Laman

Rabu, 08 Juni 2022

Dan lalu saya melihat DIA - Rev. Samuel Doctorian



Dan lalu saya melihat DIA

Oleh: Rev. Samuel  Doctorian

Bagian 1


PARA MAKHLUK SORGAWI, MALAIKAT, APA MEREKA  ITU NYATA?

     Sejak tahun 1946 Ketika Tuhan memanggil saya pada pelayanan sewaktu di kota purba Yerusalem, saya telah melayani Dia di semua benua di dunia. Sejauh ini, Ia telah membawa saya ke 112 negara. Bagi Tuhan segala kemuliaan.

     Selama 44 tahun terakhir dalam pelayanan, Tuhan lewat penyertaan, kasih dan anugerahNya yang berlimpah, telah mengaruniakan saya untuk dapat melihat malaikat-malaikat, dan juga bahkan berbicara kepada mereka. Mereka berbicara dengan saya, memberi saya berita-berita penting, meluputkan saya dari keadaan-keadaan yang sangat sulit, memberkati dan memberi saya konfirmasi nyata dan kepastian tentang panggilan yang besar dan tinggi. Terpujilah nama Tuhan.    

    Dalam beberapa tahun terakhir, saya telah diperkenan untuk menyaksikan pelayanan para malaikat itu. Banyak yang telah meminta saya untuk menerbitkan sebuah buku dan menuliskan secara rinci mengenai pelayanan-pelayanan para malaikat ini. Saya telah merasa dipimpin oleh Tuhan untuk melaksanakannya. Inilah tahun (1990) ulang tahun saya yang ke-60. Betapa saya berterima kasih kepada Tuhan untuk hidup pelayanan yang amat berlimpah, kaya dan penuh bagi Majikan saya. Saya telah sangat dipuaskan dengan segala berkat yang saya nikmati, lewat kesempatan memberitakan Kristus kepada ribuan orang, dan banyak yang telah saya Pimpin ke Kalvari serta membantu mereka menemukan Kristus yang hidup. Sekarang ini mereka Tengah bersukacita dalam pengalaman kelahiran kembali secara Ilahi dan berkemuliaan.

     Saya sudah memahami sepenuhnya arti kata Anugerah. 

Sesungguhnya Tuhan telah mencurahkan ke dalam hidup saya Anugerah demi Anugerah; sesuatu yang sama sekali saya tidak berlayak, namun Ia telah menjadikannya mungkin dengan AnugerahNya yang kaya itu. Untuk semua itu saya ingin memberiNya segala Kemuliaan terhadap segala sesuatu yang  telah diperbuatNya.

     Selanjutnya dalam saya menyaksikan tentang para malaikat yang telah saya lihat, saya ingin dengan ini memastikan bahwa semua kejadian itu bukanlah berupa kesan, bukan pula mimpi, atau bahkan visi ataupun sekedar imaginasi/khayalan saya sendiri. Semuanya Itu nyata, makhluk-makhluk sorgawi sama seperti yang anda baca di dalam Alkitab, baik dalam Perjanjian Lama maupun Baru. 

Malaikat-malaikat yang diciptakan Tuhan, roh-roh yang melayani yang mempunyai wajah. Mereka memiliki tubuh berkemuliaan, yang berbicara, yang dapat melihat, yang mempunyai telinga untuk mendengar. Mereka berada di dalam dunia yang tidak tampak di mana mata jasmaniah tidak dapat melihat mereka. Terdapat ribuan demi ribuan makhluk sorgawi itu. Saya sungguh percaya sebagaimana Firman Tuhan juga mengatakan, bahwa Tuhan punya malaikat-malaikatNya, malaikat pelindung bagi setiap anak Tuhan. Yaitu malaikat, yang telah Tuhan berikan untuk melayani kita, melindungi kita, memberkati kita dan membimbing kita. Dan apabila Tuhan menganggap perlu bagi kita untuk melihat para malaikat itu, la akan menjamah mata kita serta mencelikkannya sehingga kita dapat melihat makhluk-makhluk sorgawi itu.

     Di dalam Alkitab, terdapat banyak ilustrasi, banyak ayat, banyak kisah menarik tentang makhluk-makhluk sorgawi. Kita bisa  membacanya di dalam  Perjanjian  Lama,  di dalam ke empat Injil, di dalam Kisah Para Rasul, kehidupan para rasul dan juga di dalam Kitab Wahyu. Kita membaca tentang para malaikat dari Kejadian sampai dengan Wahyu. Para malaikat ini belum usai dengan pekerjaan mereka dan kembali ke tempat-tempat sorgawi, melipat sayap-sayap dan kemudian menganggur. Mereka masih tengah melayani di bumi. Di dalam kitab Kejadian, kita membaca bahwa jiwa manusia, karena ketidak taatan Adam dan Hawa, telah diusir keluar dari taman Eden.

Kejadian  3:24 mengatakan,  "Ia menghalau manusia itu dan di sebelah timur Taman Eden ditempatkanNyalah beberapa kerub dengan pedang yang bernyala-nyala dan menyambar-nyambar, untuk menjaga jalan ke pohon Kehidupan." Di situ anda membaca tentang kerub (sejenis malaikat). Kita juga bisa membaca di dalam Alkitab tentang serafim (jenis malaikat yang lain, mis. Yesaya 6:2). Kita membaca  tentang penghulu malaikat. Kita membaca tentang Mikhael yang perkasa (Daniel 10:13) Dan juga Gabriel (Daniel 9:21; Lukas 1:26-38); malaikat-malaikat terkemuka itu, dan ribuan demi ribuan makhluk sorgawi.

     Di dalam kejadian pasal 16 kita membaca berulang kali, dalam ayat-ayat 7, 9, 10 dan 11, tentang Malaikat Tuhan. Dalam ayat 7 kita membaca: "Lalu Malaikat TUHAN menjumpainya dekat suatu mata air di padang gurun, yakni dekat mata air di jalan ke Syur." Inilah saat ketika Malaikat TUHAN diutus untuk berbicara kepada Hagar, di tengah kehausannya. Kita membaca kisah mengesankan bagaimana sang Malaikat memberitahukan Hagar untuk dia kembali kepada Sarai. Ayat 9 menyebutkan: "Lalu kata Malaikat TUHAN itu kepadanya: "Kembalilah kepada nyonyamu, barkanlah engkau ditindas di bawah  kekuasaannya."

Dan kemudian datang lagi janji disampaikan Malaikat TUHAN kepadanya: "Aku akan membuat sangat banyak keturunanmu, sehingga tidak dapat dihitung karena banyaknya."

Ayat 11 menyatakan: "Selanjutnya kata Malaikat TUHAN itu kepadanya: "Engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan akan menamainya Ismael, sebab TUHAN telah mendengar tentang penindasan atas mu itu. Seorang laki-laki yang lakunya seperti keledai liar, demikianlah nanti anak itu; tangannya akan melawan tiap-tiap orang dan tangan tiap-tiap orang akan melawan dia, dan di tempat kediamannya ia akan menentang semua saudaranya." Kita membaca semua pengalaman yang mempesona tentang malaikat malaikat, kepada pria dan wanita.

     Kita juga membaca tentang TUHAN yang datang bersama dua malaikat. Mereka menampakkan diri sebagai manusia. Mereka datang ke tempat dimana Abraham dan Sara tinggal di Mamre. Kita membaca tentang janji indah yang TUHAN berikan kepada Abraham di saat ia dan istrinya sudah sedemikian tua namun Sara akan dikaruniai seorang anak. Janji yang besar itu digenapi dengan lahirnya Ishak.

     Dan setelah menyampaikan janji itu, sebelum mereka meninggalkan Abraham, TUHAN memberitahukan kepadanya bahwa mereka akan langsung menuju ke Sodom dan Gomora untuk memusnahkan kota-kota itu. Dan kedua malaikat itulah yang diutus untuk menyelamatkan Lot dan ketua anak perempuannya dari kemusnahan Sodom dan Gomora (baca kejadian 19 ayat 1-30).

     Kita membaca lebih lanjut tentang malaikat dalam kehidupan Abraham ketika Tuhan meminta pengorbanan luar biasa dari putera tunggalnya, Ishak sebagai anak yang dijanjikan, untuk dipersembahkan sebagai korban kepada Tuhan. 

Dalam Kejadian 22, di saat Abraham sudah siap untuk  menyembelih putranya, tiba-tiba dalam ayat 11-12 dinyatakan Alkitab: "...berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepadanya: "Abraham, Abraham" Sahutnya: "Ya, Tuhan." Lalu Ia berfirman: "Jangan bunuh anak itu dan jangan kau apa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Tuhan, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepadaKu."

Kita membaca Malaikat TUHAN jelas berbicara kepada Abraham, menghentikannya dalam beberapa detik terakhir menjelang ia menyembelih puteranya Ishak. Lalu ayat  15-18 menyebutkan: "Untuk kedua kalinya berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepada Abraham,  kataNya: "Aku bersumpah demi diriku sendiri - demikianlah firman TUHAN - Karena engkau telah berbuat demikian, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepadaku, maka Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpahan dan membuat keturunanmu sangat banyak seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, dan keturunanmu itu akan menduduki kota-kota musuhnya. Oleh keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena engkau mendengarkan FirmanKu." Berita luar biasa datang dari TUHAN melalui  malaikat kepada Abraham. Dewasa ini kita tengah menikmati segala berkatnya dari perjanjian itu.

     Di dalam kehidupan Yakub, anak Ishak, cucu dari Abraham, kita membaca malaikat-malaikat Tuhan yang menjumpainya.

Dalam Kejadian 32:1-2: "Yakub melanjutkan perjalanannya, lalu bertemulah malaikat-malaikat Tuhan dengan dia. Ketika Yakub melihat mereka, berkatalah ia: "Ini bala tentara Tuhan, " Sebab dinamainyalah tempat itu Mahanaim."

     Kita juga membaca tentang kehadiran malaikat dalam peristiwa besar dan perkasa mengenai kelaparan umat Israel keluar dari Mesir. Tuhan memakai Musa untuk memimpin mereka sewaktu mereka berhasil mengalami mujizat hebat yang terjadi dengan terbelahnya Laut Merah. Tetapi kita membaca sesuatu yang luar biasa tentang bagaimana Tuhan melindungi Israel dari pasukan  Mesir oleh para malaikat. 

Kita membaca dalam Keluaran 14:19: "Kemudian bergeraklah Malaikat Tuhan, yang tadinya berjalan di depan tentara Israel,  lalu berjalan di belakang mereka; dan tiang awan itu bergerak dari depan mereka, lalu berdiri di belakang mereka."

     Ada juga sebuah kisah menakjubkan di dalam Alkitab dalam kehidupan nabi Bileam. Tuhan hendak menghalangi Bileam ketika ia sedang mengendarai keledai nya. Inilah yang dapat kita baca dalam kitab  Bilangan 22:21-22: "Lalu bangunlah Bileam pada waktu pagi, dipelanainyalah keledai nya yang betina, dan pergi bersama-sama dengan pemuka-pemuka Moab. Tetapi bangkitlah murka Tuhan ketika ia pergi." Tuhan telah memberitahukannya untuk tidak berbuat demikian, namun Bileam masih juga tidak menaati Tuhan dan pergi juga. Kita membaca selanjutnya: "dan berdirilah Malaikat TUHAN di jalan sebagai lawannya. Bileam mengendarai keledai nya yang betina dan dua orang bujangnya ada bersama-sama dengan dia. Ketika keledai itu melihat Malaikat TUHAN berdiri di jalan, dengan pedang terhunus di tanganNya, (Sangat menarik bahwa Malaikat TUHAN mengungkapkan dirinya kepada keledai; dan nabi Bileam tidak melihat malaikat itu sedangkan keledai melihatnya) menyimpangnya keledai itu dari jalan dan masuk ke ladang. Maka Bileam memukul keledai itu untuk memalingkannya kembali ke jalan. "

Ayat 24: "Kemudian pergilah Malaikat TUHAN berdiri pada jalan yang sempit diantara kebun-kebun anggur dengan tembok sebelah-menyebelah."

      "Ketika keledai itu melihat malaikat TUHAN, ditekankannyalah dirinya kepada tembok, sehingga kaki Bileam terhimpit kepada tembok. Maka ia memukulnya pula."

     Ayat 26: "Berjalanlah pula Malaikat TUHAN terus dan berdirilah Ia pada suatu tempat yang sempit, yang tidak ada jalan untuk menyimpang ke kanan atau ke kiri."

    "Melihat Malaikat TUHAN meniarap lah keledai itu dengan Bileam masih di atasnya. Maka bangkitlah amarah Bileam, lalu  dipukulnyalah keledai itu dengan tongkat. "

     Dan kita membaca sesuatu yang menakjubkan dalam ayat 28: "Ketika itu TUHAN membuka mulut keledai itu, sehingga ia berkata kepada Bileam: "Apakah yang kulakukan kepadamu, sampai engkau memukul aku 3 kali?" 

      "Jawab Bileam kepada keledai itu: "Karena engkau mempermain-mainkan aku; seandainya ada  pedang di tanganku, tentulah engkau kubunuh sekarang."

     Selanjutnya ayat-ayat 30-35 mengisahkan: "Tetapi keledai itu berkata kepada Bileam: "Bukankah aku ini keledaimu yang kau tunggangi selama hidupmu sampai sekarang? Pernahkah aku berbuat demikian kepadamu?" Jawabnya: "Tidak."

     "Kemudian TUHAN menyingkapkan mata Bileam; dilihatnyalah Malaikat TUHAN dengan pedang terhunus ditanganNya berdiri di jalan, lalu berlututlah ia dan sujud."

     "Berfirmanlah Malaikat TUHAN kepadanya: "Apakah sebabnya engkau memukul keledaimu sampai 3 kali? Lihat, Aku keluar sebagai lawanmu, sebab jalan ini pada pemandanganKu menuju kepada kebinasaan."

     "Ketika keledai itu melihat Aku, telah 3 kali ia menyimpang dari hadapanKu; jika ia tidak menyimpang dari hadapanKu, tentulah engkau yang Kubunuh pada waktu itu juga dan dia  Kubiarkan hidup. "

     "Lalu berkatalah Bileam  kepada Malaikat TUHAN: "Aku telah berdosa, karena aku tidak mengetahui, bahwa Engkau ini berdiri di jalan menentang aku. Maka sekarang,  jika hal itu jahat di mataMu, aku mau pulang."

     "Tetapi Malaikat TUHAN berfirman kepada Bileam: "Pergilah bersama-sama dengan orang-orang itu, tetapi hanyalah perkataan yang akan Kukatakan kepadamu harus kau katakan." Sesudah itu pergilah Bileam bersama-sama dengan pemuka-pemuka Balak itu." 

     Kita mempunyai sedemikian banyak cerita yang indah dan menakjubkan tentang malaikat-malaikat di dalam Firman Tuhan. Alangkah indahnya bahwa Tuhan dapat mencelikkan mata kita, meskipun kita pikir kita bisa melihat. Tuhan telah memberi kita mata jasmaniah untuk melihat dunia keindahan dan segala ragam warna. Namun mata kita terbatas. Kita hanya bisa melihat apa yang Tuhan ijinkan mata kita untuk melihat. Tetapi saya telah menemukan selama banyak tahun terakhir ini di dalam pelayanan bagi Tuhan, bahwa dunia rohaniah yang tidak terlihat ternyata jauh lebih nyata daripada yang terlihat. Apa yang kita lihat sekarang hanyalah untuk waktu terbatas. Segala sesuatu akan diubahkan dan selalu berubah. Hari ini kita melihat sesuatu yang bagus, misalnya sekuntum bunga dengan berbagai warna, dalam beberapa hari ia menjadi layu dan kemudian lenyap. Namun dunia rohaniah adalah kekal. Ia tidak dapat berubah, dan nyata adanya. Jika Tuhan berkenan, dan menjamah mata kita untuk melihat apa yang ada di dalam dunia rohaniah, maka kita akan sanggup menyaksikan betapa akbar dan perkasa Tuhan kita. Dan ada saat-saat di mana Tuhan melakukan itu, mencelikkan mata kita sehingga kita bisa melihat makhluk-makhluk sorgawi yang mulia itu. 

     Pertama kali saya pernah mengalami mendengar suara Tuhan secara jelas ialah pada suatu hari ketika saya berada di kota purba Yerusalem. Saya sedang duduk di sebuah kursi di dalam toko seorang tukang sepatu. Saya tengah sibuk menjahit sepatu. Saya mendengar dengan jelas suara Tuhan.

Itu bukan semacam impresi atau imaginasi. Saya mendengar dengan telinga saya, nama saya dipanggil. Tuhan menyampaikan kata-kata yang berikut dalam bahasa saya sendiri: "Samuel, Samuel, tinggalkan segala sesuatu dan Ikutlah Aku. Aku akan menjadikan engkau penjala manusia." Sudah tentu saya gemetar. Saya ketakutan. Saya lalu berlutut. Saya tak sengaja jatuhkan sepatu-sepatu ke lantai. 

Saya membungkuk di hadapan suara itu dan mulai menangis. Saya teringat mengatakan: "Tuhan, apa yang dapat saya lakukan? Saya berasal dari sebuah rumah tangga yang sedemikian miskinnya. Saya telah mengalami banyak pergumulan, kesukaran, ujian. Saya tidak mampu melanjutkan pendidikan. Saya harus putus sekolah, ketika baru saja memulai kelas 5. Apa yang dapat saya lakukan Tuhan?" Saya merasa ada kekeliruan. Mengapa mesti Tuhan memanggil saya? Bagaimana mungkin? Tapi saya mendengar suara itu kedua kali mengatakan: "Aku akan menjadikan engkau." Cepat-cepat saya katakan: "Tuhan, jika Engkau akan menjadikan saya, saya percaya Engkau. Betapa kecil yang saya punya, 100% adalah milikMu; pikiran saya, talenta saya, kekuatan saya, kemudaan saya, masa depan saya semuanya milikMu. Saya serahkan segalanya di atas mezbahmu, Tuhan." Dan bagi Tuhan segala Kemuliaan. Ia telah melakukan perkara-perkara ajaib sampai dengan hari ini.

     Saya begitu rindu bisa ikut di suatu Sekolah Alkitab. Di Yerusalem waktu itu tidak satupun. Jadi saya memimpikan Amerika. Saya telah bertemu dengan beberapa misionaris Amerika. Saya telah mendengar cerita-cerita yang fantastis tentang Amerika dari gembala Jemaat kami di Yerusalem. Ia lulusan Pasadena Nazarene College. Maka sepanjang hari saya memimpikan bisa datang ke negara Amerika yang diberkati itu. Saya mengira Amerika itu seperti sorga. Setiap kali saya berkesempatan berbicara dengan beberapa misionaris atau turis Amerika, saya punya harapan besar bahwa mereka akan berbuat sesuatu dan membawa saya ke Amerika. Tetapi semuanya itu mengecewakan. 

     Melalui sebuah jawaban bermujizat besar terhadap doa-doa, Tuhan memperkenan dibukanya sebuah Sekolah Alkitab di Yerusalem. Saya menceritakan hal itu secara rinci di dalam buku Kisah Hidup saya yang berjudul "MY LIFE BEGIN AT CALVARY" (Sudah terbit dalam bahasa Indonesia dengan judul "Kisah mengenai SAMUEL DOKTORIAN dimulai di KALVARI ...") Bagaimana Tuhan membuka Sekolah Alkitab itu dan bagaimana saya diterima, sebagai yang termuda dari 7 orang murid. Bagaimana Tuhan mencukupi segala kebutuhan saya di Sekolah Alkitab itu. Kembali, saya mempunyai harapan besar bahwa melalui Sekolah Alkitab ini, saya akan bisa sampai di Amerika.

     Dan suatu hari, sewaktu saya sedang berpuasa, dan tengah berdoa berlutut di dalam sebuah kamar yang kecil di Sekolah Alkitab, Tuhan datang dengan cara yang menakjubkan. Ia mengirimkan malaikat. Saya tidak pernah melihat malaikat sebelumnya, tidak pernah mendengar suara mereka. Inilah pertama kali dalam hidup saya, pada usia 16 menjelang yang ke-17. Malaikat Tuhan datang. Saya melihat dia. Ia berkata kepada saya: "Mari bersamaku, Samuel," Dengan rasa ketakutan bercampur sukacita, saya pergi bersamanya. Saya tidak tahu bagaimana terjadinya, sebab saya sedang berlutut, dan pada waktu yang sama, saya tahu saya sudah bersama malaikat itu. Saya pergi bersamanya (pastilah tentunya memang dia) dalam roh saya. Sewaktu saya berjalan bersama malaikat Tuhan, ia membawa saya ke dalam sebuah tempat sorgawi yang berkemuliaan, di mana saya menyaksikan jumlah orang banyak. Sewaktu saya sedang berdiri di belakang, saya dapat melihat takhta. Di atas takhta duduklah Juruselamat saya yang mulia, Tuhan Yesus. Ia Memanggil nama saya. Setiap orang berpaling ke arah saya untuk melihat siapakah si Samuel ini. Saya begitu kecil, saya merasa seperti seorang bocah saja. Sewaktu saya berjalan di situ, setiap orang memandangi saya. Saya berjalan agak ketakutan dan bergemetar, lalu jatuh di hadapan Tuhan. Tuhan berkata: "Aku telah mendengar doa-doamu. Aku akan menjawabmu. Aku akan membawamu ke Amerika." Dengan segera saya berucap: "Kapan, kapan Tuhan?" Ia katakan: "Tunggu dan kau akan lihat." Saya mengatakan: "Tapi Tuhan, saya tidak punya uang atau cara untuk ke sana." Tuhan menjawab saya: "Segala kekayaan adalah milikKu. Aku akan memberimu apapun yang kau perlukan." Saya memuji Dia, dan memuliakan namaNya. Kemudian malaikat Tuhan memberitahukan saya untuk kembali lagi bersamanya, dan saya lakukan. Ia membawa saya kembali ke kamar saya, di mana saya sedang berdoa sambil berlutut. Anda dapat bayangkan sukacita saya yang besar di samping kaget. Lama sekali saya tidak bisa bangun dari lutut saya. Saya terus memuji Tuhan seraya memuliakan namaNya yang agung. Mulai dari hari itu saya tidak pernah bertanyakan Tuhan lagi kapan saya akan pergi ke Amerika. Ia telah memberitahukan saya untuk "tunggu dan lihat". Ini terjadi sewaktu saya masih 16 tahun. 

     Pada tahun 1955, sewaktu saya berumur 25, hal berikut terjadi. Saya sudah lulus dari Hurlet Nazarene College di Skotlandia, di dekat Glasgow. Dihabiskan untuk pelayanan, saya telah melayani penginjilan. Tuhan memberkati pelayanan saya di mana-mana. Tuhan mewahyukan DiriNya secara sangat luar biasa. Di Kairo, Mesir, di tengah suatu ke bangunan rohani yang besar dan penuh kuasa, Tuhan membukakan jalan untuk ke Amerika. 

Ini yang pertama kali. Saya bisa memperoleh visa saya dari Konsulat Amerika di Port Said, Mesir. Saya terbang ke New York. Pada saat pesawat udara menyentuh landasan, kendati saya semestinya masih harus mengenakan sabuk pengaman pada pinggang saya, saya sudah berlutut dan memuji Tuhan untuk penggunaan dari janjiNya. Saya berada di Amerika untuk pertama kali. Saya berdoa agar Tuhan dapat memakai saya di benua Amerika yang besar dan luas ini. Sejak saat itu, saya telah sempat ke Amerika Serikat sebanyak 162 kali. Tuhan telah berfirman: "Tunggu dan lihat, Aku akan membawamu, Aku akan mencukupi setiap keperluan." Ia telah melakukannya. Terpujilah namanya! Sungguh pengalaman yang indah, bahwa Tuhan mau mengirimkan malaikat di Yerusalem, dan memberikan pada saya pengalaman yang diberkati ini.

     Sewaktu saya studi Di Skotlandia, saya adalah murid Armenia satu-satunya. Saya telah mempunyai kontak dengan salah seorang profesor saya, Pendeta Sidney Martin. Ipar laki-lakinya yang bernama Osmand akan menikah dengan seorang wanita Armenia dari Beirut, Libanon. Namanya Azadouhi diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, namanya berarti "Liberty" (Kemerdekaan). Maka dia dipanggil "Liberty" di Inggris. Sebagai seorang Armenia saya juga diundang ke pernikahan. Sungguh sebuah pernikahan Kristen yang sangat indah. Ketika berada di Inggris saya mendengar mereka mempunyai seorang anak. Tetapi anak itu tidak hidup lama dan meninggal. Tidak lama kemudian saya mendengar mereka mempunyai anak kembar. Kali ini salah satunya meninggal beberapa jam setelah dilahirkan. Anak yang satunya pun meninggal beberapa hari kemudian! Ini sungguh memilukan hati. 

     Setelah saya lulus dari Sekolah Tinggi Alkitab, saya melayani secara berkeliling sebagai seorang penginjil di banyak gereja. Terjadilah bahwa saya berada di sekitar tempat tinggal Saudara Osmand. Ketika saya dalam pelayanan di pelbagai gereja Methodist dan independen di daerah itu, mereka suami istri meminta saya tinggal di rumah mereka. 

     Pada suatu malam, setelah kebaktian, dikala kami sedang duduk di sekitar meja dapur mereka, Saudara James Osmand dan istrinya mengungkapkan kedukaan mereka pada saya. Mereka telah kehilangan anak-anak mereka itu. Dan yang paling sedih disampaikan oleh Liberty dengan linangan air mata ialah bahwa para dokter telah mengatakan sekarang tidak lagi ada harapan untuk anak-anak berikutnya. Ia katakan: "Saya sangat sedih saya telah kehilangan ketiga anak itu, tapi yang terburuk ialah saya tidak akan bisa mendapatkan anak lagi. Saya kepingin mempunyai anak." Sudah tentu, saya merasa sedih dengan mereka. Saya berdoa bersama mereka. Dan kira-kira pukul 11 malam kami pergi tidur. Saya ke kamar tidur saya di loteng. Saya sudah siap naik tempat tidur dan saya berlutut dulu untuk berdoa. Ketika saya tengah berdoa, tiba-tiba muncullah Malaikat Tuhan dan berdiri di depan saya di ruang tidur itu. Saya melihat dia dalam suatu terang benderang yang penuh. Wajah berkemuliaan dan senyum mengesankan. Ia datang dengan sebuah kitab gulungan di tangannya. Ia tidak berbicara kali ini. Ia membuka kitab gulungan itu dan saya membaca beritanya yang dari Tuhan. Beritanya jelas: "Pergilah dan katakan kepada anakKu, Aku akan memberinya seorang anak laki-laki tahun depan." Anda dapat bayangkan sukacita dan kegembiraan saya. Saya cepat-cepat mengenakan mantel luar saya dan lari ke bawah. Mereka rupanya masih di dapur sedang berbicara sambil menangis. Saudara James berupaya menghibur istrinya. Saya datangi dan dengan sangat girang berkata: "Liberty, saya punya berita untuk anda. Tuhan tadi mengirimkan malaikat ke kamar tidur saya." Ia kaget dan berteriak: "Apa? Malaikat? Di rumah ini?" Jawab saya: "Ya. Ia begitu saja masuk ke dalam kamar tidur sewaktu saya sedang berdoa. Dan inilah beritanya, Liberty. "Tahun depan anda akan mempunyai seorang anak laki-laki." Dapat anda bayangkan sukacita yang besar malam itu. Saya tidak lagi ingat pukul berapa kami pergi tidur, tapi kami semua bersukacita dan memuji Tuhan untuk berita menggembirakan yang telah dibawakan malaikat. Tepat setahun kemudian seorang anak laki-laki yang montok dilahirkan. 

     Setelah itu saya sempat kembali ke Yerusalem dan ke negara-negara Timur Tengah melayani khotbah kepada ribuan orang. Dan 18 tahun kemudian saya berada di Inggris menghadiri salah satu persekutuan dari konvensi doa bersama Saudara James Osmand. Ia adalah satu ko seluruh di situ, dan juga salah seorang pembicara Alkitab. 

Mereka begitu gembira mengundang saya ke konvesi itu. Namun sukacita terbesar mereka ialah untuk saya bertemu dengan putera mereka, kesayangan mereka. Malaikat Tuhan telah membawakan berita itu bahwa ia akan dikaruniaikan kepada keluarga ini. Ia berusia 18 tahun. Kegembiraan saya yang paling besar ialah bahwa ia telah menyerahkan hidupnya kepada Tuhan. Ia seorang Kristen yang berdedikasi. Betapa girang menemui dia, memeluk dia, mencium pipinya dan memuji Tuhan untuk penggenapan berkemuliaan dan indah dari berita yang dibawakan malaikat kepada saya di dalam kamar tidur saya malam itu 18 tahun yang lalu. Haleluya!

Sewaktu saya mendiktekan kisah dalam buku ini mengenai para malaikat, saya tengah mengadakan perjalanan dengan kereta api di padang gurun Australia. Tuhan telah memungkinkan saya dalam perjalanan itu selama 3 hari dari Sydney ke Perth.

Ini hari yang kedua. Saya sedang berada di tengah padang gurun, menjelajahi ribuan kilometer. Di kiri dan kanan semuanya tanah yang tandus. Tetapi sungguh indah saya mendapatkan kesempatan ini untuk mendiktekan isi buku ini. 

Saya tidak diganggu janji-janji ataupun telepon, dan tiada lain untuk dikerjakan kecuali menyiapkan buku ini. Beberapa Alkitab ada di sekitar saya, juga alat perekam saya, dan Tuhan Sendiri menyertai saya di kabin kereta api yang kecil ini. Saya tengah diingatkan tentang pengalaman dengan Tuhan yang diperkenankanNya lewat makhluk-makhluk sorgawi yang melayani. 

Saya teringat Kisah Para Rasul 8:26. Tuhan memakai Filipus dengan cara sangat ajaib. Ia adalah salah seorang dari 7 diaken, bukan seorang penatua, tetapi yang dipilih langsung oleh jemaat. Para rasul menumpangkan tangan atas mereka, orang-orang yang terkenal baik dan penuh Roh Kudus. Mereka adalah Stefanus, Filipus, Prokhorus, Nikanor, Timon, Parmenas dan Nikolaus (Kisah Para Rasul 6:1-7). Roh Tuhan telah membawa Filipus kepada daerah yang paling sulit untuk bekerja di antara orang-orang yang paling sukar pula, yakni orang Samaria. Kemudian kebangunan rohani yang penuh kuasa terjadi di antara orang-orang Samaria. Ayat 8 dari pasal 8 menyatakan: "Maka sangatlah besar sukacita dalam kota itu." Karena mujizat-mujizat terjadi, maka roh-roh najis dengan teriakan suara yang keras, keluar dari banyak orang yang dirasuk, dan banyak juga orang lumpuh dan orang timpang yang disembuhkan. Mujizat-mujizat yang demikian perkasa terjadi di Samaria. 

Sudah tentu, kita akan berpikir bahwa Filipus semestinya tinggal beberapa hari dan minggu di situ. Namun ketika berita tentang kebangunan rohani itu terdengar oleh para rasul di Yerusalem, Petrus dan Yohanes cepat-cepat pergi untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi di sana. Mereka sendiri sangat kegirangan. Mereka menumpangkan tangan atas orang-orang Samaria, dan mereka itu menerima baptisan Roh Kudus dan Api. Di tengah kebangunan rohani yang sedemikian itu, seorang malaikat Tuhan datang kepada Filipus dan berkata (ayat 26): "Bangunlah dan berangkatlah ke sebelah Selatan, menurut jalan yang turun dari Yerusalem ke Gaza. Lalu berangkatlah Philipus." Dikatakan begitu jelas bahwa seorang malaikat, makhluk sorgawi, muncul kepada Filipus. Filipus melihat dia dengan jelas dan mendengar suaranya. Malaikat memberinya sebuah perintah dan mengirimkannya ke alamat yang tepat. 

Ia memberitahukannya secara jelas ke arah mana ia harus pergi, dari Yerusalem ke Gaza, lalu ke sebuah daerah gurun. Saya cenderung untuk juga percaya,  bahwa Roh Kudus dengan cara yang ajaib, mentransportasikan Filipus dari bagian daerah Utara, yang adalah Samaria, ke bagian daerah selatan, dalam perjalanan ke Gaza, yang ada adalah padang gurun. Kita tahu sisa ceritanya, bagaimana Tuhan secara menakjubkan mengubah kehidupan sida-sida Ethiopia itu. Ia sudah pergi ke Yerusalem untuk beribadah, namun ia sedang menuju kembali ke Ethiopia dalam keadaan belum diselamatkan. Ia belum menemukan Kristus. Roh Tuhan memakai Filipus untuk mencelikkan mata rohaninya, untuk mempercayai Yesus, dibaptiskan dan untuk kembali ke Etiopia dengan penuh sukacita. 

     Segera setelah saya lulus dari Bible College di Skotlandia, Tuhan membukakan banyak pintu. Ia memberkati berbagai pelayanan dan banyak gereja yang mengundang saya. Bukan hanya dari satu denominasi tertentu, seperti gereja Nazarene, tetapi juga dari banyak yang lainnya. Banyak gereja meminta diadakan kebaktian kebangunan rohani (KKR). Antara lain yang Tuhan berikan kesempatan ialah di kalangan Bala Keselamatan, Gereja Methodist, Gereja Presbiterian, Gereja Kekudusan, dan sebagainya. Untuk berbulan lamanya pelayanan saya sudah dijadwal. 

     Pada suatu ketika saya tengah dalam perjalanan ke kota Perth di Skotlandia. Saya sedang duduk di sebuah kabin kereta api sendirian. Saya tengah memuji Tuhan, bersukacita, dan berharap terjadinya kegerakan Tuhan yang besar di Perth. 

Tiba-tiba saja seorang malaikat Tuhan datang langsung di kereta api itu, dan berkata kepada saya dengan perkataan Tuhan Sendiri: "Apa yang kau lakukan di Skotlandia?" Jawab saya: "Tuhan saya dalam pelayanan kotbah. Engkau membuat saya sangat sibuk. Dan Engkau memberkati pelayanan saya." Ia katakan: Samuel, kau mesti kembali dengan segera ke Yerusalem. Aku mempunyai pekerjaan bagimu di negara-negara sekitar sana." Saya membungkuk di hadapan Tuhan dan berkata: "Saya siap menaati Engkau dengan segera." Saya tidak pernah akan lupa, saya lalu duduk dan menulis 33 surat dengan tangan dan kemudian memposkan semuanya. Saya membatalkan semua pelayanan yang sudah lebih dulu dijadwal di Skotlandia. Saya mematuhi pesan Tuhan melalui malaikatNya yang datang di kereta api agar saya kembali ke Yerusalem. 

     Saya segera menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan, lalu kembali ke Beirut di Libanon. Lewat banyak kesukaran, saya lanjutkan ke Damaskus, Amman dan kemudian Yerusalem. Ini terjadi pada tahun 1951. Israel telah menjadi sebuah Bangsa, dan masih ada garis pemisah di tanah Palestina. Satu sisi dari Yerusalem adalah Israel, dan sisi yang lainnya milik kerajaan Yordania. Kami berada di bagian lama dari Yerusalem yang adalah di sisi Yordania. 

Rumah kami yang dulu sebelum saya meninggalkan Yerusalem ada di Lembah Henom, tetapi sekarang itu adalah daerah tidak bertuan. Satu sisi adalah Israel, sisi lainnya milik orang-orang Arab. Rumah kami terletak di tengah-tengah. Kami tidak dapat pergi ke sana. Saya hanya dapat melihatnya dari tembok Yerusalem. Kedua orang tua saya tinggal di sebuah pemukiman miskin di lingkungan Coptic, dalam satu ruang yang kecil. Mereka berharap setiap minggu bahwa mereka akan bisa kembali ke rumah mereka lagi di Lembah Henom. Saya beritahukan mereka bahwa mereka lebih mengetahui. Mereka mengetahui ayat-ayat Alkitab. Mereka tahu segala nubuatan mesti digenapi. Seluruh Yerusalem akan kembali kepada Israel. Kami tidak semestinya memikirkan untuk kembali ke Lembah Henom itu. 

     Saya  memulai pelayanan di Yerusalem. Roh Kudus pun bekerja dengan penuh kuasa. Dan saya berkesempatan pergi ke ibukota Yordania yaitu Amman, dan selama 1 tahun melayani di sana. Banyak orang yang menerima Kristus. Bukan hanya mereka orang-orang Armenia yang saya memang layani, tetapi Tuhan juga mulai membuka pintu di antara orang-orang Yordania, Palestina, dan gereja-gereja Arab lainnya. Kebangunan rohani terjadi dan Tuhan secara ajaib memanggil saya keluar dari pelayanan penggembalaan kepada penginjilan. Ia memimpin saya kepada setiap negara dari Negeri-negeri Alkitab (Bible Lands) dan mempercayakan saya dengan beribu-ribu jiwa yang berharga yang sempat saya menangkan bagi Kerajaan Kristus. 

Bagi Tuhan segala Kemuliaan, bahwa saya menaati panggilanNya lewat malaikat Tuhan di kereta api itu dalam perjalanan saya ke Perth.

     Salah satu peristiwa sangat penting dalam kehidupan Rasul Paulus ialah ketika ia dalam perjalanan menuju Roma. Cobaan luar biasa datang dankapal pun karam. Tetapi Paulus dan mereka yang berada di kapal itu selamat. Kita dapat membaca kisah yang menakjubkan ini secara rinci di dalam Kisah Para Rasul pasal 27. Bagian peristiwa yang ingin saya sebutkan ialah bagaimana malaikat Tuhan datang ke sisi Paulus dan berbicara kepadanya. Saat itu bukan saja kapal mereka kandas, tapi juga nyawa mereka terancam. Dan dalam ayat-ayat 22-25 Paulus berseru kepada semua mereka yang tengah mengalami bahaya besar, katanya: "Tetapi sekarang, juga dalam kesukaran ini, aku menasihatkan kamu, supaya kamu tetap bertabah hati, sebab tidak seorangpun diantara kamu yang akan binasa, kecuali kapal ini. Karena tadi malam seorang malaikat dari Tuhan, yaitu dari Tuhan yang aku sembah sebagai milikNya, berdiri di sisiku, dan ia berkata: Jangan takut, Paulus! Engkau harus menghadap Kaisar; dan sesungguhnya oleh karunia Tuhan, maka semua orang yang ada bersama-sama dengan engkau di kapal ini akan selamat karena engkau. Sebab itu tabahkanlah hatimu, saudara-saudara! Karena aku percaya kepada Tuhan, bahwa semuanya pasti terjadi sama seperti yang dinyatakan kepadaku." 

     Sungguh suatu keselamatan yang luar biasa indahnya! Tuhan selaku Pencipta yang akbar dan perkasa dari langit dan bumi, melihat salah seorang hambaNya sebagai bejana yang terpilih, dalam keadaan bahaya besar. Ke kapal itu Ia mengirimkan seorang malaikat. Malaikat itu berbicara secara jelas kepada hamba Tuhan itu Paulus, menabahkannya, memberinya berita yang baik tentang keluputan, dan nubuatan bahwa ia harus sampai di Roma dan menjadi seorang saksi di hadapan Kaisar. Lalu rasul Paulus menyampaikan berita itu kepada semua mereka yang ada di atas kapal. Dan ia mengatakan sebuah pernyataan yang meyakinkan: "aku percaya kepada Tuhan." Sebuah Pengakuan yang mulia! Adalah jauh lebih baik mempercayai Tuhan daripada tidak percaya padaNya. Jauh lebih indah untuk memiliki iman daripada memiliki kebimbangan. Alangkah berkatnya untuk mempunyai daripada kehilangan. Dan betapa kayanya serta keuntungan yang berlimpah jika memiliki hidup ketimbang maut. Menjadi seorang percaya pada Tuhan merupakan pengalaman terbesar yang kita bisa dipunyai seseorang. Dan Paulus juga mengatakan: "bahwa semuanya pasti terjadi sama seperti yang dinyatakan kepadaku." Dan persis itulah yang telah terjadi.

     Dalam kehidupan saya sendiri, terjadilah pengalaman ajaib ketika saya mengadakan perjalanan bagi Tuhan beberapa tahun yang lalu bersama dengan istri saya yang terdahulu Naomi dan putera sulung saya Paul. Kami terbang dari Beirut di Libanon ke Roma. Di Roma kami mengganti penerbangan dan menggunakan Pan American DC 7. Mereka menyebutnya "Super C" Kami sedang dalam penerbangan dari Roma menuju Brussels, lalu kami akan melanjutkan lagi ke New York, dari sana ke Chicago di mana kami akan diantar dengan mobil ke South Bend di Indiana. Saya dijadwalkan berkhotbah di sebuah gereja yang bagus, United Missionary Church. Saya harus sudah berada di sana pada petang hari sebelum Tahun Baru. Itu yang telah saya janjikan, untuk berkhotbah malam itu, lalu melanjutkan lagi beberapa hari mengadakan KKR di gereja tersebut. 

     Segala sesuatu dimulai dengan baik. Pesawat tinggal landas dengan lancar. Pilot juga kemudian memberitahukan tentang keadaan penerbangan, ketinggian dan kecepatan yang sedang ditempuh pesawat, dan juga pukul berapa kami akan mendarat di Brussels, Belgia. Sambil mendengarkan pilot itu saya berkata: "Cara dia berbicara begitu yakin dan pasti bahwa kita akan sampai di sana." Alkitab mengajarkan pada kita, bahwa apa saja yang kita lakukan, harus kita katakan, "jika Tuhan menghendaki." Orang-orang ini rupanya begitu yakin diri.

     Putera saya Paulus sedang duduk di pangkuan saya. Ia baru saja berumur kurang dari 2 tahun. Kami Tengah menyanyi bersama lagu yang manis,  "Haleluya, Yesus akan datang, Ia akan datang kembali." Para pramugari mulai melayani dengan makanan. Baru saja kami bernyanyi, tiba-tiba saya mendengar bunyi sirene. Bunyinya menjadi semakin kuat.

     Pemikiran saya pertama-tama: adakah ini sangkakala yang kita baca di dalam Alkitab? Apakah Yesus tengah datang kembali? Jauh tinggi di udara kami dapat mendengar suara sirene yang kuat ini, dan beberapa detik kemudian, sebuah ledakan hebat terjadi. Pesawat goncang di tengah udara.

Semua orang berteriak dan ada yang menjerit. Ketika saya melihat keluar lewat jendela, kegelapan yang pekat menyelimuti udara di luar, ebab saat itu sudah malam hari. 

Salah satu mesin pesawat rupanya meledak, dan terbakar, tanpa bisa dikendalikan. Kobaran apinya dapat terlihat di sebelah jendela. Setiap orang sibuk berdoa, baik orang percaya maupun bukan. 

     Dalam suatu pengalaman terbaik seperti itu, setiap jiwa  berteriak kepada suatu sumber yang tertinggi untuk minta pertolongan. Tentu saja, kami menjadi takut. Istri saya terlebih lagi. Kami mulai berseru; sambil memikirkan apa yang sesungguhnya akan terjadi pada kami sekarang. Hanya satu percikan api yang kecil saja bila menyentuh BBM (bahan bakar minyak) yang terdapat pada sayap pesawat, akan bisa meledakkan sebuah pesawat di udara. Kami semua bisa hancur tercabik-cabik.

     Saya mulai berdoa dan tiba-tiba suatu roh pujian datang pada saya. "Tuhan," ujar saya, "saya berterimakasih dan memuji Engkau bahwa istri dan putera saya ada bersama-sama dengan saya. Sekiranya kami mati, kami akan mati bersama-sama." Kemudian saya katakan: "Tuhan, saya bersyukur padaMu, bahwa saya telah berbuat yang terbaik bagiMu sampai dengan tadi malam.

Di dalam gereja di mana saya berkhotbah di Beirut, saya lah yang terakhir meninggalkan gedung gereja. Saya sempat berdoa dengan banyak orang. Saya telah berbuat yang terbaik." Lalu ucap saya lagi: "Tuhan, alangkah saya berterimakasih bahwa kami tidak perlu menyiapkan diri lagi sekarang untuk ke sorga. Kami sudah siap." Sebelum kami memasuki pesawat kami telah menyerahkan kehidupan kami kepada Tuhan. Absen dari jasmani, kami akan present (hadir) bersama Tuhan.

Sewaktu saya memuji Tuhan sedemikian, mendadak iman yang kuat muncul dalam hati saya. Kenapa saya menjadi takut? Tuhan tokh belum usai dengan diri saya. Ada begitu banyak yang mesti dilakukan. Tuhan saya itu perkasa. Ia dapat meluputkan kami dari kobaran api yang dahsyat ini.        Ada seorang dokter yang duduk di sebelah saya. Ia rupanya berkebangsaan Turki. Ia menangis seperti anak kecil. Ia katakan: "Aku putera tertua dari ibuku. Jika ibuku mendengar bahwa aku terledak berkeping-keping di udara, ia bisa menjadi gila." Dan ada dua orang suster Katolik di belakang saya. Mereka juga berdoa "Oh Maria, beritahukan Yesus, tolong Maria" Setiap pria dan juga wanita semuanya berdoa kepada Tuhan.

      Saya melepaskan sabuk pengaman yang mengikat pinggang saya. Saya lalu berdiri. Naomi bertanya: "Mau pergi ke mana?" Pada saat itu pilot mengumumkan agar semua penumpang mengenakan sabuk pengaman masing-masing, melepaskan sepatu mereka, dan menaruh kepala diantara kedua lutut masing-masing. Kami akan mencoba untuk mengadakan pendaratan darurat di laut. Kami tidak dapat pergi ke Brussels dan juga tidak bisa kembali lagi ke Roma. Ia mengatakan tidak ada bandara lain yang dekat yang terjangkau, jadi kami mesti berupaya mendarat darurat, dan mengharapkan yang terbaik. 

     Saya pergi ke bagian depan pesawat, mendapatkan tempat untuk bebas sendirian, lalu berseru kepada Tuhan, "Tuhan Yesus," seru saya, "Begitu banyak orang yang mencoba membunuh saya di Timur Tengah. Musuh-musuh Kekristenan membenci saya, Engkau telah mempercayakan saya dengan kebaktian-kebaktian besar di Damaskus, Amman, Kairo, dan Beirut. Nanti musuh-musuh itu akan mendengar bahwa saya terledak dengan pesawat berkeping-keping. Tentunya mereka akan kegirangan, oh Tuhan." Saya lanjutkan berdoa: "Tuhan, ada begitu banyak hal yang telah Engkau katakan kepada saya, saya belum menyampaikannya kepada siapapun. Engkau belum pula melaksanakannya. Ada begitu banyak yang masih perlu dilakukan. Tentunya Engkau tidak menghendaki saya untuk mati sekarang." Lalu saya katakan: "Oh Tuhan, Engkaulah Tuhan nya Sadrakh, Mesakh dan Abednego. Sebagaimana Engkau meluputkan mereka dari perapian yang menyala-nyala dahsyat di Babel, Engkau dapat meluputkan saya dari keadaan ini."     

     Saudara-saudara para pria, di saat saya menceritakan bagian kisah ini, saya gemetar dengan sukacita karena apa yang sesungguhnya terjadi pada ketika itu. Ada tangan yang menepuk bahu saya lalu memegang saya. Sudah tentu pertama sekali saya pikir, entah pramugara atau pramugari, atau co-pilot atau insinyur pesawat atau seseorang yang ingin memberitahu saya supaya saya kembali duduk. Saya menoleh lalu melihat ke sekeliling, ternyata tidak ada siapapun di situ. Namun saya masih bisa merasakan pegangannya. Sungguh menakjubkan. Tuhan atau malaikat Tuhan berbicara dan saya dapat mendengar suaranya mengatakan: "Samuel, Aku akan menyelamatkan kamu dan semua mereka di dalam pesawat ini, Aku akan meluputkan kamu dari kebakaran ini."

     Oh Haleluya! Saya segera kembali ke ruang para penumpang. Saya sangat gembira. Saya memuji-muji Tuhan. Dengan kegirangan yang amat sangat, saya sampaikan kepada setiap mereka yang ada di pesawat: "Janganlah takut, Tuhan baru saja tadi mengungkapkan Diri-Nya. Saya dapat merasakan kehadiranNya dan Ia katakan bahwa semua kita akan luput dari bahaya ini. Tidak akan terjadi apa-apa pada kita." Dokter Turki dengan linangan air mata berkata: "Tetapi lihat, kobaran apinya bertambah besar." Saya katakan: "Saya tidak melihat melalui jendela itu. Saya tengah melihat melalui jendela iman. Anda akan  mengalami tangan perkasa Tuhan, dan keluputan akan pasti terjadi."

     Sewaktu saya menabahkan orang-orang itu, sambil bersukacita dengan berita dari Tuhan, tiba-tiba secara seketika, tangan perkasa Tuhan menjamah mesin yang sedang terbakar itu yang terlihat di sebelah jendela. Mesin yang masih dengan kobaran api itu, dengan baling-balingnya yang berputar tak karuan, mendadak terlepas dan jatuh. Seluruh mesin itu sama sekali lepas dari pesawat. Dan semua kotoran api itu pun terbawa dengan mesin itu. Anda semestinya dapat melihat ekspresi kegembiraan setiap mereka disertai dengan tepuk tangan dan pujian yang meluap-luap. Co-pilot dan insinyur pesawat kemudian datang sambil berlari. Dan dengan lampu senter di tangan mereka, mereka melihat keluar melalui jendela dekat kami. Mereka tidak dapat memahami apa yang telah terjadi. Saya lalu katakan: "Tangan yang perkasa, tangan Yesus Kristus yang telah bangkit telah menjamah mesin itu dan membuatnya jatuh dari sayap pesawat." 

      Dengan segera pilot kami dapat menaikkan kembali pesawat pada suatu ketinggian tertentu. Kami tidak perlu lagi mendarat darurat di laut. Sudah tentu ia mengirimkan berita radio ke bandara di Roma. Ia mengumumkan bahwa kami akan kembali menuju Roma. Kami tidak sampai di Brussels pada waktu yang seperti telah ia katakan kami akan tiba! Bandara di Roma telah dipersiapkan bagi suatu pendaratan darurat, kalau-kalau terjadinya kebakaran pula. Para pemadam kebakaran dengan segala jenis mobil dan peralatan mereka sudah bersiap. Banyak pula wartawan sudah di situ. Semua para pejabat bandara di Roma itu berada di landasan ingin menyaksikan pendaratan pesawat naas yang kami tumpangi. Mereka sudah mendengar berita buruk yang kami alami. Akhirnya kami tiba dan mendarat dengan selamat. Semua kami menangis terharu bercampur sukacita. Kami semua serentak bertepuk tangan. Saya juga sudah tentu bertepuk tangan namun kepada Tuhan dari segala yang dipertuan dan Raja atas segala raja. 

     Sewaktu kami berjalan keluar dari pesawat dan memijakkan kaki kami di atas tanah, dua orang perwira Amerika dari pasukan marinir, saya tidak akan pernah lupa, datang dan menjabat tangan saya. Mereka lalu merangkul saya. Yang seorang meletakkan kepalanya pada salah satu bahu saya, dan yang lainnya pada bahu yang satunya. Mereka terisak dan mengatakan: "Kita sesungguhnya telah mengalami mukjizat hari ini. Bagi Tuhan segala Kemuliaan." Dan banyak para penumpang yang tidak mau melanjutkan terbang lagi. Mereka ketakutan. Tetapi seusai 4 jam beristirahat, saya membujuk sebanyak mereka yang masih mungkin. Kami berhasil mendapatkan pesawat lain, lalu meneruskan penerbangan kami ke Brussels, New York dan sampai di Chicago. Saya pun berhasil tiba dan masih tepat waktu sesuai dengan janji saya. Pada waktu tiba di bandara Chicago seorang saudara yang kekasih menjemput kami. Ia rupanya sengaja membeli koran Chicago. Lalu ia tunjukkan pada berita utama di halaman muka, dan tanyanya: "Samuel, apa anda dengar tentang sebuah pesawat yang mesinnya meledak di udara, lalu terbakar, dan bagaimana karena suatu mujizat semua penumpangnya selamat. Lihat, ada di sini dalam berita halaman utama." Saya tersenyum dan menjawab: "Saudaraku yang kekasih, kami justru ada di dalam pesawat itu." Ketika saya membaca berita itu lebih lanjut, dilaporkan bahwa mesin pesawat itu jatuh di suatu pantai di Italia. Mesin itu terbakar terus sehingga beberapa jam kemudian. Itu merupakan sebuah keheranan besar.

     Tuhan telah mengirimkan malaikatNya ke sebuah pesawat yang sedang terbakar dan menyelamatkan kami. Semenjak hari itu, Tuhan telah menggenapi apa yang telah dijanjikanNya pada saya di taman Getsemani. Pada malam hari ketika saya luangkan waktu 9 jam dalam doa. Tuhan telah tetap mempermuliakan Nama-Nya dan masih ada begitu banyak hal yang kelak terjadi. Haleluya!


Bersambung ...











Tidak ada komentar:

Posting Komentar