Awal September 2018, program Lembu Betina Merah di Temple Institute di Israel, diberkati dengan dilahirkannya seekor anak lembu betina yang sepenuhnya merah, sekaligus membuka jalan untuk dilaksanakannya kembali ritual di Bait Suci Ketiga, yang akan menandai tahap akhir menjelang kedatangan Mesias.
Hampir tiga tahun lalu, Temple Institute meresmikan program Membangkitkan Lembu Merah di Israel. Karena undang-undang membatasi impor ternak hidup ke Israel, Temple Institute mengimpor embrio beku red angus, dan menanamkannya kepada sapi-sapi domestik Israel. Sapi-sapi yang hamil ini kemudian dibesarkan di peternakan sapi di berbagai lokasi berbeda di seluruh Israel. Sapi-sapi ini melahirkan pada musim panas ini, dengan beberapa anak sapi yang sudah dilahirkan.
Satu minggu setelah dilahirkan, bayi lembu betina merah yang baru lahir ini disertifikasi oleh dewan rabbi sebagai penggenapan semua persyaratan Alkitab. Para rabbi menekankan bahwa lembu betina merah ini kapan saja bisa mendapatkan cacat yang akan membuatnya tidak memenuhi syarat. Mereka akan memeriksa anak lembu ini secara berkala untuk memverifikasi kondisinya.
Lembu betina merah merupakan komponen utama dalam proses pemurnian ritual yang diamanatkan Alkitab, untuk kecemaran yang diakibatkan karena berdekatan atau terjadi kontak dengan mayat. Karena unsur-unsur yang diperlukan untuk ritual ini telah musnah sejak penghancuran Bait Suci Kedua, seluruh orang Yahudi saat ini dianggap tidak kudus secara ritual, dan dengan demikian mencegah pelaksanaan kembali ritual-ritual di Bait Suci.
Lembu betina merah dijelaskan dalam Kitab Bilangan.
Bilangan 19:2 “Inilah ketetapan hukum yang YAHWEH perintahkan dengan berfirman: Berbicaralah kepada bani Israel, dan biarlah mereka mengambil untuk engkau seekor lembu betina merah yang sempurna, yang tidak ada cacatnya, yang ke pundaknya kuk tidak pernah ditumpangkan.
Beberapa anak lembu betina merah telah ditemukan dalam beberapa tahun terakhir ini yang tampaknya memenuhi syarat, tetapi pada akhirnya tidak memenuhi syarat untuk ritual tersebut. Awal bulan September ini, dua anak sapi yang lahir di Israel untuk program lembu betina merah Temple Institute dianggap tidak layak untuk pelaksanaan mitzvah (perintah Torah). Satu anak sapi adalah lembu jantan, sedangkan yang kedua, seekor anak lembu betina, memiliki sebidang kecil rambut putih yang mendiskualifikasi dirinya.
Anak lembu betina merah, yang lahir dari kelahiran alami, harus sepenuhnya merah, dengan tidak lebih dari dua helai rambut yang tidak berwarna merah di tubuhnya. Dia juga tidak boleh digunakan untuk pekerjaan apa pun atau telah dibuahi. Keberadaan lembu betina seperti ini dianggap sebagai anomali biologis dan sangat langka. Untungnya, ritual ini hanya membutuhkan sangat sedikit abu. Dari zaman Musa, yang secara pribadi mempersiapkan lembu betina merah pertama, sampai hancurnya Bait Suci, hanya ada sembilan lembu betina merah yang pernah dipersiapkan. Meskipun demikian, ini cukup untuk mempertahankan kemurnian ritual seluruh bangsa Israel selama hampir 2000 tahun.
Menurut tradisi Yahudi, hanya akan ada sepuluh lembu betina merah dalam seluruh sejarah umat manusia, dengan lembu betina merah kesepuluh akan menghantar kepada zaman Mesianik. Rabbi Moshe ben Maimon (Maimonides), sarjana Yahudi abad pertengahan yang paling terkenal yang dikenal dengan akronim Rambam, menulis dalam penjelasannya tentang mitzvah bahwa “lembu betina merah kesepuluh akan digenapi oleh raja, sang Mesias; kiranya Dia dinyatakan segera, Amin, Semoga itu kehendak Tuhan.”
Rabbi Chaim Richman, Direktur Internasional Tempe Institute, memberikan komentar di situs web institut.
“Jika belum ada lembu betina merah selama 2000 tahun terakhir, mungkin itu karena waktunya belum tepat; Israel jauh dari siap. Tapi sekarang … apa artinya bagi tahun-tahun di masa kita hidup ini, mendapatkan sarana untuk pemurnian yang sudah begitu dekat? Dengan kata-kata Maimonides di dalam pikiran, kita tidak bisa tidak akan bertanya-tanya dan berdoa: Jika sekarang ini sudah ada lembu betina merah … apakah milik kita, era yang akan membutuhkan ini? ”
Hukum yang berkaitan dengan mitzvah ada banyak sekali dan dianggap oleh para rabbi sebagai chok, sebuah perintah Torah yang tidak dapat dijelaskan yang hanya dapat diterima oleh iman. Sebelum memasuki tanah Israel setelah Eksodus, lembu betina merah dibakar di luar perkemahan. Pada hari-hari Bait Suci, lembu betina merah dibawa ke Gunung Zaitun melintasi jembatan yang dibangun khusus untuk tujuan ini, untuk memastikan bahwa tidak ada kontak yang tidak disengaja dengan daerah di sepanjang jalan yang mungkin telah terkontaminasi oleh mayat.
Kayu aras, hisop, dan wol atau benang kirmizi yang dicelup dilemparkan ke dalam api di mana lembu betina merah itu dibakar, dan sisa abu itu kemudian ditempatkan di dalam bejana yang berisi air dari mata air, untuk memurnikan seseorang yang telah terkontaminasi secara ritual melalui kontak dengan mayat. Air dari bejana dipercikkan kepada orang tersebut, menggunakan seikat hisop, pada hari ketiga dan ketujuh dari proses pemurnian. Imam yang melakukan ritual itu kemudian menjadi najis secara ritual, dan kemudian dia harus membasuh dirinya dan pakaiannya di air yang mengalir. Dia dianggap tidak murni hingga sore.
Tidak kalah ketat dari hukum yang berkaitan dengan lembu betina merah adalah hukum yang berkaitan dengan lokasi di mana lembu betina merah akan dibakar. Hampir 30 tahun yang lalu, Rabbi Yonatan Adler, yang juga seorang arkeolog, melakukan penelitian mendalam terhadap referensi tekstual ke situs di mana lembu betina merah dibakar, dan menerbitkan hasil penelitiannya di dalam jurnal Torah, Techumin. Perhitungannya, berdasarkan Ruang Maha Kudus yang terletak di mana Dome of the Rocksekarang ini berdiri, membawanya ke sebuah lokasi di mana Dominus Flevit, sebuah Gereja Katolik yang dibangun pada tahun 1955, sekarang berdiri. Survei arkeologi menemukan karakteristik unik dari situs ini yang berhubungan dengan deskripsi dalam Talmud.

Referensi: