Beberapa waktu lalu, grup band “Seventeen” secara tiba-tiba menjadi terkenal di seluruh dunia. Media-media berita utama televisi dan elektronik di seluruh dunia memberitakan tentang mereka dan menayangkan video penampilan terakhir mereka di depan para penonton, ketika tiba-tiba dalam gelapnya malam, tanpa peringatan, gelombang besar menyapu mereka dari belakang panggung menuju kepada kematian. Penonton yang sedang menyaksikan penampilan mereka pun berhamburan tersapu ombak. Ada jeritan kengerian; kemudian ada kegelapan. Gelombang air laut menenggelamkan mereka bersama-sama dengan benda-benda yang ada di sekitarnya, dan menyeret mereka ke tengah-tengah kegelapan air lautan. Seperti beginilah bentuk kehancuran yang tiba-tiba. Namun demikian, Alkitab menyatakan bahwa suatu hari itu akan datang ke seluruh dunia.
Satu-satunya anggota band yang masih hidup, Riefian Fajarsyah, kehilangan istrinya dalam tsunami. Dia sendiri berjuang menghadapi pintu gerbang alam maut ketika terkatung-katung di tengah laut selama beberapa jam. Hingga saat ini, korban tewas keseluruhan telah mencapai 430, dan 1.500 lainnya terluka dan hampir 22.000 lainnya kehilangan tempat tinggal.
Tentu saja, sama tragisnya dengan angka-angka ini, mereka sangat kecil bila dibandingkan dengan tsunami tahun 2004 yang melanda sejumlah negara pada musim perayaan Natal yang sama dan mengakibatkan korban jiwa 227.000. Menyusul tragedi tsunami 2004, “negara-negara termasuk AS, Jerman dan Malaysia menyumbangkan pelampung-pelampung pendeteksi dan peralatan lainnya ke Indonesia untuk membantu memperingatkan tsunami di masa depan,” meskipun diperlukan peningkatan dan pemeliharaan untuk peralatan tersebut.
Namun demikian, tsunami kali ini datang tanpa peringatan.
Banyak kesaksian yang diceritakan oleh orang-orang yang selamat. Salah satunya diceritakan Bapu Suwarna,
“Suara itu semakin keras, dan saya bahkan mendengar suara tabrakan. Beberapa detik kemudian, saya melihat orang-orang berlarian dari gelombang tsunami sambil berteriak ‘Tsunami! Ombak! Ombak!’“
“Hanya butuh beberapa detik, bukan beberapa menit, setelah mendengar suara gemuruh dan kemudian ombak menerjang kami. Dari lubuk hati saya yang paling dalam, saya dengan tulus meminta pemerintah membuat sistem peringatan dini supaya orang-orang dapat mengantisipasi tsunami yang akan datang. Saya tidak punya banyak waktu, setelah suara nyaring terdengar.”
Hanya dalam hitungan detik, dan kemudian kebinasaan itu datang.
Beberapa bulan terakhir ini kita telah menyaksikan dengan penuh “kekejutan” peristiwa-peristiwa yang belum pernah dilihat sebelumnya. Alkitab mencatat tentang bukit-bukit yang mencair (Nahum 1:5) dan gunung-gunung meleleh seperti lilin (Mazmur 97:5), dan sekarang kita telah menyaksikan dengan terkesima bagaimana likuefaksi terbesar di dunia terjadi ketika gempa bumi di Palu: tanah berbukit mencair dan meleleh seperti lilin dan menenggelamkan satu kampung beserta segala sesuatu yang ada di atasnya.
Semuanya terjadi secara tiba-tiba, tanpa peringatan, sama halnya dengan tsunami di Selat Sunda yang terjadi tanpa didahului gempa bumi, tidak terdeteksi. Kebinasaan tiba-tiba datang menyergap seperti yang ditulis Paulus kepada orang-orang Tesalonika,
1Tesalonika 5:2,3 Karena kamu sendiri mengetahui dengan tepat, bahwa hari YAHWEH datang sedemikian rupa seperti pencuri pada waktu malam. Sebab, ketika mereka berkata, “Damai dan aman!,” maka tiba-tiba kebinasaan datang atas mereka, sama seperti rasa sakit bersalin pada wanita yang sedang mengandung, dan mereka sama sekali tidak bisa luput.
Jangan memandang kata-kata ini dengan enteng. Jika Anda percaya bahwa Alkitab itu benar, maka apa yang ditulis oleh Paulus akan terjadi.
Tuhan Yeshua (Yesus) memberikan peringatan serupa, ketika memberi tahu para pengikut-Nya bahwa:
Lukas 17:26-30 sebagaimana yang terjadi pada zaman Nuh, demikian pula akan terjadi pada hari-hari Anak Manusia. Mereka makan, minum, kawin, dan mengawinkan, sampai pada hari Nuh masuk ke dalam bahtera, dan air bah melanda dan membinasakan mereka semua.
Sama seperti itu pula yang terjadi pada zaman Lot; mereka makan, minum, membeli, menjual, menanam, dan membangun, tetapi pada hari Lot keluar dari Sodom, turunlah hujan api dan belerang dari langit dan membinasakan mereka semua.
Seperti itulah yang akan terjadi pada hari Anak Manusia disingkapkan.
Maksud Yeshua (Yesus) dan Paulus adalah sederhana. Orang-orang akan mengabaikan tanda-tanda zaman. Mereka akan terbuai dalam rasa aman yang palsu. Mereka akan terperangkap oleh roh keduniawian, menikmati hidup, berfokus pada diri sendiri, tidak menghiraukan Elohim dan hukum-Nya. Mereka akan yakin bahwa “semuanya baik-baik saja” dan bahwa penghakiman itu tidak akan datang. Dan kemudian, tiba-tiba, penghakiman itu sudah berdiri di ambang pintu. Dan kemudian, tiba-tiba, semuanya sudah terlambat.
Tapi itu bukan akhir dari cerita.
Yesaya memberitahu kita bahwa peristiwa-peristiwa ini akan terjadi atas seluruh dunia,
Yesaya 10:23 Bahwa kebinasaan dan yang ditetapkan Adonai YHVH Tzevaot akan dilakukan di tengah-tengah seluruh bumi.
Yesaya 13:9 Lihat, hari YAHWEH yang datang dengan kejam dan angkuh, dan dengan amarah yang menyala-nyala, untuk membuat bumi menjadi sunyi dan menghancurkan orang-orang berdosa dari sana.
Apakah ini berarti bahwa para korban yang tewas dalam bencana-bencana tersebut lebih besar dosanya daripada orang-orang lainnya?
Tuhan Yeshua dengan tegas mengatakan,
Lukas 13:3 “Tidak! Sebaliknya jikalau kamu tidak bertobat, maka kamu semua akan binasa dengan cara seperti itu!”
Bencana yang terjadi di Palu dan Selat Sunda bukanlah yang terakhir. Bumi sedang menggeliat karena sakit bersalin. Empat pakar Inggris memprediksi akan ada tsunami susulan di Selat Sunda, karena aktivitas Gunung Anak Krakatau yang masih terus berlanjut. Tuhan Yeshua berkata,
“… di atas bumi bangsa-bangsa akan takut dan bingung karena deru dan gelora laut.” Lukas 21:25
Sekali lagi, Alkitab menyatakan bahwa peristiwa-peristiwa seperti ini akan terjadi kembali dengan cara yang jauh lebih “mengejutkan” dan dalam skala yang jauh lebih besar. The worst is yet to come… ditegaskan oleh Zefanya, ketika dia memperingatkan akan datangnya hari keruntuhan dan kehancuran yang akan menimpa penduduk dunia,
Zefanya 1:14,15 Sudah dekat hari YAHWEH yang besar itu, sudah dekat dan hampir tiba! Gema suara hari YAHWEH adalah pahit, orang kuat yang ada di sana pun akan menangis dengan suara keras. Hari itu adalah hari kemurkaan, yaitu hari kesukaran yang penuh bahaya dan penderitaan yang berat, suatu hari keruntuhan dan penghancuran, suatu hari kegelapan dan kesuraman, hari mendung dan berkabut.
“Aku akan mendatangkan kesukaran atas manusia sehingga mereka akan berjalan seperti orang buta, karena mereka telah berdosa kepada YAHWEH. Dan darah mereka akan tercurah seperti debu dan isi perut mereka akan seperti kotoran.”
Pada hari kemurkaan YAHWEH, baik perak maupun emas mereka tidak akan mampu melepaskan mereka. Dan seluruh bumi akan dilalap habis oleh api cemburu-Nya, karena pemusnahan dahsyat yang sungguh-sungguh dicemaskan akan Dia lakukan terhadap seluruh penduduk bumi.
Baik Tuhan Yeshua maupun Paulus memberikan peringatan kepada kita karena suatu alasan. Pertama-tama supaya kita sungguh-sungguh bertobat, kemudian kita yang menjadi percaya, kita yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan, tidak akan disergap semuanya ini tanpa kewaspadaan. Itu agar kita sungguh-sungguh melayani dan berjaga-jaga, ketimbang berpesta pora dan tidur.
Mengutip Paulus lagi, dari perikop yang sama di Tesalonika:
1Tesalonika 5:4-9 Namun kamu, saudara-saudara, kamu tidak berada di dalam kegelapan, sehingga hari itu menyergap kamu seperti pencuri. Kamu semua adalah anak-anak terang dan anak-anak siang, kita bukanlah anak-anak malam atau anak-anak kegelapan. Jadi, biarlah kita tidak tertidur seperti juga orang-orang lain, tetapi kita harus berjaga-jaga dan sadar; karena mereka yang tertidur, mereka tidur pada waktu malam dan mereka yang mabuk, mereka mabuk pada waktu malam, tetapi kita, selagi siang, kita harus sadar, sambil mengenakan baju zirah iman dan kasih, dan ketopong pengharapan akan keselamatan. Sebab Elohim tidak menempatkan kita ke dalam murka, melainkan ke dalam pemeliharaan keselamatan melalui Tuhan kita YESUS Kristus,
Jadi beginilah seharusnya kita hidup. Dan beginilah seharusnya yang kita perbuat di dunia: berjaga-jaga dan sadar, mengenakan baju zirah iman dan kasih, dan ketopong pengharapan akan keselamatan, supaya kita ditempatkan di dalam pemeliharaan keselamatan melalui Tuhan Yesus Kristus, seperti yang ditulis Petrus kepada para pembacanya:
2Petrus 3:11-14 Jika segala sesuatu akan musnah secara demikian, betapa hidupmu seharusnya menjadi saleh dan kudus. Sambil menanti dan merindukan kedatangan Hari Elohim, hari ketika langit akan terbakar oleh api, dan benda-benda langit akan meleleh oleh panas yang membara. Dan sesuai dengan janji-Nya, kita sedang menantikan langit dan bumi baru yang di dalamnya berdiam kebenaran. Saudara-saudaraku yang terkasih, selama menantikan hal-hal itu, bergegaslah, supaya kamu didapati oleh Dia dalam damai sejahtera, tanpa noda dan cela.
Karena itu kita yang berjalan dalam terang, kita yang adalah anak-anak siang, kita yang menghidupi kehidupan yang menghormati Tuhan, tidak perlu dikuasai ketakutan dan kecemasan, namun marilah kita berjaga-jaga jangan sampai tertidur di dalam terang.

Referensi: