Saya berada di tempat tidur malam itu, ketika saya mendengar keras suara menggelegar bunyi sangkakala. Dari apa yang saya lihat, ada semacam warna putih kemuliaan yang mengelilingi saya dan kemeja pink yang sya kenakan pada tubuh saya berubah menjadi jubah putih. Kabut kemuliaan juga mengubah tubuh saya dan saya menghilang dari tempat tidur.
Ketika sangkakala ditiup, saya bisa melihat bahwa di beberapa tempat di seluruh dunia pada saat itu adalah pagi hari, di tempat lain ada yang malam hari dan bagian lain lagi dari dunia saat itu adalah sore hari. Seorang wanita Asia keluar dari rumah di pagi hari. Dia menguap dengan tangan di mulutnya. Dia terkejut oleh kabut kemuliaan. Baju tidurnya yang berwarna biru langsung berubah menjadi jubah putih dan suaminya yang terkejut dengan hilangnya istrinya terus berteriak-teriak di dalam rumah.
Saya melihat seorang remaja yang juga dikelilingi oleh kabut kemuliaan. Dia menghilang. Di seluruh dunia, banyak orang yang menghilang. Saya melihat orang-orang kudus yang bergembira merayakan kemenangan mereka. Malaikat dan orang-orang kudus melompat dengan pesona sukacita di depan takhta. Saya belum pernah melihat sukacita yang begitu luar biasa sebelumnya. Yesus dan Bapa-Nya tampaknya berbicara satu sama yang lain di telinga. Dengan pemahaman ilahi, semua orang kudus tahu bahwa Allah Bapa ingin berbicara. Perayaan dan kegembiraan secara bertahap mulai mereda sampai ada keheningan di hadapan TUHAN YANG MAHA KUASA.
Untuk pertama kalinya, Bapa bangkit dari takhtaNYA. Suatu Kemuliaan yang belum pernah dialami membanjiri setiap orang kudus yang ada di depan takhta itu. Saya melihat sosok Bapa. Dia mengenakan jubah coklat. Kulitnya, tampak seperti berkilauan. Bapa mengumumkan kepada orang-orang kudus untuk berkumpul di depan takhta itu: "Sekaranglah waktunya penghakimanKU untuk dicurahkan ke atas bumi." Suatu suara menanggapi dari takhta: "meskipun demikian, perbuatanMU adlaah benar." Guntur dan kilat menyertai pengumuman ini. Namun tidak ada satu orang kudus pun yang takut. Guntur melanda dengan kuat ke bumi, tidak akan ada satupun yang mampu bertahan.
Tujuh malaikat besar datang dari tahta dengan membawa cawan di tangan mereka.
Ketika sangkakala ditiup, saya bisa melihat bahwa di beberapa tempat di seluruh dunia pada saat itu adalah pagi hari, di tempat lain ada yang malam hari dan bagian lain lagi dari dunia saat itu adalah sore hari. Seorang wanita Asia keluar dari rumah di pagi hari. Dia menguap dengan tangan di mulutnya. Dia terkejut oleh kabut kemuliaan. Baju tidurnya yang berwarna biru langsung berubah menjadi jubah putih dan suaminya yang terkejut dengan hilangnya istrinya terus berteriak-teriak di dalam rumah.
Saya melihat seorang remaja yang juga dikelilingi oleh kabut kemuliaan. Dia menghilang. Di seluruh dunia, banyak orang yang menghilang. Saya melihat orang-orang kudus yang bergembira merayakan kemenangan mereka. Malaikat dan orang-orang kudus melompat dengan pesona sukacita di depan takhta. Saya belum pernah melihat sukacita yang begitu luar biasa sebelumnya. Yesus dan Bapa-Nya tampaknya berbicara satu sama yang lain di telinga. Dengan pemahaman ilahi, semua orang kudus tahu bahwa Allah Bapa ingin berbicara. Perayaan dan kegembiraan secara bertahap mulai mereda sampai ada keheningan di hadapan TUHAN YANG MAHA KUASA.
Untuk pertama kalinya, Bapa bangkit dari takhtaNYA. Suatu Kemuliaan yang belum pernah dialami membanjiri setiap orang kudus yang ada di depan takhta itu. Saya melihat sosok Bapa. Dia mengenakan jubah coklat. Kulitnya, tampak seperti berkilauan. Bapa mengumumkan kepada orang-orang kudus untuk berkumpul di depan takhta itu: "Sekaranglah waktunya penghakimanKU untuk dicurahkan ke atas bumi." Suatu suara menanggapi dari takhta: "meskipun demikian, perbuatanMU adlaah benar." Guntur dan kilat menyertai pengumuman ini. Namun tidak ada satu orang kudus pun yang takut. Guntur melanda dengan kuat ke bumi, tidak akan ada satupun yang mampu bertahan.
Tujuh malaikat besar datang dari tahta dengan membawa cawan di tangan mereka.
Disampaikan oleh Pius Joseph
Tidak ada komentar:
Posting Komentar