Perumahan Di Surga
Ibu Andriani Elkana adalah Istri dari almarhum Bapak Samuel Elkana, mereka berdua adalah pengelola Bukit Doa Taman Getsemani Ungaran Semarang. Beberapa tahun yang lalu ibu Andriani Elkana sudah dipanggil pulang ke Rumah Bapa di Surga.
Matius 16:24 (TB) Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.
Yohanes 14:2 (TB) Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu.
Kira-kira dua tahun yang lalu (tahun 2002) saya bermimpi sedang jalan-jalan mau membeli rumah. Saya melewati sebuah pintu gerbang besar dan kemudian saya melihat area taman bunga yang luas. Saya bertanya kepada seorang bapak yang sedang membersihkan taman itu.
“Ini kompleks perumahan ya pak? Apakah ada rumah yang mau dijual?” Oleh Bapak itu saya disuruh terus langsung menuju kantor perumahan tersebut. “Pak saya mau bertanya, apakah ada rumah yang mau dijual?” tanya saya
“Oh ya ada, Nama ibu siapa?” jawab pegawai kantor perumahan itu. “Nama saya Ibu Samuel Elkana.” “Oh nama kecil ibu siapa.” “Andriani Elkana.” Jelas saya lagi. “Bukan itukan nama sekarang. Yang saya maksud adalah nama kecil ibu yang diberikan oleh orang tua.”
“Oh Siem An Nio.” Kemudian orang itu membuka-buka buku. “Lho kok bapak mencari dibuku, bapak sedang mencari apa?” tanya saya. “Mencari nama ibu” jawab pegawai kantor itu. Saya kan baru mencari rumah. Nama saya pasti belum ada disini kata saya. Ada bu, ibu sudah memiliki rumah disini. “Bagaimana bisa?” tanya saya lagi.
Orang itu menunjukkan bahwa nama saya memang sudah tertulis di buku perumahan itu. Dan rumah saya ada di jalan Lili no 345. Saya mengulangi lagi pertanyaan saya karena ada keraguan didalam hati saya, “Pak saya ini baru mau beli rumah.”
“Ya tetapi ibu sudah memiliki rumah disini, ibu lihat saja rumah ibu.” Saya jelas bertambah bingung, karena saya baru mau mencari rumah tetapi mengapa ditempat itu sudah ada rumah saya. Kemudian saya berjalan dan saya melihat ada rumah yang besar, ada yang bertingkat dan ada juga yang berdiri diatas tanah yang tinggi. Bahkan ada rumah yang memiliki kolam renang. Pokoknya rumah-rumah ditempat itu bagus-bagus kondisinya, namun ukurannya beraneka macam ada yang besar, ada yang ukuran sedang dan ada yang ukuran kecil.
Di Jalan Lily saya mencari rumah saya. Kemudian saya jalan lagi dan menemukan rumah itu, saya melihat ada seseorang yang bekerja ditaman sedang bersih-bersih. Orang itu bertanya: “Ibu mau masuk? Bawa kunci apa tidak?”
Saya bingung karena saya tidak diberi kunci oleh pegawai kantor itu dan saya hanya disuruh melihat saja. Pegawai dirumah saya berkata : “Berarti ibu belum lunas cicilannya.” “Lunas?” tanya saya penuh kebingungan.
“Ya bu, kalau sudah lunas, maka kuncinya akan diberikan kepada ibu.” “Kalau begitu saya tidak bisa masuk? Apakah sekedar melihat saja tidak boleh?” tanya saya.
“Tidak bisa, karena lampu didalam rumah juga belum menyala.” Kata penjaga itu. Kemudian saya melihat di taman ada sebuah bangku dari marmer dan saya duduk disitu melihat rumah saya. Saya kagum dengan keindahan rumah itu.
“Pak, apakah rumah tetangga sudah ada yang menghuni?” “Sudah, kalau cicilan mereka sudah lunas, mereka boleh masuk.” Jawab orang itu lagi. Saya suka sekali berada ditempat itu, rasanya damai, nyaman, tenang sehingga saya tidak mau segera pergi dari tempat itu.
Rumah saya memang tidak begitu besar tetapi saya senang dan puas melihatnya. Bunga kesukaan saya sudah ditanam disitu, rapi dan indah sekali. “Kapan saya bisa masuk rumah itu, pikir saya dalam hati.”
Orang itu berkata: “Makanya kalau ibu dapat tagihan segera dilunasi, biar cepat selesai.” Kemudian saya berjalan dan bertemu saudara saya (suami dan istri) dan mereka bertanya sedang apa saya disitu. Setelah saya jelaskan duduk persoalannya, mereka ingin membantu melunasi kekurangan pembayaran rumah tersebut, karena mereka cukup berada. Kemudian kami bertiga kembali ke kantor perumahan tadi dan menemui bapak yang semula menemui saya.
Bapak tersebut mengatakan bahwa rumah saya tidak bisa dilunasi oleh orang lain, tetapi hanya saya sendiri yang bisa dan harus melunasinya. Akhirnya bapak tadi menghitung kekurangan yang masih harus saya lunasi. Dan ternyata jumlahnya masih US $ 40.000.000 atau sekitar Rp. 400.000.000.000 dengan waktu itu kurs $1 = Rp. 10.000,- Saudara saya terbelalak matanya karena sekalipun harta saya dijual semuanya tetap saja tidak bisa melunasi rumah saya.
Kemudian penjaga itu berkata: “Makanya bu kalau ada tagihan, jangan dikembalikan lagi, agar kuncinya segera diserahkan kepada ibu. Karena ibu sering mengembalikan tagihannya maka tagihannya tidak berkurang dan rumah itu tidak segera lunas.” Saya berkata: “Pak saya mau melunasinya, tetapi tidak bisa karena masing-masing orang harus melunasi rumahnya sendiri.
Setelah itu saya terbangun dari mimpi tersebut. Saya termenung dan mimpi itu terulang kembali seperti diputar kembali. Tuhan menjelaskan satu persatu artinya dari penglihatan dalam mimpi itu. Pintu gerbang itu adalah Tuhan Yesus sendiri. Tuhan Yesus menjelaskan bahwa di rumah Bapaku banyaklah tempat. Itu memang benar. Tuhan tidak pernah berbohong. Di Surga banyak tempat tinggal. Namun untuk mendapatkan tempat tinggal disurga ada harga yang harus dibayar yaitu tagihan-tagihannya berupa proses-proses Tuhan dalam hidup kita.
Bila Tuhan sedang berurusan dengan jiwa dan daging kita, maka kita harus segera menyelesaikannya atau melunasinya. Misalnya jika ada yang menyakiti hati kita, apakah kita akan membayar tagihan tersebut? dengan mengampuni ataukah kita memilih tidak mengampuni. Tidak mengampuni berarti mengembalikan tagihan tersebut dan dengan bersikap marah.
Jadi ketika terjadi sesuatu yang mengenai daging atau jiwa kita, apakah reaksi kita? Membayar tagihan tersebut atau meresponinya dengan sikap yang salah berarti mengembalikan tagihan yang dikirim dari surga. Kalau kita merseponi dengan benar sesuai dengan Firman Tuhan maka kita berarti sedang mengangsur rumah yang Tuhan sudah sediakan untuk kita di surga.
Matius 3:7-9 (TB) Tetapi waktu ia melihat banyak orang Farisi dan orang Saduki datang untuk dibaptis, berkatalah ia kepada mereka: "Hai kamu keturunan ular beludak. Siapakah yang mengatakan kepada kamu, bahwa kamu dapat melarikan diri dari murka yang akan datang?
Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan.
Dan janganlah mengira, bahwa kamu dapat berkata dalam hatimu: Abraham adalah bapa kami! Karena aku berkata kepadamu: Allah dapat menjadikan anak-anak bagi Abraham dari batu-batu ini!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar