku HaShem.” Aku terus berlari dengan tabah, lebih cepat dan lebih cepat…
Lalu tiba-tiba aku jatuh ke dalam pegunungan besar ini… Sementara aku melayang jatuh, aku memalingkan kepalaku ke arah surga, dan aku melihat gambar Rabbi Ovadia, dan aku melihat bahwa Rabbi Ovadia sedang memandang kepadaku. Dia sedang memandang kepadaku dengan kehangatan yang sama yang memeluk aku terakhir kalinya. Lalu dia berkata, “Segala sesuatu yang terjadi kepadamu dan apa yang sedang terjadi adalah Emet (kebenaran).”
Aku melihat langit terbuka di atasku, dan bola-bola api mulai menghujani. Dan bahwa aku sekarang berada di Yerusalem. Orang-orang mulai terbakar sementara mereka mendekat ke pegunungan ini. Ada orang-orang yang dapat memasuki pegunungan ini dan ada orang-orang yang tidak dapat memasuki pegunungan ini. Aku melihat orang-orang di sekelilingku terbakar, sementara bola-bola api jatuh menimpa mereka.

Am Yisrael, Waktu Penebusanmu Sudah Tiba!

Langit terbuka. Di bawah langit aku melihat semacam dua buah awan yang seperti berputar spiral. Yang satu besar dan yang lebih kecil ada di bawahnya. Aku melihat bahwa dari langit keluar semacam api… Ini sulit untuk menemukan kata-kata untuk menggambarkan. Api keluar dari langit melalui spiral-spiral ini dan itu menghujam daratan seperti letupan dan kemudian itu meledak seperti suatu ledakan di daratan.
Dan kemudian dengan begitu lambat, api mulai membentuk Beit HaMikdash(Bait Suci). Beit HaMikdash terbangun perlahan-lahan, sedikit demi sedikit kemudian naik ke langit dan aku dapat melihat imam-imam berjalan kesana-kemari di dalamnya.
Momen ketika Beit HaMikdash mulai terangkat tinggi ke atas, aku memperhatikan bagaimana seluruh orang-orang di sekelilingku, seperti halnya aku, seperti dipaksa untuk memalingkan punggung kami menjauh dari memandang kepada Shechinah (Kehadiran Ilahi). Mustahil untuk memandang kepada Shechinah, tapi kita dapat secara pasti merasakannya, pancaran terangnya! Mustahil untuk menggambarkannya dalam kata-kata, suatu perasaan yang luar biasa.
Lalu aku mendengar suara ini keluar dari surga dan berkata, “Am Yisrael (Bangsa Israel), waktu penebusanmu (Geulah) sudah tiba! Am Yisrael, waktu penebusanmu sudah tiba!”
Dan sementara aku mendengarkan ini, aku menyaksikan Beit HaMikdash… Aku tahu bahwa Beit HaMikdash terbangun secara perlahan-lahan di belakangku, tapi kami tidak dapat memalingkan wajah memandang Kehadiran Ilahi… dan ini adalah pengalaman yang paling indah dari kehidupanku…
Jadi aku ingin mengucapkan kepada semuanya, bahwa kita akan mendapat kemurahan untuk menyaksikan pembangunan Beit HaMikdash. Dan kepada Mashiach Kebenaran kami dengan belas kasihan yang sempurna, datanglah segera di dalam hari-hari kami. Amen!

Baca:

Referensi: