Laman

Sabtu, 11 Juni 2022

Dan lalu saya melihat DIA - Rev. Samuel Doctorian


Dan lalu saya melihat DIA

Oleh: Rev. Samuel  Doctorian

Bagian 2


Bagian 1 
http://mannadelivery.blogspot.com/2022/06/dan-lalu-saya-melihat-dia-rev-samuel.html

     Malaikat-malaikat yang melayani ini, yang telah Tuhan kirimkan pada saat kebutuhan mendesak di dalam kehidupan para hambaNya, masih tetap beserta kami hingga sekarang ini. Mereka itu masih menolong kami, melayani kami. Mereka membimbing kami, mengarahkan kami ke mana yang harus dituju. Mereka juga meluputkan kami dari bahaya-bahaya besar. Kadang kala kami sadari adanya bahaya, kala lain kami tidak ketahui. Tetapi para malaikat Tuhan yang perkasa melayani kami. 

Dalam Mazmur 91:11 kita membaca demikian: "Sebab malaikat-malaikatNya akan diperintahkanNya kepadamu untuk menjaga engkau di segala jalanmu."      

     Di dalam kitab nubuatan dari Yesaya, TUHAN mengungkapkan kedatangan Juruselamat yang perkasa. 

Disebutkan tentang bagaimana TUHAN telah memelihara umat Israel lewat pelbagai ujian dan aniaya. Bahkan pada masa ketika mereka berada dalam tawanan, namun tangan perkasa Tuhan menyertai mereka. Tuhan berjanji untuk membawa mereka kembali ke negeri yang dijanjika. TUHAN dalam kemurahannya memberitahukan pada mereka Ia akan memimpin mereka terus. 

Kita membaca ayat yang mengagumkan dalam Yesaya 63:8-9, "Bukankah Ia berfirman: "Sungguh, merekalah umatKu, anak-anak yang tidak akan berlaku curang," maka Ia menjadi Juruselamat mereka dalam segala kesesakan mereka. Bukan seorang duta atau utusan, melainkan Ia sendirilah (versi bahasa Inggris: the angel of his presence = malaikat hadiratNya) yang menyelamatkan mereka; Dialah yang menebus mereka dalam kasihNya dan belas kasihanNya. Ia mengangkat dan menggendong mereka selama zaman dahulu kala." Sungguh Tuhan yang hebat, bahwa sebagaimana Ia janjikan, Ia mengirimkan malaikat-malaikat guna memelihara umatNya dari cobaan-cobaan besar. 

     Ketika saya bayangkan cerita besar tentang Daniel, saya teringat bagaimana Tuhan menyertai Daniel. Daniel setia kepada Tuhan. Saya membaca saat mereka menjebloskan Daniel ke dalam gua singa yang mengerikan itu. Singa-singa itu kelaparan berhari-hari. Dapat seketika saja menelan Daniel. Tetapi kita tahu adanya keluputan yang perkasa, dan kita membaca bagaimana Tuhan melepaskan Daniel dari singa-singa yang amat lapar. 

Dalam Daniel 6:20-22 dikatakan: "Pagi-pagi sekali ketika fajar menyingsing,  bangunlah raja dan pergi dengan buru-buru ke gua singa; dan ketika ia sampai dekat gua itu, berserulah ia kepada Daniel dengan suara yang sayu. Berkatalah ia kepada Daniel: "Daniel, hamba Tuhan yang hidup, Tuhanmu yang kau sembah dengan tekun, telah sanggupkah Ia melepaskan engkau dari singa-singa itu?" Lalu kata Daniel kepada raja: "Ya raja, kekallah hidupmu!..." Perhatikan kesaksian yang indah dan mengagumkan dalam ayat 23: "...Tuhanku telah mengutus malaikatNya untuk mengatupkan mulut singa-singa itu, sehingga mereka tidak mengapa-apakan aku, karena ternyata aku tak bersalah di hadapanNya; tetapi juga terhadap tuanku, ya raja, aku tidak melakukan kejahatan."

Betapa hebatnya bahwa malaikat datang dan mengatupkan mulut singa-singa sehingga Daniel tidak dicelakakan. Kemudian kita tahu bagaimana sang raja memerintahkan orang-orang yang melemparkan Daniel ke dalam gua singa itu agar mereka sendiri dijebloskan ke dalam gua itu. Dan sebelum tubuh-tubuh mereka menyentuh tanah singa-singa itu sudah menelannya. Saya percaya pada kelepasan dan keluputan yang luar biasa seperti itu yang dikerjakan oleh pelayanan para malaikat Tuhan.

     Suatu ketika saya melayani di kota Assyut yang besar di Mesir. Jika anda melihat peta Mesir anda akan menemukan kota ini di pusat negara itu. Salah satu pekerjaan yang terbesar dan paling perkasa dari Roh Kudus, yang pernah saya alami sepanjang pelayanan saya selama bertahun-tahun ini, terjadi di kota Assyut. Roh Tuhan menggoncang seluruh kota.  Ribuan orang berdatangan untuk mendengar Injil. Sudah tentu setan pun marah. Kami memang menghadapi kesukaran yang besar. Saya sendiri diancam untuk ditembak dan dibunuh. Saya diperintahkan oleh gubernur wilayah Assyut yang bukan Kristen untuk menghentikan kebaktian-kebaktian. Saya tidak mau perhatikan perintahnya. Saya lebih memilih untuk mendengarkan Gubernur yang akbar dari langit dan bumi. Gubernur Assyut itu akhirnya mengirimkan pasukan untuk menembak saya. Namun Tuhan meluputkan saya dengan cara yang ajaib. Ribuan orang menerima Tuhan Yesus. Kami berhasil membeli tempat itu di dalam mana kami mengadakan kebaktian-kebaktian yang besar. Sekarang ini terdapat sebuah gedung besar yang dibangun di atas tempat itu dan Firman Tuhan diberitakan minggu lepas minggu di jantung kota Assyut itu. Saya sampaikan segala Kemuliaan kepadaNya 

     Salah satu jiwa yang berharga yang sempat diselamatkan selama KKR besar di Mesir itu ialah seorang kolonel. Ia menduduki suatu jabatan tinggi dalam pemerintahan Mesir. Ia pernah menjadi kepala penjara di Sohag. Baru-baru saja ia dimutasikan menjadi kolonel kepala dari penjara yang besar di Assyut, yang merupakan kedua terbesar di negara Mesir. Penjara ini menampung 1. 600 napi. 

Kolonel ini setiap malam menghadiri KKR. Ia telah menjadi seorang percaya yang tekun. Pada malam-malam tertentu  ia biasa membawa serta beberapa napi bersama pengawal mereka ke kebaktian. Mereka dapat mendengar Injil lalu kembali lagi ke penjara. 

     Pada suatu hari ia mengundang saya ke rumahnya dan meluangkan waktu santai selama beberapa jam. Saya juga sewaktu-waktu bermain tenis di lapangan tenis penjara dan diundang makan di rumahnya serta menikmati persekutuan bersama. Dan seusai bermain tenis, kami beristirahat di ruang kerjanya serta membincangkan tentang para napi. Ia mengajak saya melihat tiang-tiang gantung di mana para pembunuh dan penjahat yang divonis hukuman mati digantung. Saya belum pernah melihat satu pun, dan saya agak tertarik untuk sekadar melihatnya. Dan setelah kami minum kopi kami pergi untuk melihat tiang-tiang gantung itu. 

Ditempatkan di sebuah ruangan yang keadaan pandangnya tidak baik. Saya melihat tambangnya. Saya juga melihat tempat di atas lantai di mana potongan kayu digeser pada saatnya terhukum digantung di udara. Sungguh suatu pengalaman yang mengenaskan hati meski hanya melihat perlengkapannya saja. Saya bertanya pada kolonel: "Bagaimana anda menghukum mereka? Apa yang anda lakukan sebelum mereka digantung?" Ia membawa saya ke ruangan yang di luar dan memperlihatkan sesuatu. Di situ ada sebuah tempat di mana ia, selaku kepala penjara, harus berdiri. Dan di depan tempat itu si terhukum diperhadapkan. Kemudian ia akan menyatakan bahwa kasus sidang pengadilan telah ditutup. Dan bahwa vonis telah dijatuhkan menyatakan tertuduh bersalah dan dihukum mati gantung. Kolonel itu mengatakan: "Saya bacakan penghukumannya. Lalu kepala si terhukum dimasuki kain sarung guna menutupi matanya. Ia dibawa ke tiang gantung, dikalungkan tambang pada lehernya dan kemudian digantung. 

     Saya maju dan berdiri tempat di mana Di terhukum biasa berdiri. Lalu kata saya kepada komandan besar ini: "Pak Kolonel, maukah bacakan penghukumannya atas saya." Ia menyahut: "Tidak, tidak. Anda tidak menginginkan itu." Saya katakan: "Saya hanya sekadar ingin mendengarnya, silakanlah. Ulangilah kata-kata yang biasa anda sebutkan bilamana si terhukum hendak menjalani hukuman gantung." Ia agak sedikit terkejut. Katanya: "Mengapa anda menginginkan itu?" Jawab saya: "Silakan ucapkanlah." Dan sewaktu saya berdiri di situ kepala penjara itu membacakan ucapan-ucapan penghukumannya. Dan ketika ia selesai, saya  berkata: "Sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus. Haleluya!" 

     Kita semua sebenarnya terhukum untuk mati. Tetapi Pelepas yang akbar, Juruselamat yang besar, Penebus yang besar telah datang. Ia sudah tergantung menggantikan tempat kita. Ia sudah disalibkan bagi kita. Dan sekarang oleh karena kita adalah orang-orang percaya dalam Kristus, kita diluputkan dari penghukuman. Kita tidak akan mati melainkan hidup untuk selamanya karena Yesus sudah mati satu kali dan untuk sepanjang masa bagi semua orang yang mau percaya padaNya. Haleluya! 

     Pertanyaan saya yang berikut kepada kolonel itu ialah: "Apakah ada yang akan dihukum gantung dalam waktu yang segera ini?" Ia menjawab: "Ya, ada tiga pria dan dua wanita. Saya sedang menunggu perintah pelaksanaan dari pengadilan di Kairo." Saya bertanya: "Apakah wanita juga digantung?" Sahutnya: "Tentu saja, meskipun sudah lama belum lagi ada yang terhukum mati." Tanya saya lagi: "Apa yang sebenarnya dilakukan mereka?" Lalu saya diceritakan kisah-kisah yang menyeramkan. "Bolehkah saya melihat terhukum wanita ini di sel mereka?" saya tanya lagi. Ia membawa saya ke bagian khusus wanita di dalam penjara itu. 

     Saya sampai di salah satu pintu. Mereka membuka sebuah jendela kecil, dan saya memandang ke dalam. Saya melihat wanita yang pertama. Kata mereka ia berusia 54 tahun. Ia Kelihatan seperti seorang dukun. Tampangnya mengerikan. Ia telah membunuh suaminya dengan sebuah kapak, di saat pria itu tengah tertidur di ladang; hanya karena emosi sangat marah sebab ia menikah lagi dengan perempuan lain. Ia sudah divonis hukuman gantung, tinggal menunggu perintah pelaksanaan saja. 

     Saya melihat ke sel lainnya. Seorang pemuda berusia 23 tahun yang berada di dalam. Pada saat ia melihat saya yang memandang lewat jendela yang kecil itu, ia mulai berteriak: "Tolong saya, tolong saya." Tiba-tiba saya tidak bisa melihat lagi. Saya hampir menangis. Saya bertanya pada kolonel itu: "Aakah yang ia lakukan?" "Wah, ceritanya memang gawat," jelasnya. "Ia telah membunuh seorang remaja putri berusia 12 tahun. Ia mencuri anting-antingnya. Ia mencoba untuk membeli candu, hasish, bagi suaminya." Saya bertanya: "Jadi ia sudah menikah?". "Sudah" jawab kolonel itu. "Dan ia mempunyai tiga orang anak." Ceritanya memilukan hati, dan saya tidak tahan mendengarkan lebih lanjut. 

     Ketika saya kembali lagi ke rumah sang kolonel, saya tidak dapat memikirkan lainnya. Apa yang saat itu terbayangkan di hadapan saya ialah Wajah Ibu muda berusia 23 tahun itu yang berteriak pilu: "Tolong saya, tolong saya." Apa yang dapat saya lakukan? 

     Beberapa pengawal penjara itu mengantarkan saya kembali dengan mobil ke rumah tempat saya tinggal di kota Assyut. Saya sudah siap ingin beristirahat siang guna menyegarkan diri untuk kebaktian malam. Dan saya berlutut untuk berdoa, tetapi masih terbayang wajah pilu wanita itu dengan dengungan "Tolong saya, tolong saya." Saya mulai berdoa. "Tuhan, adakah sesuatu yang dapat saya lakukan?" Itu saja yang saya ucapkan. Mendadak kamar saya dipenuhi hadirat Tuhan. Dengan mata jasmani saya, saya dapat jelas melihat seorang malaikat Tuhan berdiri di hadapan saya. Kembali di sini ya tidak berbicara. Melainkan ia memegang sebuah kitab gulungan di tangannya. Ia membuka kitab itu dan saya bisa membaca amat jelas berita yang dari Tuhan. "Ibu muda itu bukanlah pembunuhnya. Ia tidak membunuh remaja putri itu. Suaminya yang membunuh remaja itu. Tetapi ia mengancam istrinya, dan mengatakan bahwa dia harus mengakui pembunuhan itu. Ia katakan bahwa pemerintah tidak akan menghukum pada wanita seberat pada pria, jadi dalam waktu beberapa tahun ia akan bisa dibebaskan dari penjara. Dan jikalau ia tidak mau mengakui, suaminya mengancam akan membunuhnya dan ke tiga anak mereka. Maka ibu muda itu telah berdusta karena ketakutan. Ia akhirnya mengakui sebagai pembunuhnya." 

     Ketika saya mendapatkan berita itu, saya terguncang sampai pada jiwa saya. Langsung saya mengangkat telepon dan menghubungi kolonel, seraya berkata: "Datanglah cepat, saya mesti berbicara dengan anda." Katanya: "Ada apakah?" Saya katakan: "Saya tidak dapat katakan di telepon. Ini sesuatu yang penting sekali." Kendati Ia seorang komandan yang mempunyai perwira-perwira bawahannya, dan memiliki otoritas luar biasa, namun untungnya saudara yang kekasih ini adalah anak rohani saya. Ia mengasihi dan menghormati saya amat sangat. Ia berkata: "Saya akan datang dengan segera." Akhirnya ia tiba bersama beberapa pengawal dan tentaranya. Ia datang langsung ke kamar di mana saya berada. Lalu saya beritahukan bagaimana malaikat Tuhan datang, di mana ia berdiri, dan berita apa yang disampaikannya kepada saya. Sang kolonel terkejut, kaget dan kebingungan, lalu katanya: "Anda maksudkan seorang malaikat? Malaikat sorgawi datang di tempat ini?" Saya yakinkan: "Ya, tepatnya di situ, dan lebih penting lagi Inilah berita yang diberikan malaikat itu pada saya." Ia katakan: "Saya tidak tahu apa yang harus dilakukan. Hal itu bukan wewenang saya. Kasus pengadilannya sudah usai. Pengakuan tertuduh sudah didengar. Begitu saya terima perintah pelaksanaan dari pengadilan di Kairo, saya mesti melaksanakan hukuman gantung pada wanita itu." Ujar saya: "Janganlah anda lakukan. Wanita itu bukan pembunuh, kolonel. Suaminya yang pembunuh. Berita dari malaikat itu memberitahukan demikian." Apa yang anda ingin saya lakukan?" tanyanya. Sahut saya: "Kembalilah ke penjara sekarang. Wanita itu akan mengakui pada anda kebenaran yang sesungguhnya. Dan apabila wanita itu mengatakan pada anda kata demi kata sesuai dengan berita yang disampaikan malaikat itu, konfirmasi lebih baik apa lagi apalagi yang anda inginkan?" Ia berkata: "Saya tidak pernah mengalami seperti ini selama hidup saya. Saya akan segera pergi." 

     Ketika kolonel itu tiba di penjara dan memasuki pintu gerbang, sebelum ia sampai di ruang kerjanya, beberapa perwira memberitahukan bahwa salah seorang terhukum wanita ingin berbicara dengannya. Ia langsung bertanya: "Siapa?" Mereka menjawab: "Yang muda." Ia perintahkan segera: "Bawa dia kemari." Ia diam-diam menyiapkan sebuah alat rekaman di ruang kerjanya. Wanita itu dibawa kepadanya. Ibu muda berusia 23 tahun itu gemetaran, ketakutan, agak merasa malu, dan hanya sebuah kain sarung yang menutupi tubuhnya. Sewaktu ia berjalan masuk, ia bertanya apakah ia bisa berbicara sendirian dengan kolonel. Sang kolonel menceritakan pada saya bahwa ia menyetujui permintaan wanita itu saat itu. Mereka lainnya meninggalkan ruang kerja dan tape-recorder itu dipasang. Dan ibu muda itu mengakui dengan berlinang air mata, kata demi kata persis sesuai dengan apa yang berita itu katakan lewat malaikat Tuhan. Rekaman tadi dikirim ke Kairo. Para hakim mendengar cerita yang benar seluruhnya. Lalu pembunuh yang sebenarnya ditangkap, diadili, dan akhirnya dinyatakan bersalah. Orang itu kemudian dihukum gantung. Ibu muda itu bersama dengan tiga orang anaknya diungsikan ke sebuah desa yang lain. Mereka ditempatkan di sana secara rahasia dengan maksud agar para sanak keluarga suaminya tidak mengetahui tempat tinggal mereka. Dan syukur pada Tuhan bahwa mereka masih hidup bahkan sampai sekarang. Kisah ini seluruhnya dipaparkan di dalam semua surat kabar resmi di Mesir. Tuhan kita adalah Tuhan yang akbar. Terpujilah namaNya!

     Di dalam kitab nabi Zakharia, terdapat begitu banyak nubuatan yang penting-penting. Sebagiannya sudah digenapi, dan sebagian lagi tengah mengalami penggenapannya pada masa kita sekarang ini. Jika kita ingin mempelajari nubuatan mengenai kota Yerusalem, Zakharia pasal 12 dengan jelas menyimak apa yang terjadi pada Yerusalem dan apa yang akan terjadi pada masa kita dewasa ini. 

Zakaria 12:2-3 menyatakan: "Sesungguhnya Aku membuat Yerusalem menjadi pasu yang menyebabkan segala bangsa di sekeliling menjadi pening; juga ya udah akan mengalami kesusahan ketika Yerusalem dikepung. Maka pada waktu itu Aku akan membuat Yerusalem menjadi batu untuk diangkat bagi segala bangsa. Siapa yang mengangkatnya pastilah mendapat luka parah. Segala bangsa di bumi akan berkumpul melawannya." 

Saya percaya kita hidup persis di dalam masa itu sekarang ini. Jutaan orang Arab mengatakan, "Yerusalem milik kami." Seluruh Israel mengatakan, "Kami tidak akan memberikan Yerusalem kembali." Perserikatan Bangsa-Bangsa bahkan memikirkan, "Mengapa tidak kita jadikan Yerusalem sebagai sebuah kota yang netral, bagi orang-orang Yahudi, Arab, Kristen dan setiap orang." Tuhan Yesus Sendiri berfirman, "Bilamana kamu melihat adanya pasukan dari bangsa-bangsa yang mengelilingi Yerusalem, angkatlah kepalamu, penebusanmu sudah dekat." Nabi Zakharia memulai nubuatannya dengan pernyataan malaikat-malaikat secara luar biasa. Mulai dari pasal pertama anda membaca bagaimana para malaikat berbicara kepadanya. Ia berbicara kepada malaikat-malaikat. Ia bertanya dan malaikat-malaikat itu menjawab padanya. Zakaria  1:9 menyebutkan: "Maka aku bertanya: Apakah arti semuanya ini, ya tuanku? Lalu malaikat yang berbicara dengan aku itu menjawab: Aku ini akan memperlihatkan kepadamu apa arti semuanya ini!" Dan juga kita membaca dalam ayat 12-14: "Berbicaralah Malaikat TUHAN itu, katanya: "Ya Tuhan semesta alam, berapa lama lagi Engkau tidak menyayangi Yerusalem dan kota-kota Yehuda yang telah 70 tahun lamanya Kau murkai itu?" Lalu kepada malaikat, yang berbicara dengan aku itu, TUHAN menjawab dengan kata-kata yang ramah dan yang menghiburkan. Berkatalah kepadaku malaikat yang berbicara dengan aku itu: "Serukanlah ini: Beginilah firman TUHAN semesta alam: Sangat besar usahaKu untuk Yerusalem dan Sion." Dan jika kita lanjutkan membaca seluruh pasal, kita melihat bagaimana TUHAN memakai malaikat untuk berbicara kepada Nabi Zakharia.

     Jikalau kita membaca kitab Injil Matius dan Lukas, kita temukan berbagai pelayanan malaikat di dalamnya. Di dalam Matius pasal 1 sudah kita baca tentang malaikat. Yusuf jelas tidak melihat malaikat tiap bulan atau minggu atau hari. Tetapi beberapa kali dalam hidupnya, para malaikat datang dan berbicara kepadanya dengan cara yang sangat jelas. Pada saat-saat keadaan sangat penting dalam hidupnya, malaikat muncul kepadanya dengan suatu berita. Terutama ketika ia mengetahui bahwa Maria, tunangannya sudah mengandung. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Alkitab jelas mengatakan di dalam ayat 19-21: "Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hatinya dan tidak mau mencemarkan nama istrinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam. Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: "Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai istri mu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan kau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka." 

     Sungguh sebuah penyataan menakjubkan yang diberikan kepada Yusuf. Alangkah besarnya berita itu. Berita Injil mulia yang pertama kepada seluruh dunia. Mujizat perkasa dan Ilahi tentang kelahiran Kristus dari Roh Kudus ini dinyatakan kepada Yusuf oleh seorang malaikat.

Lalu kita teruskan membaca tentang bagaimana malaikat datang kepada Yusuf di Betlehem. Tiga orang majus telah datang sambil mengikuti bintang ke Yudea. Mereka telah melihat anak itu, percaya, menyembah, dan memberikan persembahan-persembahan mereka dan mereka begitu senang dengan sukacita yang sangat. Melalui anjuran lewat mimpi yang dari Tuhan mereka tidak kembali kepada Herodes melainkan pulang melalui jalan lain. Lalu dalam Matius 2:13 dan 14, kita baca: "Setelah orang-orang majus itu berangkat, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi dan berkata: "Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibuNya, larilah ke Mesir dan tinggallah di sana sampai Aku berfirman kepadamu, karena Herodes akan mencari Anak itu untuk membunuh Dia." Maka Yusuf pun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibuNya malam itu juga, lalu menyingkir ke Mesir." 

Kemudian kita juga membaca dalam ayat 19-21: "Setelah Herodes mati, tampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi di Mesir, katanya: "Bangunlah, ambillah anak itu serta Ibunya dan berangkatlah ke tanah Israel, karena mereka yang hendak membunuh Anak itu sudah mati." Lalu Yusuf pun bangunlah, diambilnya Anak itu serta IbuNya dan pergi ke tanah Israel."           

     Saudara perempuan bungsu saya Sela ada bersama saya di London sewaktu pelayanan. Tuhan menolong kami sehingga tersedia sebuah mobil di situ yang akan kami kendarai untuk pulang kembali sampai di Beirut. Perjalanan kami akan menempuh beberapa negara, yakni Perancis, Swiss, Italia, Yugoslavia, lalu turun ke Yunani. Dari sana kami akan berlayar dengan sebuah kapal bernama Armenia ke Beirut. Kami sudah memulai perjalanan kami. Kami menikmati perjalanan dengan baik hingga di Belgrade, Yugoslavia. Esoknya kami sudah siap untuk melanjutkan perjalanan menempuh arah selatan ke kota Tesalonika sebelum menuju Athena di Yunani. Pada pagi harinya kira-kira pukul 5, malaikat Tuhan datang ke dalam kamar saya di hotel dan berbicara kepada saya jelas sekali. Ia mengubah seluruh rencana saya. Sudah kami pesan tempat untuk 2 orang di kapal dengan tujuan Beirut dari Athena. 

Tetapi malaikat Tuhan menyatakan: "Teruskan perjalananmu dengan mengendarai mobil, dan pergi langsung ke Beirut. Sekolah Kehidupan memerlukan pertolonganmu. Keadaan tertentu mengalami perubahan dalam pengelolaan sekolah itu. Kamu harus pergi segera ke Beirut." Dan Tuhan selanjutnya menunjukkan pada saya melalui malaikat itu, bahwa kepala sekolah itu akan mengalami kesulitan besar dan akan memerlukan saya untuk berada di Beirut pada waktu itu. Sekolah Kehidupan itu adalah sekolah yang telah Tuhan tolong saya dirikan pada tahun 1957 sekitar 8 km sebelah utara Beirut. Tuhan telah menolong saya membeli sebidang tanah. Dan dari tahun pertama kami mempunyai 300 murid. Juga sempat saya dirikan Sekolah Alkitab Ebenezer dengan 27 murid dari 7 negara. Banyak dari para murid itu yang melayani Tuhan sekarang ini, Bagi Tuhan semua kemuliaan! Sejak saat itu sekolah ini dikelola oleh orang lain.

     Jika kami menggunakan kapal, saya akan tiba di Libanon jauh lebih awal. Malaikat memesan saya untuk pergi dengan segera. Saya berbantah dengan malaikat itu dan berkata: "Tuhan, saya tidak mempunyai visa Turki untuk boleh melewati wilayah Turki. Saudara saya dan saya adalah warga negara Libanon. Mereka tidak akan mengizinkan kami melewati Turki tanpa visa." Lalu hal yang paling penting yang saya katakan ialah: "Tuhan, hidup saya dalam bahaya di Siria. Mereka tidak akan mengizinkan saya melewati wilayah Siria. Inilah dua negara yang akan kami hindari apabila kami menggunakan kapal. Pelayanan di Siria tidaklah. Semenjak saya berhasil memimpin ratusan jiwa kepada Kristus bertahun-tahun sebelumnya, telah terjadi begitu banyak serangan melawan saya. Pemerintah Siria tidak mengizinkan saya untuk melayani secara bebas di negara mereka. Bagaimana dapat saya pergi melewati Siria? Malaikat Tuhan berkata: "Aku akan membuka jalan, dan kamu akan pergi melewatinya dalam damai sejahtera sempurna." Saya bersukacita dengan bagian itu dari berita yang disampaikan malaikat. 

     Sewaktu sarapan pagi bersama Sela, saya memberitahukan saudara saya itu bahwa kami tidak akan pergi ke Yunani, melainkan langsung menuju Beirut dengan mengendarai mobil. Ia kaget. Segera ia berkata: "Tetapi caranya? Bagaimana dengan Siria? Jika mereka menangkap kamu di perbatasan, apa yang akan kulakukan?" Ia agak ketakutan. Kemudian katanya: "Bagaimana dengan visa kita untuk Turki?" Saya katakan: "Malaikat Tuhan datang padaku tadi pagi. Beginilah yang disampaikan malaikat kepadaku. Kita mesti menaatinya." Ia tidak menjawab. Kami melanjutkan perjalanan ke Bulgaria. Kami tiba di perbatasan Turki. Tentu saja mereka memeriksa paspor kami untuk mencari visa nya. Saya katakan: "Kami tidak punya." 

"Wah, anda tidak bisa masuk," ucap pejabat  perbatasan. Saya menjawab: "Kenapa tidak? Kami cuma mau melewati Turki lalu Siria, dan langsung ke Libanon." "Tetapi tetap anda perlukan visa untuk Turki," ia mendesak. Saya katakan: "Ya, saya tahu itu, tapi bukankah Pak dapat memberi kami visa?" Sementara berbicara dengan pejabat itu, atasannya datang. Saya bisa mengerti bahasa Turki dengan baik, namun saya berbicara bahasa Inggris dengan mereka. Atasannya menginstruksikan pejabat itu agar kami segera diantar ke kota, 18 km dari perbatasan, dan menyelesaikan urusan itu dengan para pejabat di sana. Katanya mereka di sana akan memberikan visa pada kami untuk bisa melewati Turki. Itu sungguh sebuah perbuatan heran Tuhan. Kami tiba di sana 2 menit kantornya ditutup. Tanpa kesulitan sama sekali, malah, disajikan secangkir kopi disertai percakapan yang ramah, kami mendapatkan visa kami. Kami melanjutkan perjalanan. Tetapi ternyata tidak lancar. Kami mengalami saat kritis dikala mengendarai menuju Adana di Turki. Kami berdua hampir binasa. Setan menyerang sewaktu saya sedang mengendarai. Ia begitu nyata hadir di dalam mobil dan berbicara kepada saya. Saudara saya tahu ada sesuatu yang tak biasanya terjadi. Ia heran apa yang tengah terjadi pada saya. Saat itu malam hari. Setan secara bisik-bisik berkata kepada saya dengan marah. Ia mengatakan: "Aku telah membunuh orang-orang yang kamu kasihi di negara ini. Sekarang apa yang sedang kamu lakukan di Turki? Aku akan membunuhmu juga."

     Baru saja saya menghardik si setan dalam nama Yesus, sebuah truk yang sangat besar tanpa lampu-lampu, muncul entah dari mana terparkir di tengah jalan jalur kami. Sebuah truk lainnya sedang mendatangi dari arah depan kami. Kami sedang melaju dalam kecepatan tinggi. Saya tidak mungkin dapat sempat berhenti tepat. Saya pun tidak dapat menyetir ke kiri. Dan membanting setir ke kanan berarti masuk ke jurang. Tetapi seketika itu Tuhan mengendalikan tangan saya. Saya mengarah ke kanan, melampaui pinggiran jalan, menyusuri tebing dan turun ke bawah lembah dengan mobil kecil itu. Kami menerjang batu-batu kecil dan besar. Di tengah kegelapan saya tidak tahu kami sedang menuju ke mana. Sela berteriak. Saya memegang setir sedemikian rupa dan dapat merasakan pengendalian tangan perkasa Tuhan. Dengan kecepatan seperti itu, kami bukan saja melaju turun ke bawah lembah, tetapi juga sanggup berputar balik dan melaju kembali ke atas lagi. Dalam beberapa detik saja semuanya berakhir. Kami kemudian berdiri di atas trotoar jalan raya. Kami gemetar dan merasa heran apa yang telah terjadi pada kami. Hanyalah keajaiban Tuhan saja sehingga kami tidak binasa. Kami sebenarnya dapat dengan mudah menyeruduk dahsyat ke bagian belakang truk yang terparkir dalam kegelapan itu. Atau, mobil kami yang kecil itu, dengan kecepatan sekian dapat saja jatuh bergulingan ke bawah jurang itu. Saya yakin ini adalah perlindungan menakjubkan dari malaikat Tuhan. Kami meneruskan perjalanan dan akhirnya tiba di Adana. Kami bermalam di situ. Esoknya kami melanjutkan ke perbatasan Siria. 

     Ini bahaya yang besar. Saya dulu pernah mencoba beberapa kali untuk melewatisi Siria. Saya di stop dan disuruh kembali. Tetapi sekarang ini malaikat telah berjanji bahwa kami dibukakan jalan. Kami tidak mengalami kesulitan. Bukan saja paspor kami di cap dengan izin untuk lewat, tapi juga bahkan untuk mobil kami yang bersurat lisensi pemerintahan Inggris, diberikan izin lewat pabean secara mudah. Kami mengendarai langsung melewati Siria dan kemudian memasuki Libanon. Dan pada pukul 6 petang hari Minggu kami tiba di Peniel, kantor pusat misi kami. 

     Setelah berhari-hari mengendarai mobil dari Inggris ke Libanon, saya kelelahan dan segera mengambil waktu untuk beristirahat. Namun sesudah 1 jam saya merasa saya harus cepat-cepat pergi dan menemui kepala sekolah dari Sekolah Kehidupan itu. Rupanya ia sedang berada di pegunungan, sekitar 1 jam perjalanan dari kantor misi kami. Saya menuju ke sana dan bertemu dengannya. Saya beritahukan dia: "Tuhan mengutus saya. Saat saya saat itu berada di Belgrade, Yugoslavia. Seorang malaikat datang dan memberitahukan saya bahwa saya harus pergi secepatnya ke Libanon. Adakah sesuatu yang anda perlukan, saudara yang kekasih? Apakah sekolah mengalami suatu kesulitan?" Katanya langsung: "Kami mempunyai masalah, tapi tidak ada yang serius sekali. Saya akan ke Amerika pada hari Rabu. Saya menghargai kedatangan anda, dan tentunya juga tawaran anda untuk menolong saya." Saya katakan: "Baiklah, saya ada dalam kota. Jika anda memerlukan saya, anda tahu di mana mengkontak saya." Saya menyetir kembali ke kantor pusat misi kami dengan sukacita yang sempurna di lubuk hati saya bahwa saya telah menaati suruhan lewat malaikat Tuhan itu. 

     Pada hari Selasa pagi, saya melihat kepala sekolah itu di biro travel milik seorang teman saya yang telah menolong saya selama bertahun-tahun untuk segala urusan tiket dan travel. Saya menemuinya dan mengatakan: "Saya tidak tahu mengapa, tapi saya merasa di dalam roh saya akan ada kesukaran besar. Semacam tragedi bagi keberangkatan anda besok dari bandara Beirut. Bisakah anda urus untuk berangkat dari Damaskus saja. Berangkatlah dari bandara Damaskus di Siria." "Tidak," ujarnya, "Tidak ada masalah sama sekali. Tidak akan terjadi hal-hal buruk dan tidak ada orang yang dapat menyusahkan saya. Saya akan berangkat besok pagi dari bandara Beirut. Semua dari sekolah akan datang ke bandara untuk mengucapkan selamat tinggal." Sahut saya, "Baiklah. Sekali lagi, jika anda memerlukan pertolongan saya, saya ada dalam kota." 

     Hari Rabu pagi, saya ada di bandara untuk bertemu dengan pimpinan Pan American. Saya sedang mengupayakan suatu pekerjaan di perusahaan Pan Am untuk salah seorang pemuda dari kami. Sewaktu kami berbicara telepon berdering di kantor bandara itu. Teman saya yang agen travel itu, memang sudah tahu di mana saya berada. Ia juga ada di bandara guna mengucapkan selamat tinggal bersama dengan para murid Sekolah Kehidupan. Rupanya ia menelepon dari bagian lain di bandara itu. Kedengarannya ia cukup gelisah di telepon. "Samuel, disini ada keadaan darurat," serunya. "Datanglah cepat. Para tentara telah menangkap kepala sekolah. Baru saja ia akan naik ke pesawat, mereka menyetop dia serta menangkapnya lalu membawa dia pergi. Rupanya langsung ke penjara. Semua para murid di sini resah dan gelisah. Kami tidak tahu apa yang telah terjadi dengan kepala sekolah." Berita yang mengejutkan memang. 

     Saya pamit dari kantor Pan Am. Saya segera menemui para pejabat bandara. Saya tiba di suatu ruangan, dan suasananya resah. Banyak yang duduk di sekitar ruangan itu, ada pula yang terisak menangis. Beberapa sanak keluarga kepala sekolah itu kebingungan. Ada yang mulai mengancam ndak berbuat sesuatu terhadap mereka yang telah mengakibatkan kejadian ini. Saya segera menyelidiki di mana kepala sekolah itu di bawa. Tak seorang pun tahu. Dan sesudah mendatangi satu penjara ke penjara lainnya di dalam kota Beirut, akhirnya saya menemukannya. Dengan berpakaian jas yang baru dan bagus disertai dasi, dalam rangka penerbangannya ke Amerika, ia dijebloskan ke dalam penjara bersama para penjahat. 

     Tampaknya ada lebih dari 20 orang di dalam sel itu. Ketika saya melongok melalui jendela yang kecil di situ, saya jadi terharu. Kemudian hari dalam ceritanya pada saya, Ia katakan bahwa ketika ia melihat saya di situ, ia sempat berkata kepada para napi yang berdekatan dengannya: "Kalian lihat bapak itu yang memandang pada saya sekarang ini. Ia pasti akan mengeluarkan saya dari tempat ini." Pada kala itu saya sesungguhnya tidak tahu bagaimana caranya, namun saya sudah bisa tahu malaikat Tuhan telah menyatakan agar kami secepatnya kembali ke Beirut adalah untuk krisis yang menyenangkan ini. Ini merupakan sebuah serangan iblis terhadap Sekolah Kehidupan, dan terhadap kepala sekolahnya. Saya saya berupaya sepanjang hari, menjelajahi seluruh kota Beirut dan di luar Beirut. Saya mendatangi pejabat yang satu kepada yang lainnya. Sampai akhirnya saya bertemu dengan Kepala Kepolisian di pegunungan Libanon. Waktu itu sudah pukul 10.00 malam. Ia sedang mandi, maka saya menunggu. Saya sempat berbicara beberapa menit dengan istrinya sebelum ia siap. Ia rupanya mengenal saya dari kebaktian-kebaktian yang sering kami selenggarakan di Beirut. Ia telah menolong saya dan memberikan pada saya wewenang luar biasa dan perlindungan oleh para anggota pasukannya. Kami memang kadang-kadang memerlukan perlindungan pasukan polisi selama kebaktian-kebaktian dengan tenda. Ia bertanya: "Ada apa yang dapat saya bantu, Pak?" Saya beritahukan situasi seluruhnya. Ia menjadi marah. Ia marah karena hal seperti ini bisa terjadi di wilayahnya. Ia segera berdiri dan menyampaikan beberapa perintah kepada anak buahnya. Saya sudah memohonkan agar kepala sekolah itu dikeluarkan dari sel penjara dan ditempatkan di dalam suatu ruangan kantor dan dijaga oleh para pengawal. 

Kepala Kepolisian itu mengontak pejabat tertentu secara pribadi dan meminta supaya pemeliharaan yang khusus diberikan pada kepala sekolah itu. Mereka sesungguhnya sangat menolong bagi kepentingan kepala sekolah itu. Saya kembali langsung ke tempat penjara tadi. Saya mendapat izin bertemu dengan kepala sekolah, dan kami saling berangkulan. Saya katakan: "Jangan kuatir. Besok pagi hari anda akan dibebaskan." Dan memang saya berhasil mendapatkan pembebasannya. Segala kemuliaan bagi Tuhan! Saya menandatangani surat jaminan yang diperlukan, dan membereskan segala sesuatunya secara baik sesuai dengan ketentuan.

Saya juga berhasil menyelesaikan semua tuduhan yang palsu dari orang-orang yang mencoba menjatuhkan kepala sekolah itu. Puji Tuhan, seusai segalanya saya pun mempunyai kesempatan mengantarnya ke bandara bersama istrinya. Saya bahkan mendapatkan Izin untuk mengantarkan langsung sampai di pesawat. Saya menciumnya selamat tinggal dan menyerahkan dia kepada lengan perlindungan yang kekal dari Tuhan. Sekembalinya saya dari bandara, alangkah sukacitanya saya bersama saudara saya Sela. Karena kami sudah menaati suara yang disampaikan mereka Tuhan, dan kembali ke Beirut secepatnya. Dan ternyata Tuhan telah membuka jalan sehingga kami semua memuliakan nama-Nya. Haleluya!

     Para malaikat Tuhan telah diutus banyak kali untuk meluputkan hamba-hambaNya dari pelbagai bahaya besar. Tuhan mengetahui masa depan. Ia telah mengontrol setiap bagian dari masa lalu kita. Ialah Tuhan yang mengetahui segala akhir dari sejak awal. Ia mengetahui pikiran-pikiran manusia. Dan Ia mengetahui rencana-rencana si jahat. Maka jikalau Tuhan menghendaki menjaga kita dan melepaskan kita dari rencana si iblis, Ia dapat melakukannya. 

     Kita juga melihat peristiwa yang menakjubkan ini di dalam kehidupan Tuhan Yesus Kristus kita. Di taman Getsemani Yesus menyatakan dalam doaNya bahwa kehendak Bapa yang jadi. Ia sudah meminum dari cawan pahit itu.

Dan seorang malaikat datang untuk melayani Dia (Lukas 22:43). Ia memerlukan pelayanan malaikat untuk menguatkanNya sewaktu Ia mengalami saat-saat pergumulan itu. Namun Yesus meraih kemenangan dengan cara meminum dari cawan yang pahit itu, supaya anda dan saya dapat minum dari cawan yang berkemuliaan yang telah Ia sediakan bagi kita: cawan Keselamatan. Ia juga menyediakan bagi kita cawan kesembuhan, cawan kelepasan dan cawan hidup yang kekal. Puji nama-Nya untuk selamanya.

     Di dalam Kisah  Para Rasul 12, dalam kehidupan Petrus kita membaca kisah yang demikian dalam ayat 1-5: "Kira-kira pada waktu itu raja Herodes mulai bertindak dengan keras terhadap beberapa orang dari Jemaat. Ia menyuruh membunuh Yakobus, saudara Yohanes, dengan pedang. Ketika ia melihat, bahwa hal itu menyenangkan hati orang Yahudi, ia melanjutkan perbuatannya itu dan menyuruh menahan Petrus. Waktu itu hari raya Roti Tidak Beragi. Setelah Petrus ditangkap, Herodes menyuruh memenjarakannya di bawah penjagaan 4 regu, masing-masing terdiri dari 4 prajurit. Maksudnya ialah, supaya sehabis Paskah ia menghadapkannya ke depan orang banyak. Demikianlah Petrus ditahan di dalam penjara." 

Tetapi Alkitab mengatakan bahwa Jemaat tanpa hentinya berdoa kepada Tuhan untuk Petrus. Dan tatkala tiba saatnya Herodes ingin menghadapkan Petrus,  malam harinya, Petrus tidur di antara dua orang prajurit. Ia terbelenggu dengan dua rantai, dan prajurit-prajurit pengawal sedang berjaga di muka pintu. Amat menakjubkan bahwa Petrus bisa tidur dengan nyenyak. Sudah tentu ia menyadari apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya. Ia pun tahu bahwa Yakobus sudah dibunuh. Dan Stefanus dirajam mati. Tak diragukan lagi ia mengetahui bahwa sesuatu yang buruk seperti ini akan terjadi padanya pula cepat atau lambat. Namun dengan damai sejahtera Tuhan di dalam hatinya, dan dengan kobaran Roh Kudus dalam kehidupannya mulai dari hari Pentakosta dikala baptisan yang mengagumkan datang atas dirinya, ia mempunyai damai sejahtera yang sempurna. Ia tidur dengan nyenyaknya kendati dua rantai mengikat kaki dan tangannya, dan para prajurit di sekitarnya dan di luar pintu sel. 

     Sungguh menakjubkan bahwa di tengah pengalaman yang sedemikian itu, apabila kita mempunyai Tuhan yang hidup di dalam kita, kita tidak perlu kuatir atau cemas. Tuhan memelihara kita. Dan jika tidak ada di dalam rencana Tuhan bahwa sesuatu akan terjadi pada kita, bahkan jika musuh mencoba akan membunuh kita sekalipun, mereka itu tidak dapat menyentuh kita. Firman Tuhan begitu indah. Di dalam ayat 7 pasal 12 Kisah Para Rasul itu dikatakan: "Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan dekat Petrus dan cahaya bersinar dalam ruang itu. Malaikat itu menepuk Petrus untuk membangunkannya, katanya: "Bangunlah segera!" Maka gugurlah rantai itu dari tangan Petrus." Di manakah para penjaga? Di manakah para prajurit? Bagaimana dengan mereka yang di luar pintu penjelasan sambil berjaga? Sungguh hebat apabila malaikat Tuhan melaksanakan sesuatu mujizat bagi kita, ia akan mengendalikan setiap bagian dari si musuh. Dan ayat berikutnya mengatakan: "Lalu kata malaikat itu kepadanya: "Ikatlah pinggangmu dan kenakanlah sepatumu!" 

Jadi Petrus tentunya sempat melepaskan ikat pinggang dan sepatunya lalu tidur dengan nyenyak. Maka ia cepat-cepat mengikat pinggangnya dan mengenakan sepatunya. Kemudian malaikat itu berkata kepadanya, dalam ayat 8-10: "Kenakanlah jubahmu dan Ikutlah aku!" Lalu ia mengikuti malaikat itu keluar dan ia tidak tahu, bahwa apa yang dilakukan malaikat itu sungguh-sungguh terjadi, sangkanya ia melihat suatu penglihatan. Setelah mereka melalui tempat kawal pertama dan tempat awal kedua, sampailah mereka ke pintu gerbang besi yang menuju ke kota. Pintu itu terbuka dengan sendirinya bagi mereka" Jadi tidak diragukan lagi ada seorang malaikat lainnya yang membukakan pintu itu. 

"Sesudah tiba di luar, mereka berjalan sampai ke ujung jalan, dan tiba-tiba malaikat itu meninggalkan dia." Kemudian ayat 11 melanjutkan: "Dan setelah sadar akan dirinya, Petrus...." Jadi sepanjang waktu itu Petrus tidak sadar, ia menyangka semua itu adalah sebuah visi, sebuah mimpi, namun semuanya itu adalah kenyataan. Ia tidak tahu apa yang tengah terjadi. Tetapi ketika ia sadar akan dirinya, ia "...berkata: "Sekarang tahulah aku benar-benar bahwa Tuhan telah menyuruh malaikatNya dan menyelamatkan aku dari tangan Herodes dan dari segala sesuatu yang diharapkan orang Yahudi." 

Kita mengetahui bagaimana Tuhan secara mengagumkan meluputkan Petrus dan memakainya lebih lagi, dalam ukuran lebih besar, sebab rencana Tuhan ialah bahwa ia harus lebih lanjut melayani Tuhan dan tidak harus mati dulu. 

     Dalam kurun waktu 44 tahun sepanjang pelayanan saya bagi Sang Majikan, saya tahu berapa betapa si iblis menginginkan untuk mengambil nyawa saya. Ia menginginkan saya terbunuh, bukan cuma satu kali, dua kali, melainkan banyak kali,  di begitu banyak negara, tetapi Roh Tuhan dan penjagaan yang perkasa dari Tuhan telah memelihara saya sampai dengan hari ini. Puji Tuhan! 

     Libanon telah mengalami 15 tahun masa perang yang dahsyat, brutal, keji dan tanpa perasaan. Segala ragam unsur-unsur asing telah memasuki negara Kristen yang cantik ini. Mereka telah merusak negeri, membunuh banyak orang, menghancurkan gereja-gereja, dan secara total memorak-porandakan ribuan bangunan termasuk yang megah dan canggih. Namun bagi Tuhan segala kemuliaan, apapun yang telah dilakukan musuh, mereka tidak bisa menghancurkan kehendak dan iman kami di dalam Kristus. Kami akan meneruskan pekerjaan yang baik hingga Yesus datang kembali! 

     Tuhan telah membangun dan mendirikan "Bible Land Mission" di seluruh negara Timur Tengah, terutama bermaskar-besar di Beirut. Hingga hari ini kami masih melanjutkan dengan kuasa yang perkasa dari Tuhan. Gereja-gereja kami terlindungi. Kami telah meneruskan dengan berbagai pelayanan. Ribuan para murid belajar di sekolah-sekolah kami. Kami mengasuh banyak anak laki-laki dan perempuan di panti asuhan kami. Kami telah menolong banyak orang yang miskin. Kami masih terus bekerja dan menolong di mana ada kebutuhan. 

     Pada masa lalu kami sempat membantu dalam pengapdosian 11 anak, malah bayi, untuk beberapa keluarga di Belanda. Sekarang ini mereka semua hidup di dalam rumah tangga yang baik-baik dan terpelihara dengan baik pula. Saya bahkan gembira ketika mendengar beberapa diantara anak-anak itu sekarang sudah "lahir kembali", dipenuhi Roh Kudus, dan dipakai oleh tangan heran Tuhan. 

     Dalam suatu rumah tangga yang pernah mengadopsi seorang anak laki-laki dan seorang anak perempuan, sang ayah suatu ketika menanyakan kapan saya berikutnya mengunjungi Libanon lagi. Saat itu saya katakan saya menunggu hingga bandara di Beirut dibuka kembali, karena waktu itu masih tertutup akibat perang yang berkecamuk. Saya saya memang tidak menyukai perjalanan yang berbahaya dengan kapal dari Siprus ke pelabuhan Junich di wilayah Kristen. Namun bilamana bandara dibuka kembali dan keadaan menjadi agak lebih baik, maka saya akan cepat-cepat ke sana. Ia berjanji pada saya, sewaktu kami sedang duduk di meja makan bersama-sama, katanya: "Saya kenal sebuah supermarket di Beirut, dan saya akan sampaikan suatu pesan. 

Supermarket ini akan memberikan makanan atau kebutuhan lainnya yang anda perlukan bagi orang-orang dalam pelayanan anda di Beirut sampai dengan sejumlah 20.000 Golden Belanda, atau senilai dengan 10.000 dolar Amerika Serikat." Ketika saya mendengar itu, saya begitu gembira dan bersemangat. Saya berterima kasih kepadanya. Lalu saya katakan: "Anda tahu, saudara yang kekasih, saya akan ke sana minggu depan!"

     Ketika saya mengetahui adanya kemungkinan seperti itu memperoleh makanan bagi yang lapar dan dalam kebutuhan, tidak lagi menjadi soal betapa berbahayanya perjalanan dengan kapal via Siprus itu. Saya sudah siap untuk pergi. Saya menuju ke Siprus dan menghubungi Beirut. Para diaken kami menasihati saya untuk jangan datang. Situasinya terlalu berbahaya. Saya memberitahukan mereka bahwa kami akan memperoleh makanan di Beirut. Tetapi mereka katakan: "Pak Pendeta, semua toko ditutup, demikian juga semua supermarket. Pemboman berlanjut terus. Sangat berbahaya. Bukan saatnya untuk datang." Saya berkata: "Pokoknya saya akan ke sana. Tolong atur ada yang menunggu di pelabuhan untuk menjemput saya di pagi hari." 

     Saya naik kapal malam itu. Saya pergi disertai doa. Saya tiba dengan selamat. Dua orang saudara sudah menunggu di pelabuhan untuk menjemput saya. Mereka mempunyai senyum ekstra di wajah masing-masing. Ujar mereka: "Sangat aneh, tadi malam tidak ada pemboman. Dan ketika kami menuju ke pelabuhan pagi ini, toko-toko dibuka." Saya menanggapi: "Puji Tuhan!" Waktu itu bulan Maret. Beirut udaranya dingin dan basah. Ketika saya tiba di kantor misi dan sebelum saya sempat saya lepaskan jas, saya langsung menelepon supermarket yang dimaksud. Saya tetap berdoa sungguh. Dan ada yang menjawab telepon itu. Saya menyapa: "Selamat pagi." Disahutnya: "Selamat pagi." Langsung saya katakan: "Nama saya Samuel Doctorian." Ia segera menanggapi: "Saya baru saja menerima telex pagi ini dari Belanda. Katanya, saya harus memberikan pada anda makanan sejumlah 20.000 gulden. Saya langsung berseru: "Haleluya!" Selanjutnya saya bertanya: "Apa saja yang ada di supermarket anda?" Katanya: "Kami merupakan supermarket terbesar di Libanon. Apa saja yang anda perlukan, ada pada kami." Dapat anda bayangkan betapa gembiranya saya. Pada akhirnya, kami mendapatkan satu truk penuh dengan terigu, gula, beras, makanan kaleng dan banyak kebutuhan pokok lainnya yang sangat diperlukan bagi panti asuhan kami, dan juga keluarga-keluarga yang sungguh miskin di gereja kami. Dan ketika para gembala dan penatua kami sudah berkumpul, kami pun sempat memasukkan ke dalam kantong-kantong plastik dan membagi-bagikannya di Beirut kepada 88 keluarga yang sungguh membutuhkan, di samping kepada anak-anak asuhan kami di panti asuhan. Segala kemuliaan bagi Tuhan! 

     Malam itu saya merasa sangat merasa puas dan sukacita. Dan ketika saya tiba kembali di markas misi pada malam harinya, tidak ada listrik akibat pemboman. Banyak kabel listrik yang putus. Dan dengan cahaya lilin di kamar tidur saya, sekitar pukul 12.00 tengah malam, saya berlutut menyampaikan syukur kepada Tuhan untuk hari itu yang penuh sukses. Saya merasakan kepuasan yang penuh. Saya menyatakan berkat pada saudara yang kasih itu beserta keluarganya di Belanda yang sudah memungkinkan bagi kami ini mengalami segala berkat itu. Saya merencanakan untuk tinggal beberapa hari lagi di Beirut. Saya mengharapkan agar keadaan makin membaik, pertempuran agar berhenti, bandara bisa dibuka kembali, dan saya dapat gunakan pesawat meninggalkan Libanon lagi. 

     Saya pergi tidur. Dengan segera saya tertidur nyenyak. Sekitar pukul 3 dini hari, terasa ada orang yang menggoyang-goyang saya. Saya terbangun, meskipun saya tidak membuka mata. Saya menjadi heran siapa yang menggoyang saya begitu rupa dan berupaya membangunkan saya. Tidak ada orang lain di dalam kamar itu. Memang ada banyak orang yang tidur di pelbagai bangunan misi. Beberapa keluarga, beserta anak-anak panti asuhan kami, tinggal di Peniel, tetapi siapa ini yang ada di rumah? Beberapa bulan yang lalu kami mengalami hal yang amat menyedihkan. Para perampok bersenjata senapan memasuki markas misi dan menyerang putera sulung saya dan istrinya. Mereka sempat mengambil cincin-cincin pertunangan dan pernikahan mereka dan juga barang-barang yang lain. Mereka juga mengancam putri saya Jasmine. Hampir saja mereka membunuh ketiganya itu. Adalah perlindungan Tuhan sehingga mereka tidak membunuhnya. Mereka cuma menguncikan anak-anak dan menantu saya itu di dalam sebuah kamar lalu menghilang bersama barang-barang yang sempat diambil itu. Mereka juga ternyata menemukan sejumlah uang yang disiapkan untuk gaji para guru dan untuk lain-lain pembayaran. Tetapi puji Tuhan mereka pergi tanpa mengganggu siapapun secara jasmaniah. 

     Saya sampai terpikir apakah para perampok itu yang setelah mendengar saya datang lalu memasuki lagi rumah kami dan berupaya mengancam saya. Beberapa menit kemudian kembali ada yang menggoyang-goyang saya. Saya malah dapat merasakan tangannya yang menggoyang-goyang saya itu. Akhirnya, saya membuka mata saya. Saya tidak dapat menguraikan dengan kata-kata apa yang saya lihat. Dengan beberapa bahasa yang saya ketahui, dan ribuan kata yang biasa saya ucapkan, tidak dapat saya jelaskan atau ekspresikan dengan tepat wajah yang paling indah yang ada di hadapan saya saat itu. Penuh dengan terang. Sudah tentu para malaikat mempunyai wajah, saya sudah melihatnya. Mereka mempunyai kaki, dan ia sedang berdiri di situ. Mereka tentunya mempunyai tangan, sebab ia menggoyang-goyang saya dengan tangannya. Seorang makhluk malaikat dengan keindahan yang begitu rupa, saya tidak bisa memaparkannya. Di tengah-tengah cahaya ya terang, saya dapat melihat matanya, dan saya dapat melihat senyumnya. Tentu saja saya agak gemetaran. Saya cepat-cepat turun dari tempat tidur. Saya langsung berlutut. Dan malaikat Tuhan dengan suara yang terdengar jelas berkata. Kali ini ia tidak menyebut nama saya, melainkan katanya: "Hamba Tuhan." Sungguh sebuah kalimat yang indah.  Sungguh sebuah titel dari Tuhan Sendiri. Ia tidak menyebut saya pastor atau reverend (pendeta). Ia tidak juga menyebut bishop (uskup), atau uskup agung, atau doctor atau titel lain-lainnya melainkan yang terbesar dan tertinggi dari semuanya itu, yakni "hamba Tuhan." Saya sungguh bersukacita sejak hari itu hanya karena titel tersebut. Sunggu sebuah hak istimewa. Sungguh sebuah kehormatan. Malaikat itu melanjutkan berkata: "Siapkan kopermu, tinggalkan Libanon hari ini."

     Langsung saya ingin memandang wajahnya lagi, namun ia sudah pergi. Saya tidak dapat melihatnya kembali. Tentunya ia masih berada di dalam kamar saya, tapi saya tidak bisa melihatnya lagi. Pembaca yang kekasih, itu bukanlah sebuah visi/penglihatan. Bukan pula imaginasi/khayalan saya, itu adalah real/nyata. Seorang malaikat yang diutus Tuhan untuk menyampaikan pada saya pesan tadi itu. 

Saya segera menyalakan lilin, mengambil koper saya dan mulai mengepak. Pagi-pagi sekali saya sudah harus membangunkan salah seorang gembala yang juga tinggal di markas misi kami. Ia telah melayani bersama kami lebih dari 18 tahun. Rupanya saya belum pernah pergi bersamanya di dalam mobilnya sendiri. Saya beritahukan dia: "Saya ingin anda mengantar saya ke kota hari ini. Saya sedang merencanakan untuk pergi hari ini dengan kapal." Ia menanggapi: "Tetapi anda baru datang kemarin." Jawab saya: "Betul. Tapi saya akan pergi lagi hari ini." Kami cepat-cepat bergegas ke kota. Saya mengucapkan selamat tinggal kepada beberapa orang dan juga para ipar saya. Mereka terkejut saya pergi lagi secepat itu. Dan mereka tentunya tidak dapat lagi membujuk saya. Juga waktu itu saya tidak dapat menjelaskan kepada mereka bagaimana malaikat muncul pada saya dan menyuruh saya untuk berangkat hari itu juga. Kami bergegas ke pelabuhan. Saya berhasil mendapatkan tiket kapal. Ada lebih 100 orang yang berdiri di pelabuhan menunggu untuk berangkat. Ketegangan di dalam kota kembali menjadi sangat tinggi. Setiap orang merasa pertempuran akan kembali berkobar. Cuaca saat itu pun amat mendung sekali dan angin bertiup keras. Terlebih lagi selama bulan Maret biasanya keadaan laut sangat penuh badai. Dengan menggunakan perahu besar mereka membawa kami para penumpang ke kapal. Dua puluh penumpang pertama telah diangkut dengan perahu tersebut. Kami semua memperhatikannya. Perahu itu menuju ke kapal, namun gelombangnya begitu tinggi, sehingga tidak seorangpun penumpang yang dapat dinaikkan ke kapal. Mereka semua harus kembali lagi ke pelabuhan. Tak lama kemudian kami mendengar pengumuman. Perjalanan dengan kapal dibatalkan untuk hari itu. Semua kami harus kembali lagi besok pagi pukul 7. Dan itu pun apabila cuacanya memungkinkan untuk kapal berangkat.

     Saya berdiri di situ agak kaget, terkejut. Salah seorang saudara yang mengantar dan berdiri dekat saya menawarkan untuk saya bermalam di rumahnya. Dan karena rumahnya cuma beberapa menit saja dari pelabuhan, ia katakan akan mengantarkan saya lagi besok paginya. Saya minta untuk dibiarkan sendiri beberapa saat. Lalu saya mulai merenungkan, berdoa, dan mencari hadirat Tuhan. 

Bagaimanakah ini, Tuhan? ENGKAU mengutus malaikatMu. Ia menyuruh saya untuk meninggalkan Beirut hari ini. ENGKAU sudah tahu akan ada badai. ENGKAU sudah tahu gelombang laut akan begitu dahsyat. Tentunya ENGKAU pun sudah tahu bahwa kapal ini tidak akan berangkat. Bagaimanakah malaikatMu dapat menyuruh saya untuk berangkat hari ini?"

     Baru saja saya berdoa ada pengumuman lain yang disampaikan oleh pejabat pelabuhan. Rupanya ada sebuah kapal pengangkut ternak yang sedang berlabuh di situ. Kapal itu akan berangkat satu jam lagi. Karena tidak dimaksudkan membawa serta penumpang, maka bukan saja tidak tersedia kabin untuk tempat tidur penumpang, tetapi kursi untuk duduk pun tidak ada di kapal itu. Memang kapal untuk khusus mengangkut ternak. Siapapun yang ingin turut dengan kapal itu harus bersedia duduk di atas dek di tengah-tengah, untuk mengarungi laut yang tengah bergelombang hebat waktu itu. Tanpa ragu lagi saya tukarkan tiket saya. Dan saya yang pertama yang langsung naik ke kapal pengangkut ternak itu.

Saya tahu malaikat sudah mengatakan untuk berangkat hari itu. Saya mesti menaati Tuhan. Setengah jam kemudian mulailah berita-berita kami terima. Kami juga dari pelabuhan dapat mendengar suara ledakan-ledakan. Agaknya pemboman mulai berlangsung lagi. Menurut berita sebuah bom yang besar terjatuh di salah satu sekolah di Beirut dan membinasakan sejumlah anak sekolah.  Dan banyak penumpang lainnya yang berdiri di dermaga menjadi bingung apa yang harus mereka perbuat. Haruskah mereka pulang segera dan kembali lagi esok pagi. Dan memang ada beberapa yang akhirnya pulang. Tetapi banyak juga yang melihat saya menaiki kapal pengangkut ternak, mengambil keputusan bahwa jika hamba Tuhan itu siap pergi dengan kapal itu, mengapa mereka tidak berani untuk pergi juga bersamanya. Lalu saya membantu mereka yang juga ingin berangkat dengan kapal itu untuk naik. Sulit bagi para ibu yang membawa anak-anak dan juga koper mereka untuk naik ke atas kapal itu. 

     Rupanya nakhoda kapal itu melihat saya. Ia meminta saya menemuinya setelah ia mengemudikan kapal keluar dari pelabuhan. Saya heran mengapa. Saya aya bertanya: "Bagaimana anda tahu saya?" Jawabnya: "Anda akan terkejut. Datanglah ke tempat saya, saya ada perlu dengan anda." Ketika kapal mulai bergerak, mulailah hujan turun dengan lebat. Laut pun sangat buruk keadaannya. Kendati sulit sekali di tengah terjangan gelombang yang dahsyat saya pun berhasil menuju ke ruang atas di mana nakhoda berada. Ia menyerahkan kemudi kapal kepada rekan lainnya. Lalu bersama-sama kami menuruni beberapa anak tangga menuju sebuah ruangan. Ia membukakan pintu dan katanya: "Anda seorang hamba Tuhan, anda dapat tidur di sini." Saya katakan: "Tunggu dulu, Pak nahkoda. Kenapa saya? Bagaimana anda kenal saya?" Kemudian ia menjelaskan: "Tahun lalu saya bertugas di sebuah kapal dalam perjalanan dari Limassol di Siprus menuju ke Haifa di Israel. Waktu itu anda membawa serta satu rombongan. Saya memberikan izin siaran khotbah anda lewat radio yang di transmisikan dari Cyprus Broadcasting Corporation untuk diperdengarkan melalui sistem pengeras suara di seluruh kapal itu. Sekitar 500 penumpang sempat mendengar khotbah anda, dan saya secara pribadi juga amat di berkati. Jadi saya tahu siapa anda." Anda dapat bayangkan alangkah gembiranya saya mendengar kata-kata itu dari sang nakhoda. Saya berterima kasih kepadanya, dan saya menempati kabin saya. Kapal bergoyang kuat dari kiri ke kanan, sebagaimana seorang ibu menggoyangkan bayinya untuk tidur. Saya berupaya mengenakan piyama saya yang akhirnya berhasil dengan amat sukar. Dan setelah berdoa saya pun tertidur. 

     Saya rupanya tertidur nyenyak sekali meskipun di tengah badai seperti itu. 6 jam lamanya saya tidur. Saya terbangun karena suara rintihan yang kuat yang terdengar di dalam kamar itu. Kedengarannya seperti orang yang sedang sekarat. Saya mencelikkan mata saya dan melihat seorang laki-laki di tempat tidur lainnya ya berpakaian tebal, sedang berbaring dan dalam keadaan sangat kesakitan. Saya menyapa: "Selamat pagi, Pak." Katanya: "Bukanlah pagi yang 'baik' ('selamat'), melainkan malam yang terburuk dalam hidup saya." Saya bertanya: "Apa yang terjadi?" Ia katakan: "Turun ke bawah dan lihat bagaimana orang-orang sakit semuanya. Sungguh mujizat beberapa mereka tidak sampai meninggal. Saya sendiri amat sakit. Pukul 11 tadi malam kapal ini hampir saja tenggelam." Kata saya: "Sungguh? Saya sedang di mana waktu itu?" Ia menyahut: "Anda sedang tidur nyenyak. Saya sampai tidak percaya." 

Di dalam lubuk hati saya katakan: Terimakasih Tuhan." Orang itu tidak mengetahui saya siapa. Karena saya berpakaian piyama, tidak mengenakan jas hitam saya dengan kerah putih tanda kerohaniwanan. Dia memandangi saya dan tidak mengetahui siapa saya, dan saya pun tidak tahu siapa dia. Lalu saya bertanya: "Apa bisnis Pak?" Ia menjawab: "Saya adalah direktur dari American Life Insurance (perusahaan asuransi jiwa) di Libanon." Oh," ujar saya: "Baik sekali." Dalam keadaan sakit yang sangat itu, ia masih sempat bertanya: "Sudahkah anda masuk asuransi jiwa?" Jawab saya: "Sudah Pak. Saya memiliki polis asuransi jiwa yang terbaik,  tidak ada bandingannya. Asuransi yang saya miliki ialah asuransi laut,  asuransi udara, dan asuransi darat." Orang itu melongo, lalu tanyanya: "Perusahaan yang mana?" "Oh," sahut saya: "Perusahaan terbesar di seluruh dunia." Ia katakan: "Kami kira kamilah perusahaan yang terbesar." Komentar saya: "Baiklah, itu yang anda kira. Namun perusahaan yang saya masuk asuransi ini jauh lebih besar dari perusahaan anda itu." Ia bertanya lagi: "Apakah ada perwakilannya di Libanon?" Jawab saya: "Oh ya, perusahaan ini mempunyai perwakilan di dalam setiap negara di dunia." Dan segera pertanyaan berikutnya adalah: "Di manakah kantor pusatnya?" Saya menyahut: "Di sebuah tempat yang luar biasa amannya. Selain itu, direktur dari seluruh perusahaan ini adalah teman pribadi saya. Dan anda tahu, ia yang membayar premi saya. Ia telah membayar setiap sen dari polis asuransi saya." Pada saat saya mengatakan demikian, laki-laki yang tengah terpesona ini, dalam keadaan sangat sakit itu, duduk di tempat tidurnya, dan menatap pada saya. Pertanyaannya yang berikut, yang memang tengah saya nantikan, akhirnya muncul: "Siapakah namanya?" Saya katakan: "Namanya ialah Yesus." Anda mestinya melihat apa yang terjadi dengan laki-laki itu. Mulailah saya jelaskan tentang jaminan hebat dan indah yang kita punya di dalam Kristus Yesus. Sekitar 20 menit kemudian, laki-laki yang tulus itu mengeluarkan air mata. Ia meminta saya berdoa untuknya. Ia juga meminta saya mendoakan istrinya yang sekarat karena kanker. Ketika saya memperkenalkan diri, ia mengenali nama itu dari berbagai Kebaktian Penginjilan yang besar di kota Beirut. Rupanya ia pernah mendengar nama dan pelayanan saya. Saya sempat juga menumpangkan tangan atasnya di samping mendoakannya di dalam kamar itu. Saya memimpin dia kepada Yang Maha Perkasa, kepada Kristus Yesus, yang jelas sudah mati di atas kayu salib dan telah membayar harganya bagi jaminan dan keselamatan kekal kita. 

     Kami tiba dengan selamat di Siprus. Wakil kami yang kekasih dari Bible Land Mission, yang biasanya menjemput saya, sudah mendengar bahwa tidak ada penumpang yang datang dengan kapal yang manapun. Maka ia tidak datang di pelabuhan. Saya menggunakan taksi dan langsung ke rumah misi. Saya menelepon dia di bank, di mana ia sebagai managernya. Ia mendengar suara saya, dan mengira saya menelepon dari Beirut. Saya katakan: "Bukan, saya ada di Larnaca, Siprus. Saya sekarang ada di rumah misi." Tetapi ia terheran: "Bagaimana Pak bisa sampai di sini? Kapal itu tidak membawa penumpang. Pertempuran hebat sudah mulai berkecamuk lagi.  Kami baru saja mendengar bahwa kapal penumpang tiba pukul 3 pagi di Siprus tanpa adanya penumpang." Saya katakan: "Saya datang dengan kapal pengangkat ternak. Akan saya ceritakan kemudian bagaimana semuanya itu terjadi."

     Selama berminggu-minggu sesudah itu, tidak ada pesawat terbang yang keluar dari Beirut. Juga tidak ada kapal yang pergi ke Libanon, ataupun meninggalkan Libanon. Dapat anda bayangkan sukacita saya, dengan air mata keharuan, dikala saya memuji Tuhan. Siapakah saya, sehingga Tuhan mau mengutus malaikatNya untuk menyuruh saya keluar  dari  Libanon. Ia sungguh meluputkan saya dari segala bahaya yang mengancam. 

     Dan setibanya saya di Belanda saya menelepon teman saya orang Belanda yang kekasih itu. Ketika manager di kantornya mendengar dari saya, Ia memberitahukan bahwa teman saya itu tidak di tempat. Ia berada di Austria bersama istri dan dua orang anaknya sedang berlibur. Tetapi katanya ia ingin berbicara dengan saya jika saya kembali ke Belanda. Saya diberikan nomor telepon pribadinya. Saya langsung menelponnya di Austria. Begitu mendengar suara saya, ia berseru: "Samuel, di manakah anda?" Saya katakan: "Saya sudah di Beirut. Saya sudah mendapatkan makanan, dan secara mujizat Saya keluar lagi dari sana." Kemudian tidak terdengar suara di pihak sana. Saya terus menyapa: "Hallo, hallo," Tidak ada jawaban. Saya kira hubungannya putus. Ternyata tidak. Rupanya teman saya itu terharu sekali, sehingga tidak dapat berkata-kata. Sesudah beberapa saat saya mendengar dia mengatakan: "Syukur kepada Tuhan Samuel. Anda sudah ke Beirut dan keluar lagi dengan selamat. Saya tetap mendengarkan berita-berita. Sungguh mengerikan. Saya sempat bingung bagaimana keadaan anda dan di mana." Saya meyakinkannya: "Sungguh luar biasa bagaimana Tuhan memimpin saya untuk pergi, dan menunaikan apa yang harus saya kerjakan. Terima kasih untuk segalanya yang anda sudah lakukan yang begitu berarti bagi kami semua, Tuhan mengupahi anda dengan berkelimpahan." Bagi Tuhan segala kemuliaan. Alangkah akbarnya Tuhan kita!

     Tuhan telah memberkati dengan dua layanan malaikat lagi yang Sungguh menakjubkan. Saya akan menceritakan pada terbitan lain bila Roh Kudus membuka jalan bagi saya. Saya juga akan menceritakan tentang visi-visi (penglihatan) yang telah Ia tunjukkan kepada saya. Satu diantaranya ialah terjadi sebelum kehancuran Beirut, dan Libanon. Betapa jelasnya dalam visi itu mengenai datangnya kehancuran. Tuhan menunjukkan kepada saya kehancuran Port Said di Mesir. Dan itu betul terjadi. 

Saya pernah melihat visi tentang perak porandanya sebagian kota Amsterdam karena kebakaran. Tuhan juga pernah memperlihatkan pada saya kerusakan hebat yang terjadi di kota Amman di Yordania. Saya sempat melihat secara detail pertumbuhan darah yang mengerikan di ibukota Yordania itu.

Juga visi yang mengagumkan mengenai piramida, dengan mana Tuhan menunjukkan pada saya tentang berakhirnya zaman. Saya melihat dalam nubuatan sewaktu Roh Kudus mengungkapkan, penandatanganan pakta perdamaian antara Amerika Serikat, Israel dan Mesir. Sehingga saya mengirimkan telegram kepada Presiden Carter waktu itu, dan jawaban yang saya terima dari Gedung Putih. Juga dalam nubuatan saya melihat pemilihan ulang untuk masa jabatan kedua dari Presiden Reagan dan bagaimana terjadinya. Dan nubuatan-nubuatan lainnya yang menguatkan yang hanya dapat diungkapkan oleh Roh Kudus saja. Saya juga menyaksikan berbagai kesembuhan yang disertai mujizat-mujizat yang telah Tuhan adakan dalam kehidupan ratusan dan ribuan orang, termasuk dalam kehidupan saya sendiri. Jamahan kesembuhanNya sungguh luar biasa. Pada waktu yang akan datang, sebagaimana dipimpin Roh Kudus saya rindu menceritakan sebagian dari pengalaman-pengalaman yang menakjubkan ini.

     Akhir kata, saya sungguh berharap dan mendoakan buku kecil ini mengenai malaikat-malaikat dan ketujuh pengalaman yang penting dapat mengokohkan iman anda serta dengan berlimpah memberkati anda beserta keluarga! Di dalam nama Yesus. Amin



Tidak ada komentar:

Posting Komentar