Hari Raya Purim, yang dirayakan pada tanggal 14-15 Adar 5778 (mulai Rabu malam, 28 Februari – 2 Maret 2018), adalah hari raya “nahafochu“, yang dalam bahasa Ibrani artinya “membalikkan segala sesuatu”, ketika hari yang telah dituliskan untuk pembinasaan orang-orang Yahudi di Persia dibalikkan menjadi hari ketika musuh-musuh Israel dihancurkan.
Ester 9:21-22 (ILT) untuk mewajibkan mereka merayakan hari yang keempat belas dan yang kelima belas bulan yang sama setiap tahun, sebagai hari yang di dalamnya orang Yahudi beristirahat dari musuhnya, dan pada bulan yang mengubah bagi mereka dukacita menjadi sukacita, dan perkabungan menjadi hari yang baik, dan menjadikannya sebagai hari perayaan dan sukacita, dan hari untuk saling mengantar makanan, serta memberi kepada orang-orang miskin.
Terselip di salah satu sudut Iran terletak bangunan tua berusia 500 tahun yang diakui sebagai situs pemakaman Mordekhai dan keponakannya, Ester yang menyelamatkan bangsa Israel dari rencana pembantaian Haman ben Hamedata, orang Agag, keturunan Amaleq ben Eliphaz ben Esau. Bangunan sebelumnya diyakini telah dihancurkan pada abad ke-14 oleh penjajah Mongol.
Makam-Ester-Mordekhai
Situs pemakaman pahlawan Purim, Mordekhai dan Ester masih berdiri dengan megah di pusat Iran, memproklamirkan kemenangan Alkitabiah orang-orang Yahudi terhadap musuh modern mereka yang paling utama, Persia. Semuanya ini terambil dari bagian khusus Kitab Suci, yang melambangkan realitas eksistensi komunitas Yahudi Timur Tengah terbesar dan paling kuno di luar Tanah Suci.

Makam-Mordekhai
Makam Mordekhai

Kisah Purim merupakan sebuah anomali di dalam Alkitab. Kisah ini tidak menyebut nama Elohim, dan itu satu-satunya kisah Alkitab selain Kitab Daniel, yang terjadi di luar perbatasan Tanah Israel. Kisah kemenangan bangsa Yahudi ini terjadi di Persia kuno, yang sekarang dikenal sebagai Iran, musuh terbesar Negara Israel modern. Negara Muslim Shiah ini mengungkapkan tanpa malu-malu keinginan mereka untuk memusnahkan orang-orang Yahudi dan menghapuskan Negara Israel dari peta dunia.
Kota Hamadan di Iran, 200 mil sebelah barat Tehran, diakui sebagai kota Shushan, ibukota Persia kuno dan lokasi terjadinya peristiwa Purim.
Ester 1:1-2,5 (ILT) Dan terjadilah pada zaman Ahashweros (Ibrani: Achashveros; Artaxerxes, Xerxes)-dialah Ahashweros yang memerintah dari India sampai ke Etiopia, lebih dari seratus dua puluh tujuh provinsi. Pada masa itu, ketika Raja Ahashweros bertakhta di atas takhta kerajaannya di dalam istana Susan. Dan setelah genap hari-hari itu, raja mengadakan pesta bagi seluruh rakyat yang terdapat di dalam istana Susan, baik para pembesar maupun rakyat kecil, selama tujuh hari di halaman taman istana raja.
Salah satu situs yang paling menonjol di kota itu adalah sebuah bangunan berusia 500 tahun yang dibangun di atas situs pemakaman dari Mordekhai dan Ester. Kebanyakan orang akan beranggapan bahwa situs yang mengenang pahlawan Yahudi di Persia ini akan tersembunyi atau dalam bahaya, tapi sebenarnya yang terjadi adalah kebalikannya. Situs ini ditampilkan dengan bangga, diketahui semua orang, dan orang-orang Yahudi Persia mengunjungi situs ini setiap tahun secara massal untuk membaca Kitab Ester.
Fenomena ini diungkapkan oleh Annika Hernroth-Rothstein, seorang penulis, aktivis, dan penasihat politik Swedia. Hernroth mengunjungi situs ini tahun lalu, sebelum perayaan Purim, saat ia menulis sebuah artikel tentang situasi politik di Iran. Dia berpikir situs Yahudi ini akan diabaikan atau dirusak, tetapi ia terkejut ketika mendapati bahwa hal itu tidak terjadi.
“Semua orang yang aku mintai petunjuk arah tahu tentang situs ini dan siapa yang dimakamkan di sana,” kata Hernroth. “Makam itu sangat mentereng, sangat mudah diakses, dan sangat terawat.”

Makam-Ester
Makam Ratu Ester dan Mordekhai di Hamadan, Iran

Orang-orang Yahudi Iran mengunjungi situs itu menumpang rombongan bus-bus, menurut Hernroth. “Orang-orang Yahudi sangat bangga dengan situs ini sebagai bagian dari sejarah 2700-tahun keberadaan mereka di Iran,” katanya. “Mereka tidak bebas, tetapi mereka juga tidak ditindas.” Makam ini menjadi saksi rumitnya status orang-orang Yahudi di Iran.
Meskipun Negara Israel menjadi musuh kuno rezim Iran ini, namun kenyataannya tidak selalu terjadi seperti demikian. Pada tahun 1970 ada lebih dari 100.000 orang Yahudi tinggal di negara ini. Namun karena terjadinya eksodus massal pada tahun 1979 ketika terjadi revolusi Iran dan berdirinya Republik Islam Iran, saat ini hanya tersisa kurang dari 30.000 orang Yahudi Iran. Namun, komunitas ini masih merupakan populasi terbesar orang-orang Yahudi Timur Tengah di luar Israel.
Politik telah mengancam baik komunitas Yahudi maupun situs makam ini. Pada tahun 2010, pemerintah Iran memasukkan situs ini ke daftar Warisan Nasional mereka, sehingga menempatkannya di bawah perlindungan pemerintah.
Satu tahun kemudian, muncullah usaha untuk menghapuskan hubungan orang-orang Yahudi terhadap situs tersebut, pengunjuk rasa anti-Israel mengepung makam dan mengancam untuk meruntuhkannya. Makam itu kemudian dihapus dari daftar Warisan Nasional.
Bahkan pemerintah Iran mengeluarkan pernyataan bahwa Purin, hari raya Yahudi yang merayakan kemenangan Ester bagi orang-orang Yahudi sebenarnya adalah hari raya pembantaian orang-orang Yahudi terhadap orang-orang Iran.
“Aku tidak melihat tanda-tanda kerusuhan,” kata Hernroth, memberikan penjelasan tentang mengapa dia berpikir Iran membiarkan situs tersebut untuk tetap berdiri. “Agama memegang kedudukan yang sangat khusus di Iran. Iran menjaga situs itu sebagai perlambang kepada seluruh dunia dalam rangka menunjukkan kepercayaan mereka kepada kebebasan beragama. Tidak ada kebebasan yang sesungguhnya, tetapi ada kebebasan beragama. Ironisnya, aku menemukan beberapa tempat yang menyediakan makanan kosher (halal Yahudi), yang tidak ada di tempat di mana aku tinggal di Swedia.”
Perayaan Purim tahun ini ditandai dengan panggilan doa dan puasa selama tiga hari, seperti yang dilakukan dalam Kitab Ester, dalam rangka dukungan terhadap orang-orang Yahudi menghadapi ancaman yang timbul dari Haman modern.
Ester 4:16 (ILT) “Pergilah, kumpulkanlah semua orang Yahudi yang terdapat di Susan, dan berpuasalah untuk aku (Ester), dan janganlah makan ataupun minum tiga hari lamanya, baik malam maupun siang. Aku dan dayang-dayangku akan berpuasa dengan cara yang sama. Maka aku akan menghadap raja, sekalipun berlawanan dengan hukum. Dan jika aku harus binasa, binasalah aku.”
Haman (musuh dalam Kitab Ester), sedang menjalankan ramalan dengan membuang undi, dan jelas-jelas menyelaraskan diri dengan kekuatan spiritual Satan untuk menghancurkan populasi seluruh orang-orang Yahudi di bumi. Ester tiga hari berpuasa untuk mematahkan kekuatan spiritual yang dilepaskan oleh ilmu sihir Haman. Ini secara efektif membalikkan kutukan dan menggeser kebijakan publik seluruh Kerajaan Persia terhadap orang-orang Yahudi.
Bulan Februari tahun lalu, Rabbi Nir Ben Artzi, pemimpin spiritual Israel, memprediksi kebangkitan ilmu hitam di dunia, yang terfokus kepada pemimpin nasional Amerika Serikat dan Israel. Dua minggu kemudian, muncul seruan di media-media sosial untuk mempersatukan orang-orang di seluruh dunia untuk memanterai Presiden Trump dan para pendukungnya.
Peperangan rohani terhadap Trump ini juga merupakan peperangan rohani terhadap Israel, karena kita juga melihat kebangkitan anti-Semitisme sejak Presiden Trump menjabat.
Pertikaian politik saat ini identik dengan pertempuran Alkitab melawan Haman: peperangan rohani antara baik dan jahat, peperangan yang dijalankan dalam dimensi spiritual.
Makam Ester dan Mordekhai tetap berdiri sampai hari ini sebagai pernyataan kesaksian bahwa bangsa Israel akan tetap ada meskipun dikelilingi oleh bangsa-bangsa yang membenci dan hendak memusnahkan mereka.