TOV - 26 Juni 2014 (18.00-20.00)
JKI INJIL KERAJAAN - HOLY STADIUM (SEMARANG)
By: Ev. Iin Tjipto
Seluruh lawatan di seluruh dunia hampir-hampir tidak ada yang bisa bertahan lebih dari 7 tahun. Toronto 3 tahun, Azuza 1 tahun, Wales 5 tahun. Kita memasuki tahun ke-8.
Tuhan berkata, "Jangan jatuhkan lawatan ini, jangan buang, karena Aku tidak punya waktu lagi untuk menyiapkan wadah, Aku tidak punya waktu lagi untuk menyiapkan satu generasi lagi. Kalau lawatan ini tidak terjadi di tangan kalian, maka lawatan ini akan lewat, Aku tidak mungkin undur lagi kedatanganKu yang kedua kali, Aku harus datang dalam 7 tahun ini, Aku tidak akan bisa tahan melihat orang yang menderita, ..."
Kita adalah wadah yang dipilih, dimulai dari Israel dan menyebar ke seluruh dunia, tapi sekarang dimulai dari ujung dunia, dari timur, dan itu Indonesia, tidak bisa lagi yang lain.
Pensakola, Azuza, bahkan yang diberi urapan untuk pujian, bahkan hamba-hamba Tuhan yang sangat terkenal, di awal mereka sangat menginginkan Tuhan, bahkan berdoa hingga berjam-jam untuk khotbah, tapi setelah Tuhan berkati begitu rupa, mereka tidak lagi menginginkan dipakai Tuhan sebelum seperti mereka bukan siapa-siapa, bahkan tiba-tiba buat mereka pelayanan adalah rutinitas, maka tiba-tiba semua tugas adalah kewajiban, bahkan beban.
"Beberapa pemusik terbaik yang pernah Aku urapi dengan jubah pujian, jubah Daud, di awal mereka sangat gemetar, mereka sadar kalau mereka boleh nyanyi saja karena cinta dan anugrah Tuhan, tapi akhirnya mereka mencintai orang banyak, tepuk tangan mereka lebih penting, mereka lebih menyukai ketika orang berkata suaranya bagus, dan hati mereka bergeser."
Sejujurnya Tuhan berkata, bahkan Lucifer dulunya hanya dengan satu gerakan, seluruh bumi bergerak, menimbulkan sebuah irama yang sedetak jantung dengan Tuhan, di awal itu dia menangis dan berkata mengapa Tuhan ciptakan aku (Lucifer) sebegitu indah. Dulunya jubah Lucifer, ketika dia bergerak, serbuk keindahan itu menyebar, bahkan jubah Yesus kalah jauh dengan jubah Lucifer. Di awal dia pakai ini dengan gemetar, bahkan berkata "siapa aku bisa menggunakan jubah sebegini indah, siapa aku, bahkan anakMu pun tidak pernah memakai jubah seperti ini", tapi setelah puluhan mungkin ribuan tahun, Lucifer menjadi sangat biasa, menggerakkan bumi, menaikkan orkestra, semua adalah tugas, bukan lagi cinta, semua adalah target, bukan kerinduan dan kehormatan.
Tuhan berkata kalau hati kita sudah mulai berubah, setiap 6 bulan, ini mulai jadi kebaktian biasa, ini jadi beban, ada yang melihat yang datang dari luar kota itu merepotkan, jadi orang ini lebih suka di luar daripada di dalam melayani yang dari luar kota. Menari adalah tanggungjawab dan tugas, bukan cinta, menyanyi dan main musik hanya jadi tugas, bukan cinta, EO bahkan mungkin meletihkan, awalnya engkau mungkin tidak ingin ada yang salah ketika jadi EO, sound system juga, dll.
"Sejujurnya urapanKu dari tahun ke tahun semakin menipis karena kerinduan kalian makin menipis." Kebanggan dipilih sebagai generasi terakhir, sudah berubah dan hilang dari kita, cara kita menari, menyanyi, duduk, mendengarkan Tuhan, sudah berbeda. Kita sudah kehilangan cinta, sungguh-sungguh kerinduan, bahkan hadirat Tuhan sudah sangat biasa untuk kita. Ini sudah jadi panggung, bukan lagi mezbah. Ini pesta, bukan lagi tahta Allah. Ini beban, bukan lagi kerinduan. Ini tugas, dan bukan cinta.
Tapi Tuhan berkata, "Jangan lepaskan, Aku tidak punya waktu lagi untuk menyiapkan sebuah generasi". Dia (Tuhan) tidak marah, Dia bahkan berlutut di depan Bu Iin, "begging", dan berkata, "Please, jangan hancurkan, jangan hancurkan semuanya ini, karena kalau kalian tidak mengerti hati yang berbalik, Aku tidak bisa datangkan lawatan, kalau hati ini sudah penuh dengan keletihan, beban dan masa bodoh, Aku tidak mungkin lagi datangkan lawatan. Jangan hancurkan itu di tanganmu, nak. Jangan hancurkan itu."
Di saat itulah Tuhan beri tema TOV, bukan karena kita sudah bagus, tapi itu kerinduan Tuhan. Banyak yang mungkin tidak sadar kalau hatinya sudah berubah sangat jauh, sudah beku..
Tuhan berkata, "Aku bawa tarian, Aku bawa kalian semua ke bangsa-bangsa, melihat keajaiban, bukankah hari-hari ini kalian berbicara 5 menit orang menangis, kalian hentikan hujan.. Tapi itu tidak membuat hati kalian mengerti betapa ini adalah sebuah keajaiban dan kehormatan."
Banyak dari kita yang sudah berubah, dari hal jubah, tindakan profetik, mendengarkan Firman, engkau sudah terlalu biasa.
Lihat dari zaman ke zaman, semua kerajaan di China hancur karena anak-anaknya tidak mengerti seberapa harganya yang dilakukan bapaknya.
Esau tidak jelek, dia sama seperti kita hari ini. Hari itu dia sangat capek, dia baru pulang dari ladang setelah 3 hari berburu, tidak mendapat minuman segar. Dalam kondisi yang begitu capek, dia melihat adiknya yang sedang memasak, dia meminta makanan, dan Yakub meminta untuk menukarnya dengan hak kesulungan. Bayangkan ketika engkau seperti Esau saat itu. Beberapa sangat capek, mengurus orang dari luar kota, capek latihan, dan ketika Tuhan datang kita dengan mudah berkata "Ah nanti bisa dengar kasetnya, bisa dengar streaming, bisa dengar siaran tunda", tapi ketika dengan keletihan dan kemarahan ketika Tuhan tidak beri apa yang kita inginkan/harapkan, kita dengan mudah berkata "Halah tindakan profetik lagi..", dan itu sebenarnya sama persis dengan Esau saat itu, dan itu begitu menyakitkan hati Tuhan, sehingga dia tidak pernah mendapatkan sedikitpun, sekalipun dia mencari dengan mencucurkan air mata.
Tuhan berkata, "Hampir semua dari kita sudah melakukan apa yang Esau buat". Ke-esau-an itu ada di kita. Ada yang seperti Saul, semua sudah diberi, diberkati, tapi engkau membuang keintiman ketika engkau diberkati. Engkau tidak mengerti hati Daud, engkau hanya mengerti berkat, dan kita melakukan yang seperti itu.
Tapi yang membuat berbeda, Tuhan berkata "Aku tidak punya pilihan, kalau ada Esau, Yakub bisa menggantikan Esau, tapi Aku tidak punya pilihan, Bahtera adalah datu-satunya pilihan. Saul pun demikian, Aku masih bisa didik dan tunggu Daud. Aku sangat mencintai kalian, darahKu, jaminanKu, perjanjianKu, membuatKu tidak mungkin mengingkarinya sekalipun kalian berada di keadaan yang tidak setia, sekalipun banyak, sangat banyak dari bahtera yang menyakiti hatiKu, Aku sangat mencintai, dan Aku tidak bisa lepaskan ini karena sebuah perjanjian."
Karena itu, Dia sungguh-sungguh bilang, Dia mau kali ini berbeda. Di saat yang terakhir dari 12 jam ini, Tuhan minta "Nari, nyembah, dengan hati yang berbeda, beri pertobatanmu, tidak ada yang lebih penting dibanding tinggal di hadiratKu". Tidak penting kamera, tidak usah rekam semuanya kalau perlu, Tuhan cuma minta "Bolehkah nak kalian hari-hari ini balik seperti dulu, menyanyi, menyembah, mencintaiKu, mengejar hadiratKu, menghargai Firman lebih dari segalanya."
Ada kata yang mengalir:
"Bungkus aku dalam kesetiaan, perkenanan."
Bukan bahtera diperkenan, bukan kita orang yang dikenan, bukan kita orang yang setia, jangan geer. Kita ini seperti pasir, pasir itu masuk ke kerang, kerang itu kesakitan dengan pasir tersebut, tapi kerang itu memilih untuk membungkusnya dengan kesetiaan, dengan cinta. Dia kesakitan setiap saat, Dia bungkus kita, hingga kita menjadi mutiaraNya. Tuhan mau bungkus kita dalam kesetiaan dan perkenanan supaya kita bisa masuk di dalam TOV.
Semua penari belajar menari lagi dengan tahu diri. Tuhan punya segudang orang yang terbaik di singer, pemusik, penari, kita ini cuma pasir yang menyakiti hatiNya, menyakiti semuanya, tapi Dia bungkus kita dengan kesetiaan dan perkenanan sampai kita TOV. Sampai TOV, bukan karena kita baik. Bungkus, didik, tarik..
Ini kebaktian yang terakhir di hari ini, buat yang berbeda, supaya yang retak ini kembali dibungkus.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
By: Pdt. Petrus Agung
2 Raja-raja 6:1-7
1: Pada suatu hari berkatalah rombongan nabi kepada Elisa: "Cobalah lihat, tempat tinggal kami di dekatmu ini adalah terlalu sesak bagi kami.
2: Baiklah kami pergi ke sungai Yordan dan masing-masing mengambil satu balok dari sana, supaya kami membuat tempat tinggal untuk kami." Jawab Elisa: "Pergilah!"
3: Lalu berkatalah seorang: "Silakan, ikutlah dengan hamba-hambamu ini." Jawabnya: "Baik aku akan ikut."
4: Maka ikutlah ia dengan mereka. Setelah mereka sampai di sungai Yordan, mereka pun menebang pohon-pohon.
5: Dan terjadilah, ketika seorang sedang menumbangkan sebatang pohon, jatuhlah mata kapaknya ke dalam air. Lalu berteriak-teriaklah ia: "Wahai tuanku! Itu barang pinjaman!"
6: Tetapi berkatalah abdi Allah: "Ke mana jatuhnya?" Lalu orang itu menunjukkan tempat itu kepadanya. Kemudian Elisa memotong sepotong kayu, lalu dilemparkannya ke sana, maka timbullah mata kapak itu dibuatnya.
7: Lalu katanya: "Ambillah." Orang itu mengulurkan tangannya dan mengambilnya.
Hari itu ada murid nabi dan dia mengungkapkan sebuah kenyataan, kebutuhan, dan Elisa pun mengerti kalau itu kebutuhan. Dia dan nabi lain mendatangi Elisa, karena sekolah nabi di saat itu sudah sangat berkembang dan tidak bisa bertambah lagi untuk menampung orang yang baru. Kalau kita ditaruh di tempat yang berdesak-desakkan, itu akan menghambat seseorang mencari Tuhan. Lalu mereka berkata dan meminta izin kepada Elisa untuk menebang pohon di Sungai Yordan untuk membangun rumah yang lebih besar. Kalau engkau berurusan dengan Tuhan, tidak semuanya tersurat, ada yang tersirat. Engkau harus bisa membaca apa yang tersurat dan tersirat. Seringkali kita tidak bisa membaca yang tersirat, dan itu yang seringkali menyakiti hati Tuhan. Kemuliaan Tuhan menutupi segala sesuatu, kemuliaan dan keanggunanNya selalu dalam selubung kemuliaanNya. Orang yang hanya bisa membaca yang tersurat, dia hanya Kristen yang agamawi.
Ketika Elisa berkata pergilah, ada dilema dalam hatinya, memang kenyataannya benar mereka membutuhkan ruang yang lebih besar, yang mereka minta itu masuk akal, tidak ada yang salah, mau bagaimanapun dia adalah nabi yang bekerja. Banyak yang tidak mau bekerja, hanya mau tindakan profetik, tapi tidak mau tebang pohon. Nabi-nabi ini tidak hanys mengerti bernubuat dan profetik, tapi mereka mengerti bekerja, mereka bukan pemalas, tidak ada salahnya. Tapi sebagai seorang nabi, Elisa mengerti Firman, kalau dia izinkan, akan ada sesuatu yang terjadi. Kalau tidak boleh pergi, tidak mungkin hanya berkata "Nanti ada sesuatu yang akan terjadi di sana kalau kalian pergi".
Ulangan 19:4-6
4: Inilah ketentuan mengenai pembunuh yang melarikan diri ke sana dan boleh tinggal hidup: apabila ia membunuh sesamanya manusia dengan tidak sengaja dan dengan tidak membenci dia sebelumnya,
5: misalnya apabila seseorang pergi ke hutan dengan temannya untuk membelah kayu, ketika tangannya mengayunkan kapak untuk menebang pohon kayu, mata kapak terlucut dari gagangnya, lalu mengenai temannya sehingga mati, maka ia boleh melarikan diri ke salah satu kota itu dan tinggal hidup.
6: Maksudnya supaya jangan penuntut tebusan darah sementara hatinya panas dapat mengejar pembunuh itu, karena jauhnya perjalanan, menangkapnya dan membunuhnya, padahal pembunuh itu tidak patut mendapat hukuman mati, karena ia tidak membenci dia sebelumnya.
Ini contoh yang Tuhan beri dan ini begitu detail. Misalnya ada rombongan yang memotong kayu, dan mata kayu lepas dan terkena orang lain, orang itu harus pergi ke kota pelarian, dst.
Elisa : the Lord is my Savior
Elisa ingat kalau misalnya terjadi yang demikian, dan apa yang diberi contoh oleh Tuhan kepada Musa ini akan nabi-nabi tersebut lakukan, sesuatu yang salah dan tidak benar akan terjadi, malapetaka akan terjadi. Apa yang harus dibuat? Inilah gaya Tuhan berbicara. Tuhan tidak berkata "nanti kapakmu lepas, kena kepala orang", dll.
Kalau engkau pelajari kata dasar Ibrani "Go" / pergilah di ayat ini, berasal dari kata "lekho", artinya "you go by yourself, but i'm not going with you".
Ketika itu Elisa menggunakan jubah Elia, nabi-nabi lain sempar berkata untuk mencari Elia, tapi Elisa berkata jangan pergi, namun ketika mereka merengek-rengek dengan memalukan, akhirnya mereka diizinkan pergi, tapi akhirnya pun mereka tidak mendapatkan Elia. Bukankah aku sudah mengatakan jangan pergi? Ini kata yang "lekho"..
Elisa akhirnya membiarkan nabi-nabi pergi, dan begitu juga pernah Tuhan dengan Musa, daripada Tuhan menghabiskan bangsa Israel, lebih baik Tuhan berikan pasukan malaikat dan bangsa Israel tetap masuk Kanaan, tapi Tuhan tidak ikut. Lalu Musa berkata yang kalau Engkau tidak pergi dengan kami, jangan suruh kami pergi, yang membedakan bangsa kami dengan bangsa yang lain adalah Tuhan yang berjalan bersama dengan bangsa Israel. Di saat itu Musa mendapatkan pencerahan dan nama Immanuel. Ketika Tuhan mendengar kata yang tadi dari Musa, Tuhan beri hadiratNya yang akan ada bersama mereka dan mereka memberi perhentian, dagingKu stop, tapi manusia RohKu yang keluar.
Kalau engkau melihat orang yang begging, bahkan Elisa akhirnya memberikan izin untuk nabi-nabi ini pergi. Dan ketika itu, mata kapak mereka lepas, tapi karena ada Immanuel, ketika mata kapak itu lepas, ada kuasa yang ajaib, mata kapak itu tidak mengenai kepela nabi, tapi masuk dalam Sungai Yordan. Ada yang teriak, "tuanku, tuanku,.." karena dia sebenarnya sudah tahu kalau akan ada yang terjadi.
Solusinya Elisa bukan A,B,C, tapi solusinya Immamuel, yang hari ini ada di dalam hidup kita.
Mata kapak boleh lepas, tapi tidak ada leher yang putus. Ada Immanuel yang menjamin hidupmu. Jangan pernah pergi tanpa Immanuel ada dalam kita. Jangan bawa bangsa ini tanpa kita tahu pasti kalau kita tahu ada Immanuel bersama-sama dengan kita.
Hanya Yesus yang bisa jamin bangsa kita, masa depan bangsa kita. BIar tidak ada yang pernah ragu untuk menyerahkan bangsa ini kepada Tuhan, karena inilah satu-satunya solusi untuk bangsa kita.
Setiap Tuhan menegur kita, itu artinya ada anugrah yang luar biasa. Elia mencurahkan air setelah mezmbah dibangun. Setelah dari Karmel, Elia menyuruh Ahab untuk bersiap-siap, dan di situ juga dia mengalami keajaiban Tuhan, karena dia sudah menabur air di sana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar