Laman

Jumat, 24 Juni 2022

Pesan Tuhan - Susan Davis



Pesan yang diberikan oleh TUHAN, kepada Susan Davis pada hari Minggu, 12 Juni 2022:


Inilah pesan untuk hari ini: 

Anak-anakKU, dengarkan Kata-kataKU: Ada bencana besar di seluruh dunia.  Kamu tidak aman untuk sesaat selain dari hubungan dekat denganKU.  Jika kamu tidak bergerak mendekatiKU, kamu menempatkan dirimu dalam risiko dan bahaya. 

Tidaklah cukup memiliki iman yang suam-suam kuku.  Kamu harus mengesampingkan kesombonganmu dan mengakui bahwa kamu membutuhkanKU, dan menyerahkan hidupmu sepenuhnya kepadaKU.  

Tanpa “penyerahan penuh” ini, engkau berada dalam bahaya besar.  Musuh tahu siapa milik-Ku dan siapa yang bukan.  Engkau tidak harus jatuh ke dalam perangkapnya.  Dia melihat dan menunggu saat yang tepat untuk memikat orang itu ke dalam perangkapnya dan kemudian dia menyerang.  Dia bermaksud membunuh dan menghancurkan.  Jangan puas dengan apa adanya, terpisah dari AKU.  Jika engkau percaya engkau dapat mengatur keadaanmu tanpa penyerahan penuh kepadaKU, TUHAN dan PENYELAMATmu, kamu salah besar.  Engkau tidak dapat menangani rencana iblis untuk menjatuhkanmu.  Kau harus datang dekat denganKU sekarang, karena AKU tahu jalan yang benar menuju kehidupan kekal dan semua jalan lain menuju kebinasaan kekal.  

Jika engkau melewatkan panggilanKU untuk saat ini, mungkin ini adalah kesempatan terakhirmu bersiap untuk tanggal yang ditentukan memberikan pertanggungan-jawab atas hidupmu kepada TUHANmu.  

Semua akan datang ke hadapanKU untuk memberikan pertanggungan-jawab atas hidup mereka apakah siap atau jatuh.  Saat ini menentukan hasil kekalmu dan masing-masing harus menghadapKU.  

Jadi, apakah engkau siap untuk pertemuanmu dengan TUHAN atau akankah engkau lengah dan tidak dianggap layak untuk luput dari apa yang akan terjadi di dunia?  Banyak yang percaya diri mereka baik di mata mereka sendiri, tetapi tidak memiliki pakaian yang dibutuhkan untuk berdiri tanpa kesalahan di hadapan WajahKU.  Datang dengan pakaian bagaimana engkau bertanya?  

Engkau harus menyerah pada Kehendak BAPA dan menerima KeselamatanKU, bertobat dari dosamu, mengakui pekerjaanKU di kayu salib untuk dosamu dan harga yang harus dibayar untuk keselamatanmu.  AKU sendiri yang dapat memberimu pakaian ini dan membersihkan hatimu sehingga kau dapat diterima ke dalam SurgawiKU.  Tidak ada jalan lain.  Terimalah ROHKU dan jadilah utuh.  Basuh dalam FirmanKu dan jadilah bagian dari suatu hubungan dengan TUHANmu.  Untuk ini engkau diciptakan.

Mengapa membuang-buang waktumu lagi untuk merenungkan arti hidupmu, padahal untukKU engkau diciptakan dan untuk kesenanganKU.  Kau dapat mencari di seluruh dunia ini untuk mencari arti dari keberadaanmu tetapi sampai pada akhir dari dirimu sendiri dan menyerahkan semua milikmu kepadaKU, engkau akan selalu datang dengan tangan kosong.  

Percaya pada SATU KASIH Sejati di dunia ini.  Aku sendiri adalah KASIH.  Tidak ada KASIH lain selain AKU.  Semua yang lain adalah tiruan murahan.  Datanglah kepadaKU dan kenallah KASIH Sejati.  

Waktu hampir habis bagi mereka yang ragu-ragu.  Selidiki hatimu, dan tanyakan, "Apa yang akan aku katakan, pada waktu yang ditentukan untuk memberikan pertanggungan-jawab hidupku?"  Jadilah bijak, bukan di matamu sendiri, tetapi melalui Kuasa ROH KUDUSKU.  Inilah TUHANmu yang panjang sabar.


Yohanes 10:10 (TB)  Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.


Roma 14:12 (TB)  Demikianlah setiap orang di antara kita akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah.


Kolose 1:22 (TB)  sekarang diperdamaikan-Nya, di dalam tubuh jasmani Kristus oleh kematian-Nya, untuk menempatkan kamu kudus dan tak bercela dan tak bercacat di hadapan-Nya.








Senin, 13 Juni 2022

MIMPI RAPTURE PENGANGKATAN GEREJA TUHAN DI AKHIR ZAMAN



MIMPI RAPTURE PENGANGKATAN GEREJA TUHAN DI AKHIR ZAMAN,

Kesaksian oleh Carisa Nathasya Helen tgl 7 Juni 2022 Jam 04.00 Wib 


Shalom saudaraku di dalam kasih Kristus di sini saya Carisa Nathasya Helen akan menyaksikan mimpi yang Tuhan telah berikan kepada saya tepat jam 4 pagi tadi, dimana di dalam mimpi tersebut Tuhan ingin menyampaikan sebuah Pesan kepada kita secara khusus kepada semua Gereja Tuhan / Mempelai Tuhan di akhir zaman supaya lebih mempersiapkan diri lagi di dalam Pengangkatan Gereja Tuhan di atas awan yang permai. Karena Kedatangan Tuhan sudah Dekat ! Waktu surga sudah menunjukkan tinggal 1/ 5 detik lagi Tuhan akan mengangkat Mempelai Tuhan / Gereja TUHAN ke Surga melalui RAPTURE / PENGANGKATAN GEREJA TUHAN.


Di dalam mimpi itu saya sedang berada di pusat kota Roma di mana banyak sekali orang yang berkumpul di tempat itu, lalu secara tiba - tiba kami mendengar suara Terompet yang sangat menggema di atas langit dan seketika itu pulalah tiba - tiba permukaan langit menjadi sangat gelap gulita padahal pada saat itu hari masih sore belum malam hari, tetapi pada saat mimpi itu berlangsung saya dan semua orang melihat ke atas langit dan kami melihat langit di atas seperti ada gulungan atau sejenis gelombang yang berputar dan tiba tiba kami melihat Tuhan Yeshua Hamasiach / Tuhan Yesus sudah berada diatas awan dengan Jubah yang sangat berkilau kilauan dan wajahnya tidak bisa kami lihat dengan jelas karena di wajahNya Tuhan ada Cahaya Kemuliaan Tuhan bersinar dan sangat menyilaukan mata karena sakin terang dan bercahaya.


Lalu dalam hitungan detik saya melihat banyak orang tiba - tiba menghilang dalam kerumunan banyak orang di tempat itu dan langsung terbang ke atas awan dengan tubuh kemuliaan dan langsung bertemu dengan Tuhan Yesus di atas awan yang permai. Saya melihat TUHAN menyambut MempelaiNya. GerejaNya dengan ke 2 tangan terbuka dan wajah tersenyum. 


Setelah Mempelai TUHAN sudah terangkat atau RAPTURE di atas awan yang permai lalu permukaan langit tertutup kembali. dan suasana semakin mencekam karena semua orang yang tertinggal yang tidak turut di dalam pengangkatan orang percaya itu menjadi panik, frustasi, Histeris, menangis, berlutut sanbil berdoa agar mereka juga akan diangkat tapi mereka tidak terangkat dan tertinggal ! dan mereka semua sadar bahwasanya pengangkatan Gereja TUHAN baru saja terjadi ! dan mereka lebih sadar lagi kalau mereka kedapatan tidak terangkat atau tertinggal ! dan mereka semua sangat menyesal tapi semuanya sudah terlambat !


Setelah pengangkatan itu selesai dalam hitungan detik dan sangat cepat sekali maka suara terompet / sangkakala yang ditiup oleh Malaikat Tuhan itupun berhenti. dan permukaan langit kembali cerah seperti semula. 


Apa yang terjadi setelah pengangkatan itu terjadi ? seluruh dunia menjadi menjadi kacau balau. saya melihat juga dalam mimpi itu banyak sekali para Pendeta, dan pelayan Tuhan serta Umat Tuhan banyak yang tidak terangkat dan mereka semuanya kedapatan dalam keadaan tertinggal ! banyak jemaat Tuhan yang tertinggal menjumpai pendeta dan menanyakan kenapa mereka semua tidak terangkat dan tertinggal. dan mereka banyak menyalahkan Pendeta dan Hamba Tuhan kenapa tidak memberitakan tentang keselamatan jiwa, tentang pertobatan, kekudusan dan tentang mempersiapkan umat Tuhan spt 5 anak Dara  yang bijaksana supaya mereka terangkat !


Banyak diantara mereka yang menangis, meratap di gereja sambil menyesali semuanya sambil berseru  dan memanggil Nama Yesus dan mereka berharap agar Tuhan juga akan mengangkat mereka ! tapi semuanya sia - sia. karena mereka sadar kalau mereka semua kedapatan tidak ikut atau turut di dalam Pengangkatan Mempelai Tuhan Ke surga ! 


Seluruh Dunia dalam keadaan kacau dan suasana sangat mencekam dan sangat menakutkan, karena banyak sekali terjadi kekacauan, penjarahan. kecelakaan, dan kesusahan setelah terjadinya Pengangkatan / Rapture pada saat itu ! karena setelah kejadian pengangkatan itu seluruh dunia dikuasai oleh AntiKris dan resmi terbentuknya NEW WORLD ORDER ! 1 TATANAN DUNIA BARU yakni ; 1 Pemerintahan AntiKriss, 1 Mata Uang berlambang mata segetiga Piramid dan 1 Agama. dan semua orang di seluruh dunia di beri Tanda 666 oleh Antikriss sebagai tanda milik kepunyaannya. bagi yang menolak tanda 666 itu akan dianggap sebagai pembangkang dan akan ditangkap dan dipaksa untuk menerima tanda 666 di dahi atas dan tangan kanan.


Saya melihat bagi mereka yang tidak memiliki tanda 666 itu mereka tidak akan bisa membeli dan menjual dan mereka semua akan kelaparan dan mereka akan dicari, ditangkap dan disiksa selama 3,5, tahun pertama dan 3,5 tahun yang ke 2. dan pada masa itu saya melihat banyak umat Tuhan bahkan pendeta murtad dan menyerah dan terpaksa menerima tanda 666 itu. 


Demikianlah Mimpi Rapture yang Tuhan telah berikan kepada saya untuk saya sampaikan kepada semua Umat Tuhan di seluruh Dunia supaya sadar, bersiap - siap dan berjaga - jagalah karena kedatangan Tuhan sudah Dekat ! jangan sampai tertinggal dan segala sesuatunya akan terlambat dan Penyesalan tidak akan ada artinya.


Tolong bagikan Kesaksian ini kepada banyak orang atau banyak jiwa agar banyak jiwa yang mendengar dan membaca artikel ini, agar mereka juga boleh percaya dan menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat selamat pribadi mereka, supaya mereka juga mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangan Tuhan untuk ke 2 kalinya. 


Shalom dan Tuhan Yesus Kristus Memberkati

Carisa Nathasya Helen





Sabtu, 11 Juni 2022

Dan lalu saya melihat DIA - Rev. Samuel Doctorian


Dan lalu saya melihat DIA

Oleh: Rev. Samuel  Doctorian

Bagian 2


Bagian 1 
http://mannadelivery.blogspot.com/2022/06/dan-lalu-saya-melihat-dia-rev-samuel.html

     Malaikat-malaikat yang melayani ini, yang telah Tuhan kirimkan pada saat kebutuhan mendesak di dalam kehidupan para hambaNya, masih tetap beserta kami hingga sekarang ini. Mereka itu masih menolong kami, melayani kami. Mereka membimbing kami, mengarahkan kami ke mana yang harus dituju. Mereka juga meluputkan kami dari bahaya-bahaya besar. Kadang kala kami sadari adanya bahaya, kala lain kami tidak ketahui. Tetapi para malaikat Tuhan yang perkasa melayani kami. 

Dalam Mazmur 91:11 kita membaca demikian: "Sebab malaikat-malaikatNya akan diperintahkanNya kepadamu untuk menjaga engkau di segala jalanmu."      

     Di dalam kitab nubuatan dari Yesaya, TUHAN mengungkapkan kedatangan Juruselamat yang perkasa. 

Disebutkan tentang bagaimana TUHAN telah memelihara umat Israel lewat pelbagai ujian dan aniaya. Bahkan pada masa ketika mereka berada dalam tawanan, namun tangan perkasa Tuhan menyertai mereka. Tuhan berjanji untuk membawa mereka kembali ke negeri yang dijanjika. TUHAN dalam kemurahannya memberitahukan pada mereka Ia akan memimpin mereka terus. 

Kita membaca ayat yang mengagumkan dalam Yesaya 63:8-9, "Bukankah Ia berfirman: "Sungguh, merekalah umatKu, anak-anak yang tidak akan berlaku curang," maka Ia menjadi Juruselamat mereka dalam segala kesesakan mereka. Bukan seorang duta atau utusan, melainkan Ia sendirilah (versi bahasa Inggris: the angel of his presence = malaikat hadiratNya) yang menyelamatkan mereka; Dialah yang menebus mereka dalam kasihNya dan belas kasihanNya. Ia mengangkat dan menggendong mereka selama zaman dahulu kala." Sungguh Tuhan yang hebat, bahwa sebagaimana Ia janjikan, Ia mengirimkan malaikat-malaikat guna memelihara umatNya dari cobaan-cobaan besar. 

     Ketika saya bayangkan cerita besar tentang Daniel, saya teringat bagaimana Tuhan menyertai Daniel. Daniel setia kepada Tuhan. Saya membaca saat mereka menjebloskan Daniel ke dalam gua singa yang mengerikan itu. Singa-singa itu kelaparan berhari-hari. Dapat seketika saja menelan Daniel. Tetapi kita tahu adanya keluputan yang perkasa, dan kita membaca bagaimana Tuhan melepaskan Daniel dari singa-singa yang amat lapar. 

Dalam Daniel 6:20-22 dikatakan: "Pagi-pagi sekali ketika fajar menyingsing,  bangunlah raja dan pergi dengan buru-buru ke gua singa; dan ketika ia sampai dekat gua itu, berserulah ia kepada Daniel dengan suara yang sayu. Berkatalah ia kepada Daniel: "Daniel, hamba Tuhan yang hidup, Tuhanmu yang kau sembah dengan tekun, telah sanggupkah Ia melepaskan engkau dari singa-singa itu?" Lalu kata Daniel kepada raja: "Ya raja, kekallah hidupmu!..." Perhatikan kesaksian yang indah dan mengagumkan dalam ayat 23: "...Tuhanku telah mengutus malaikatNya untuk mengatupkan mulut singa-singa itu, sehingga mereka tidak mengapa-apakan aku, karena ternyata aku tak bersalah di hadapanNya; tetapi juga terhadap tuanku, ya raja, aku tidak melakukan kejahatan."

Betapa hebatnya bahwa malaikat datang dan mengatupkan mulut singa-singa sehingga Daniel tidak dicelakakan. Kemudian kita tahu bagaimana sang raja memerintahkan orang-orang yang melemparkan Daniel ke dalam gua singa itu agar mereka sendiri dijebloskan ke dalam gua itu. Dan sebelum tubuh-tubuh mereka menyentuh tanah singa-singa itu sudah menelannya. Saya percaya pada kelepasan dan keluputan yang luar biasa seperti itu yang dikerjakan oleh pelayanan para malaikat Tuhan.

     Suatu ketika saya melayani di kota Assyut yang besar di Mesir. Jika anda melihat peta Mesir anda akan menemukan kota ini di pusat negara itu. Salah satu pekerjaan yang terbesar dan paling perkasa dari Roh Kudus, yang pernah saya alami sepanjang pelayanan saya selama bertahun-tahun ini, terjadi di kota Assyut. Roh Tuhan menggoncang seluruh kota.  Ribuan orang berdatangan untuk mendengar Injil. Sudah tentu setan pun marah. Kami memang menghadapi kesukaran yang besar. Saya sendiri diancam untuk ditembak dan dibunuh. Saya diperintahkan oleh gubernur wilayah Assyut yang bukan Kristen untuk menghentikan kebaktian-kebaktian. Saya tidak mau perhatikan perintahnya. Saya lebih memilih untuk mendengarkan Gubernur yang akbar dari langit dan bumi. Gubernur Assyut itu akhirnya mengirimkan pasukan untuk menembak saya. Namun Tuhan meluputkan saya dengan cara yang ajaib. Ribuan orang menerima Tuhan Yesus. Kami berhasil membeli tempat itu di dalam mana kami mengadakan kebaktian-kebaktian yang besar. Sekarang ini terdapat sebuah gedung besar yang dibangun di atas tempat itu dan Firman Tuhan diberitakan minggu lepas minggu di jantung kota Assyut itu. Saya sampaikan segala Kemuliaan kepadaNya 

     Salah satu jiwa yang berharga yang sempat diselamatkan selama KKR besar di Mesir itu ialah seorang kolonel. Ia menduduki suatu jabatan tinggi dalam pemerintahan Mesir. Ia pernah menjadi kepala penjara di Sohag. Baru-baru saja ia dimutasikan menjadi kolonel kepala dari penjara yang besar di Assyut, yang merupakan kedua terbesar di negara Mesir. Penjara ini menampung 1. 600 napi. 

Kolonel ini setiap malam menghadiri KKR. Ia telah menjadi seorang percaya yang tekun. Pada malam-malam tertentu  ia biasa membawa serta beberapa napi bersama pengawal mereka ke kebaktian. Mereka dapat mendengar Injil lalu kembali lagi ke penjara. 

     Pada suatu hari ia mengundang saya ke rumahnya dan meluangkan waktu santai selama beberapa jam. Saya juga sewaktu-waktu bermain tenis di lapangan tenis penjara dan diundang makan di rumahnya serta menikmati persekutuan bersama. Dan seusai bermain tenis, kami beristirahat di ruang kerjanya serta membincangkan tentang para napi. Ia mengajak saya melihat tiang-tiang gantung di mana para pembunuh dan penjahat yang divonis hukuman mati digantung. Saya belum pernah melihat satu pun, dan saya agak tertarik untuk sekadar melihatnya. Dan setelah kami minum kopi kami pergi untuk melihat tiang-tiang gantung itu. 

Ditempatkan di sebuah ruangan yang keadaan pandangnya tidak baik. Saya melihat tambangnya. Saya juga melihat tempat di atas lantai di mana potongan kayu digeser pada saatnya terhukum digantung di udara. Sungguh suatu pengalaman yang mengenaskan hati meski hanya melihat perlengkapannya saja. Saya bertanya pada kolonel: "Bagaimana anda menghukum mereka? Apa yang anda lakukan sebelum mereka digantung?" Ia membawa saya ke ruangan yang di luar dan memperlihatkan sesuatu. Di situ ada sebuah tempat di mana ia, selaku kepala penjara, harus berdiri. Dan di depan tempat itu si terhukum diperhadapkan. Kemudian ia akan menyatakan bahwa kasus sidang pengadilan telah ditutup. Dan bahwa vonis telah dijatuhkan menyatakan tertuduh bersalah dan dihukum mati gantung. Kolonel itu mengatakan: "Saya bacakan penghukumannya. Lalu kepala si terhukum dimasuki kain sarung guna menutupi matanya. Ia dibawa ke tiang gantung, dikalungkan tambang pada lehernya dan kemudian digantung. 

     Saya maju dan berdiri tempat di mana Di terhukum biasa berdiri. Lalu kata saya kepada komandan besar ini: "Pak Kolonel, maukah bacakan penghukumannya atas saya." Ia menyahut: "Tidak, tidak. Anda tidak menginginkan itu." Saya katakan: "Saya hanya sekadar ingin mendengarnya, silakanlah. Ulangilah kata-kata yang biasa anda sebutkan bilamana si terhukum hendak menjalani hukuman gantung." Ia agak sedikit terkejut. Katanya: "Mengapa anda menginginkan itu?" Jawab saya: "Silakan ucapkanlah." Dan sewaktu saya berdiri di situ kepala penjara itu membacakan ucapan-ucapan penghukumannya. Dan ketika ia selesai, saya  berkata: "Sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus. Haleluya!" 

     Kita semua sebenarnya terhukum untuk mati. Tetapi Pelepas yang akbar, Juruselamat yang besar, Penebus yang besar telah datang. Ia sudah tergantung menggantikan tempat kita. Ia sudah disalibkan bagi kita. Dan sekarang oleh karena kita adalah orang-orang percaya dalam Kristus, kita diluputkan dari penghukuman. Kita tidak akan mati melainkan hidup untuk selamanya karena Yesus sudah mati satu kali dan untuk sepanjang masa bagi semua orang yang mau percaya padaNya. Haleluya! 

     Pertanyaan saya yang berikut kepada kolonel itu ialah: "Apakah ada yang akan dihukum gantung dalam waktu yang segera ini?" Ia menjawab: "Ya, ada tiga pria dan dua wanita. Saya sedang menunggu perintah pelaksanaan dari pengadilan di Kairo." Saya bertanya: "Apakah wanita juga digantung?" Sahutnya: "Tentu saja, meskipun sudah lama belum lagi ada yang terhukum mati." Tanya saya lagi: "Apa yang sebenarnya dilakukan mereka?" Lalu saya diceritakan kisah-kisah yang menyeramkan. "Bolehkah saya melihat terhukum wanita ini di sel mereka?" saya tanya lagi. Ia membawa saya ke bagian khusus wanita di dalam penjara itu. 

     Saya sampai di salah satu pintu. Mereka membuka sebuah jendela kecil, dan saya memandang ke dalam. Saya melihat wanita yang pertama. Kata mereka ia berusia 54 tahun. Ia Kelihatan seperti seorang dukun. Tampangnya mengerikan. Ia telah membunuh suaminya dengan sebuah kapak, di saat pria itu tengah tertidur di ladang; hanya karena emosi sangat marah sebab ia menikah lagi dengan perempuan lain. Ia sudah divonis hukuman gantung, tinggal menunggu perintah pelaksanaan saja. 

     Saya melihat ke sel lainnya. Seorang pemuda berusia 23 tahun yang berada di dalam. Pada saat ia melihat saya yang memandang lewat jendela yang kecil itu, ia mulai berteriak: "Tolong saya, tolong saya." Tiba-tiba saya tidak bisa melihat lagi. Saya hampir menangis. Saya bertanya pada kolonel itu: "Aakah yang ia lakukan?" "Wah, ceritanya memang gawat," jelasnya. "Ia telah membunuh seorang remaja putri berusia 12 tahun. Ia mencuri anting-antingnya. Ia mencoba untuk membeli candu, hasish, bagi suaminya." Saya bertanya: "Jadi ia sudah menikah?". "Sudah" jawab kolonel itu. "Dan ia mempunyai tiga orang anak." Ceritanya memilukan hati, dan saya tidak tahan mendengarkan lebih lanjut. 

     Ketika saya kembali lagi ke rumah sang kolonel, saya tidak dapat memikirkan lainnya. Apa yang saat itu terbayangkan di hadapan saya ialah Wajah Ibu muda berusia 23 tahun itu yang berteriak pilu: "Tolong saya, tolong saya." Apa yang dapat saya lakukan? 

     Beberapa pengawal penjara itu mengantarkan saya kembali dengan mobil ke rumah tempat saya tinggal di kota Assyut. Saya sudah siap ingin beristirahat siang guna menyegarkan diri untuk kebaktian malam. Dan saya berlutut untuk berdoa, tetapi masih terbayang wajah pilu wanita itu dengan dengungan "Tolong saya, tolong saya." Saya mulai berdoa. "Tuhan, adakah sesuatu yang dapat saya lakukan?" Itu saja yang saya ucapkan. Mendadak kamar saya dipenuhi hadirat Tuhan. Dengan mata jasmani saya, saya dapat jelas melihat seorang malaikat Tuhan berdiri di hadapan saya. Kembali di sini ya tidak berbicara. Melainkan ia memegang sebuah kitab gulungan di tangannya. Ia membuka kitab itu dan saya bisa membaca amat jelas berita yang dari Tuhan. "Ibu muda itu bukanlah pembunuhnya. Ia tidak membunuh remaja putri itu. Suaminya yang membunuh remaja itu. Tetapi ia mengancam istrinya, dan mengatakan bahwa dia harus mengakui pembunuhan itu. Ia katakan bahwa pemerintah tidak akan menghukum pada wanita seberat pada pria, jadi dalam waktu beberapa tahun ia akan bisa dibebaskan dari penjara. Dan jikalau ia tidak mau mengakui, suaminya mengancam akan membunuhnya dan ke tiga anak mereka. Maka ibu muda itu telah berdusta karena ketakutan. Ia akhirnya mengakui sebagai pembunuhnya." 

     Ketika saya mendapatkan berita itu, saya terguncang sampai pada jiwa saya. Langsung saya mengangkat telepon dan menghubungi kolonel, seraya berkata: "Datanglah cepat, saya mesti berbicara dengan anda." Katanya: "Ada apakah?" Saya katakan: "Saya tidak dapat katakan di telepon. Ini sesuatu yang penting sekali." Kendati Ia seorang komandan yang mempunyai perwira-perwira bawahannya, dan memiliki otoritas luar biasa, namun untungnya saudara yang kekasih ini adalah anak rohani saya. Ia mengasihi dan menghormati saya amat sangat. Ia berkata: "Saya akan datang dengan segera." Akhirnya ia tiba bersama beberapa pengawal dan tentaranya. Ia datang langsung ke kamar di mana saya berada. Lalu saya beritahukan bagaimana malaikat Tuhan datang, di mana ia berdiri, dan berita apa yang disampaikannya kepada saya. Sang kolonel terkejut, kaget dan kebingungan, lalu katanya: "Anda maksudkan seorang malaikat? Malaikat sorgawi datang di tempat ini?" Saya yakinkan: "Ya, tepatnya di situ, dan lebih penting lagi Inilah berita yang diberikan malaikat itu pada saya." Ia katakan: "Saya tidak tahu apa yang harus dilakukan. Hal itu bukan wewenang saya. Kasus pengadilannya sudah usai. Pengakuan tertuduh sudah didengar. Begitu saya terima perintah pelaksanaan dari pengadilan di Kairo, saya mesti melaksanakan hukuman gantung pada wanita itu." Ujar saya: "Janganlah anda lakukan. Wanita itu bukan pembunuh, kolonel. Suaminya yang pembunuh. Berita dari malaikat itu memberitahukan demikian." Apa yang anda ingin saya lakukan?" tanyanya. Sahut saya: "Kembalilah ke penjara sekarang. Wanita itu akan mengakui pada anda kebenaran yang sesungguhnya. Dan apabila wanita itu mengatakan pada anda kata demi kata sesuai dengan berita yang disampaikan malaikat itu, konfirmasi lebih baik apa lagi apalagi yang anda inginkan?" Ia berkata: "Saya tidak pernah mengalami seperti ini selama hidup saya. Saya akan segera pergi." 

     Ketika kolonel itu tiba di penjara dan memasuki pintu gerbang, sebelum ia sampai di ruang kerjanya, beberapa perwira memberitahukan bahwa salah seorang terhukum wanita ingin berbicara dengannya. Ia langsung bertanya: "Siapa?" Mereka menjawab: "Yang muda." Ia perintahkan segera: "Bawa dia kemari." Ia diam-diam menyiapkan sebuah alat rekaman di ruang kerjanya. Wanita itu dibawa kepadanya. Ibu muda berusia 23 tahun itu gemetaran, ketakutan, agak merasa malu, dan hanya sebuah kain sarung yang menutupi tubuhnya. Sewaktu ia berjalan masuk, ia bertanya apakah ia bisa berbicara sendirian dengan kolonel. Sang kolonel menceritakan pada saya bahwa ia menyetujui permintaan wanita itu saat itu. Mereka lainnya meninggalkan ruang kerja dan tape-recorder itu dipasang. Dan ibu muda itu mengakui dengan berlinang air mata, kata demi kata persis sesuai dengan apa yang berita itu katakan lewat malaikat Tuhan. Rekaman tadi dikirim ke Kairo. Para hakim mendengar cerita yang benar seluruhnya. Lalu pembunuh yang sebenarnya ditangkap, diadili, dan akhirnya dinyatakan bersalah. Orang itu kemudian dihukum gantung. Ibu muda itu bersama dengan tiga orang anaknya diungsikan ke sebuah desa yang lain. Mereka ditempatkan di sana secara rahasia dengan maksud agar para sanak keluarga suaminya tidak mengetahui tempat tinggal mereka. Dan syukur pada Tuhan bahwa mereka masih hidup bahkan sampai sekarang. Kisah ini seluruhnya dipaparkan di dalam semua surat kabar resmi di Mesir. Tuhan kita adalah Tuhan yang akbar. Terpujilah namaNya!

     Di dalam kitab nabi Zakharia, terdapat begitu banyak nubuatan yang penting-penting. Sebagiannya sudah digenapi, dan sebagian lagi tengah mengalami penggenapannya pada masa kita sekarang ini. Jika kita ingin mempelajari nubuatan mengenai kota Yerusalem, Zakharia pasal 12 dengan jelas menyimak apa yang terjadi pada Yerusalem dan apa yang akan terjadi pada masa kita dewasa ini. 

Zakaria 12:2-3 menyatakan: "Sesungguhnya Aku membuat Yerusalem menjadi pasu yang menyebabkan segala bangsa di sekeliling menjadi pening; juga ya udah akan mengalami kesusahan ketika Yerusalem dikepung. Maka pada waktu itu Aku akan membuat Yerusalem menjadi batu untuk diangkat bagi segala bangsa. Siapa yang mengangkatnya pastilah mendapat luka parah. Segala bangsa di bumi akan berkumpul melawannya." 

Saya percaya kita hidup persis di dalam masa itu sekarang ini. Jutaan orang Arab mengatakan, "Yerusalem milik kami." Seluruh Israel mengatakan, "Kami tidak akan memberikan Yerusalem kembali." Perserikatan Bangsa-Bangsa bahkan memikirkan, "Mengapa tidak kita jadikan Yerusalem sebagai sebuah kota yang netral, bagi orang-orang Yahudi, Arab, Kristen dan setiap orang." Tuhan Yesus Sendiri berfirman, "Bilamana kamu melihat adanya pasukan dari bangsa-bangsa yang mengelilingi Yerusalem, angkatlah kepalamu, penebusanmu sudah dekat." Nabi Zakharia memulai nubuatannya dengan pernyataan malaikat-malaikat secara luar biasa. Mulai dari pasal pertama anda membaca bagaimana para malaikat berbicara kepadanya. Ia berbicara kepada malaikat-malaikat. Ia bertanya dan malaikat-malaikat itu menjawab padanya. Zakaria  1:9 menyebutkan: "Maka aku bertanya: Apakah arti semuanya ini, ya tuanku? Lalu malaikat yang berbicara dengan aku itu menjawab: Aku ini akan memperlihatkan kepadamu apa arti semuanya ini!" Dan juga kita membaca dalam ayat 12-14: "Berbicaralah Malaikat TUHAN itu, katanya: "Ya Tuhan semesta alam, berapa lama lagi Engkau tidak menyayangi Yerusalem dan kota-kota Yehuda yang telah 70 tahun lamanya Kau murkai itu?" Lalu kepada malaikat, yang berbicara dengan aku itu, TUHAN menjawab dengan kata-kata yang ramah dan yang menghiburkan. Berkatalah kepadaku malaikat yang berbicara dengan aku itu: "Serukanlah ini: Beginilah firman TUHAN semesta alam: Sangat besar usahaKu untuk Yerusalem dan Sion." Dan jika kita lanjutkan membaca seluruh pasal, kita melihat bagaimana TUHAN memakai malaikat untuk berbicara kepada Nabi Zakharia.

     Jikalau kita membaca kitab Injil Matius dan Lukas, kita temukan berbagai pelayanan malaikat di dalamnya. Di dalam Matius pasal 1 sudah kita baca tentang malaikat. Yusuf jelas tidak melihat malaikat tiap bulan atau minggu atau hari. Tetapi beberapa kali dalam hidupnya, para malaikat datang dan berbicara kepadanya dengan cara yang sangat jelas. Pada saat-saat keadaan sangat penting dalam hidupnya, malaikat muncul kepadanya dengan suatu berita. Terutama ketika ia mengetahui bahwa Maria, tunangannya sudah mengandung. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Alkitab jelas mengatakan di dalam ayat 19-21: "Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hatinya dan tidak mau mencemarkan nama istrinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam. Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: "Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai istri mu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan kau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka." 

     Sungguh sebuah penyataan menakjubkan yang diberikan kepada Yusuf. Alangkah besarnya berita itu. Berita Injil mulia yang pertama kepada seluruh dunia. Mujizat perkasa dan Ilahi tentang kelahiran Kristus dari Roh Kudus ini dinyatakan kepada Yusuf oleh seorang malaikat.

Lalu kita teruskan membaca tentang bagaimana malaikat datang kepada Yusuf di Betlehem. Tiga orang majus telah datang sambil mengikuti bintang ke Yudea. Mereka telah melihat anak itu, percaya, menyembah, dan memberikan persembahan-persembahan mereka dan mereka begitu senang dengan sukacita yang sangat. Melalui anjuran lewat mimpi yang dari Tuhan mereka tidak kembali kepada Herodes melainkan pulang melalui jalan lain. Lalu dalam Matius 2:13 dan 14, kita baca: "Setelah orang-orang majus itu berangkat, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi dan berkata: "Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibuNya, larilah ke Mesir dan tinggallah di sana sampai Aku berfirman kepadamu, karena Herodes akan mencari Anak itu untuk membunuh Dia." Maka Yusuf pun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibuNya malam itu juga, lalu menyingkir ke Mesir." 

Kemudian kita juga membaca dalam ayat 19-21: "Setelah Herodes mati, tampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi di Mesir, katanya: "Bangunlah, ambillah anak itu serta Ibunya dan berangkatlah ke tanah Israel, karena mereka yang hendak membunuh Anak itu sudah mati." Lalu Yusuf pun bangunlah, diambilnya Anak itu serta IbuNya dan pergi ke tanah Israel."           

     Saudara perempuan bungsu saya Sela ada bersama saya di London sewaktu pelayanan. Tuhan menolong kami sehingga tersedia sebuah mobil di situ yang akan kami kendarai untuk pulang kembali sampai di Beirut. Perjalanan kami akan menempuh beberapa negara, yakni Perancis, Swiss, Italia, Yugoslavia, lalu turun ke Yunani. Dari sana kami akan berlayar dengan sebuah kapal bernama Armenia ke Beirut. Kami sudah memulai perjalanan kami. Kami menikmati perjalanan dengan baik hingga di Belgrade, Yugoslavia. Esoknya kami sudah siap untuk melanjutkan perjalanan menempuh arah selatan ke kota Tesalonika sebelum menuju Athena di Yunani. Pada pagi harinya kira-kira pukul 5, malaikat Tuhan datang ke dalam kamar saya di hotel dan berbicara kepada saya jelas sekali. Ia mengubah seluruh rencana saya. Sudah kami pesan tempat untuk 2 orang di kapal dengan tujuan Beirut dari Athena. 

Tetapi malaikat Tuhan menyatakan: "Teruskan perjalananmu dengan mengendarai mobil, dan pergi langsung ke Beirut. Sekolah Kehidupan memerlukan pertolonganmu. Keadaan tertentu mengalami perubahan dalam pengelolaan sekolah itu. Kamu harus pergi segera ke Beirut." Dan Tuhan selanjutnya menunjukkan pada saya melalui malaikat itu, bahwa kepala sekolah itu akan mengalami kesulitan besar dan akan memerlukan saya untuk berada di Beirut pada waktu itu. Sekolah Kehidupan itu adalah sekolah yang telah Tuhan tolong saya dirikan pada tahun 1957 sekitar 8 km sebelah utara Beirut. Tuhan telah menolong saya membeli sebidang tanah. Dan dari tahun pertama kami mempunyai 300 murid. Juga sempat saya dirikan Sekolah Alkitab Ebenezer dengan 27 murid dari 7 negara. Banyak dari para murid itu yang melayani Tuhan sekarang ini, Bagi Tuhan semua kemuliaan! Sejak saat itu sekolah ini dikelola oleh orang lain.

     Jika kami menggunakan kapal, saya akan tiba di Libanon jauh lebih awal. Malaikat memesan saya untuk pergi dengan segera. Saya berbantah dengan malaikat itu dan berkata: "Tuhan, saya tidak mempunyai visa Turki untuk boleh melewati wilayah Turki. Saudara saya dan saya adalah warga negara Libanon. Mereka tidak akan mengizinkan kami melewati Turki tanpa visa." Lalu hal yang paling penting yang saya katakan ialah: "Tuhan, hidup saya dalam bahaya di Siria. Mereka tidak akan mengizinkan saya melewati wilayah Siria. Inilah dua negara yang akan kami hindari apabila kami menggunakan kapal. Pelayanan di Siria tidaklah. Semenjak saya berhasil memimpin ratusan jiwa kepada Kristus bertahun-tahun sebelumnya, telah terjadi begitu banyak serangan melawan saya. Pemerintah Siria tidak mengizinkan saya untuk melayani secara bebas di negara mereka. Bagaimana dapat saya pergi melewati Siria? Malaikat Tuhan berkata: "Aku akan membuka jalan, dan kamu akan pergi melewatinya dalam damai sejahtera sempurna." Saya bersukacita dengan bagian itu dari berita yang disampaikan malaikat. 

     Sewaktu sarapan pagi bersama Sela, saya memberitahukan saudara saya itu bahwa kami tidak akan pergi ke Yunani, melainkan langsung menuju Beirut dengan mengendarai mobil. Ia kaget. Segera ia berkata: "Tetapi caranya? Bagaimana dengan Siria? Jika mereka menangkap kamu di perbatasan, apa yang akan kulakukan?" Ia agak ketakutan. Kemudian katanya: "Bagaimana dengan visa kita untuk Turki?" Saya katakan: "Malaikat Tuhan datang padaku tadi pagi. Beginilah yang disampaikan malaikat kepadaku. Kita mesti menaatinya." Ia tidak menjawab. Kami melanjutkan perjalanan ke Bulgaria. Kami tiba di perbatasan Turki. Tentu saja mereka memeriksa paspor kami untuk mencari visa nya. Saya katakan: "Kami tidak punya." 

"Wah, anda tidak bisa masuk," ucap pejabat  perbatasan. Saya menjawab: "Kenapa tidak? Kami cuma mau melewati Turki lalu Siria, dan langsung ke Libanon." "Tetapi tetap anda perlukan visa untuk Turki," ia mendesak. Saya katakan: "Ya, saya tahu itu, tapi bukankah Pak dapat memberi kami visa?" Sementara berbicara dengan pejabat itu, atasannya datang. Saya bisa mengerti bahasa Turki dengan baik, namun saya berbicara bahasa Inggris dengan mereka. Atasannya menginstruksikan pejabat itu agar kami segera diantar ke kota, 18 km dari perbatasan, dan menyelesaikan urusan itu dengan para pejabat di sana. Katanya mereka di sana akan memberikan visa pada kami untuk bisa melewati Turki. Itu sungguh sebuah perbuatan heran Tuhan. Kami tiba di sana 2 menit kantornya ditutup. Tanpa kesulitan sama sekali, malah, disajikan secangkir kopi disertai percakapan yang ramah, kami mendapatkan visa kami. Kami melanjutkan perjalanan. Tetapi ternyata tidak lancar. Kami mengalami saat kritis dikala mengendarai menuju Adana di Turki. Kami berdua hampir binasa. Setan menyerang sewaktu saya sedang mengendarai. Ia begitu nyata hadir di dalam mobil dan berbicara kepada saya. Saudara saya tahu ada sesuatu yang tak biasanya terjadi. Ia heran apa yang tengah terjadi pada saya. Saat itu malam hari. Setan secara bisik-bisik berkata kepada saya dengan marah. Ia mengatakan: "Aku telah membunuh orang-orang yang kamu kasihi di negara ini. Sekarang apa yang sedang kamu lakukan di Turki? Aku akan membunuhmu juga."

     Baru saja saya menghardik si setan dalam nama Yesus, sebuah truk yang sangat besar tanpa lampu-lampu, muncul entah dari mana terparkir di tengah jalan jalur kami. Sebuah truk lainnya sedang mendatangi dari arah depan kami. Kami sedang melaju dalam kecepatan tinggi. Saya tidak mungkin dapat sempat berhenti tepat. Saya pun tidak dapat menyetir ke kiri. Dan membanting setir ke kanan berarti masuk ke jurang. Tetapi seketika itu Tuhan mengendalikan tangan saya. Saya mengarah ke kanan, melampaui pinggiran jalan, menyusuri tebing dan turun ke bawah lembah dengan mobil kecil itu. Kami menerjang batu-batu kecil dan besar. Di tengah kegelapan saya tidak tahu kami sedang menuju ke mana. Sela berteriak. Saya memegang setir sedemikian rupa dan dapat merasakan pengendalian tangan perkasa Tuhan. Dengan kecepatan seperti itu, kami bukan saja melaju turun ke bawah lembah, tetapi juga sanggup berputar balik dan melaju kembali ke atas lagi. Dalam beberapa detik saja semuanya berakhir. Kami kemudian berdiri di atas trotoar jalan raya. Kami gemetar dan merasa heran apa yang telah terjadi pada kami. Hanyalah keajaiban Tuhan saja sehingga kami tidak binasa. Kami sebenarnya dapat dengan mudah menyeruduk dahsyat ke bagian belakang truk yang terparkir dalam kegelapan itu. Atau, mobil kami yang kecil itu, dengan kecepatan sekian dapat saja jatuh bergulingan ke bawah jurang itu. Saya yakin ini adalah perlindungan menakjubkan dari malaikat Tuhan. Kami meneruskan perjalanan dan akhirnya tiba di Adana. Kami bermalam di situ. Esoknya kami melanjutkan ke perbatasan Siria. 

     Ini bahaya yang besar. Saya dulu pernah mencoba beberapa kali untuk melewatisi Siria. Saya di stop dan disuruh kembali. Tetapi sekarang ini malaikat telah berjanji bahwa kami dibukakan jalan. Kami tidak mengalami kesulitan. Bukan saja paspor kami di cap dengan izin untuk lewat, tapi juga bahkan untuk mobil kami yang bersurat lisensi pemerintahan Inggris, diberikan izin lewat pabean secara mudah. Kami mengendarai langsung melewati Siria dan kemudian memasuki Libanon. Dan pada pukul 6 petang hari Minggu kami tiba di Peniel, kantor pusat misi kami. 

     Setelah berhari-hari mengendarai mobil dari Inggris ke Libanon, saya kelelahan dan segera mengambil waktu untuk beristirahat. Namun sesudah 1 jam saya merasa saya harus cepat-cepat pergi dan menemui kepala sekolah dari Sekolah Kehidupan itu. Rupanya ia sedang berada di pegunungan, sekitar 1 jam perjalanan dari kantor misi kami. Saya menuju ke sana dan bertemu dengannya. Saya beritahukan dia: "Tuhan mengutus saya. Saat saya saat itu berada di Belgrade, Yugoslavia. Seorang malaikat datang dan memberitahukan saya bahwa saya harus pergi secepatnya ke Libanon. Adakah sesuatu yang anda perlukan, saudara yang kekasih? Apakah sekolah mengalami suatu kesulitan?" Katanya langsung: "Kami mempunyai masalah, tapi tidak ada yang serius sekali. Saya akan ke Amerika pada hari Rabu. Saya menghargai kedatangan anda, dan tentunya juga tawaran anda untuk menolong saya." Saya katakan: "Baiklah, saya ada dalam kota. Jika anda memerlukan saya, anda tahu di mana mengkontak saya." Saya menyetir kembali ke kantor pusat misi kami dengan sukacita yang sempurna di lubuk hati saya bahwa saya telah menaati suruhan lewat malaikat Tuhan itu. 

     Pada hari Selasa pagi, saya melihat kepala sekolah itu di biro travel milik seorang teman saya yang telah menolong saya selama bertahun-tahun untuk segala urusan tiket dan travel. Saya menemuinya dan mengatakan: "Saya tidak tahu mengapa, tapi saya merasa di dalam roh saya akan ada kesukaran besar. Semacam tragedi bagi keberangkatan anda besok dari bandara Beirut. Bisakah anda urus untuk berangkat dari Damaskus saja. Berangkatlah dari bandara Damaskus di Siria." "Tidak," ujarnya, "Tidak ada masalah sama sekali. Tidak akan terjadi hal-hal buruk dan tidak ada orang yang dapat menyusahkan saya. Saya akan berangkat besok pagi dari bandara Beirut. Semua dari sekolah akan datang ke bandara untuk mengucapkan selamat tinggal." Sahut saya, "Baiklah. Sekali lagi, jika anda memerlukan pertolongan saya, saya ada dalam kota." 

     Hari Rabu pagi, saya ada di bandara untuk bertemu dengan pimpinan Pan American. Saya sedang mengupayakan suatu pekerjaan di perusahaan Pan Am untuk salah seorang pemuda dari kami. Sewaktu kami berbicara telepon berdering di kantor bandara itu. Teman saya yang agen travel itu, memang sudah tahu di mana saya berada. Ia juga ada di bandara guna mengucapkan selamat tinggal bersama dengan para murid Sekolah Kehidupan. Rupanya ia menelepon dari bagian lain di bandara itu. Kedengarannya ia cukup gelisah di telepon. "Samuel, disini ada keadaan darurat," serunya. "Datanglah cepat. Para tentara telah menangkap kepala sekolah. Baru saja ia akan naik ke pesawat, mereka menyetop dia serta menangkapnya lalu membawa dia pergi. Rupanya langsung ke penjara. Semua para murid di sini resah dan gelisah. Kami tidak tahu apa yang telah terjadi dengan kepala sekolah." Berita yang mengejutkan memang. 

     Saya pamit dari kantor Pan Am. Saya segera menemui para pejabat bandara. Saya tiba di suatu ruangan, dan suasananya resah. Banyak yang duduk di sekitar ruangan itu, ada pula yang terisak menangis. Beberapa sanak keluarga kepala sekolah itu kebingungan. Ada yang mulai mengancam ndak berbuat sesuatu terhadap mereka yang telah mengakibatkan kejadian ini. Saya segera menyelidiki di mana kepala sekolah itu di bawa. Tak seorang pun tahu. Dan sesudah mendatangi satu penjara ke penjara lainnya di dalam kota Beirut, akhirnya saya menemukannya. Dengan berpakaian jas yang baru dan bagus disertai dasi, dalam rangka penerbangannya ke Amerika, ia dijebloskan ke dalam penjara bersama para penjahat. 

     Tampaknya ada lebih dari 20 orang di dalam sel itu. Ketika saya melongok melalui jendela yang kecil di situ, saya jadi terharu. Kemudian hari dalam ceritanya pada saya, Ia katakan bahwa ketika ia melihat saya di situ, ia sempat berkata kepada para napi yang berdekatan dengannya: "Kalian lihat bapak itu yang memandang pada saya sekarang ini. Ia pasti akan mengeluarkan saya dari tempat ini." Pada kala itu saya sesungguhnya tidak tahu bagaimana caranya, namun saya sudah bisa tahu malaikat Tuhan telah menyatakan agar kami secepatnya kembali ke Beirut adalah untuk krisis yang menyenangkan ini. Ini merupakan sebuah serangan iblis terhadap Sekolah Kehidupan, dan terhadap kepala sekolahnya. Saya saya berupaya sepanjang hari, menjelajahi seluruh kota Beirut dan di luar Beirut. Saya mendatangi pejabat yang satu kepada yang lainnya. Sampai akhirnya saya bertemu dengan Kepala Kepolisian di pegunungan Libanon. Waktu itu sudah pukul 10.00 malam. Ia sedang mandi, maka saya menunggu. Saya sempat berbicara beberapa menit dengan istrinya sebelum ia siap. Ia rupanya mengenal saya dari kebaktian-kebaktian yang sering kami selenggarakan di Beirut. Ia telah menolong saya dan memberikan pada saya wewenang luar biasa dan perlindungan oleh para anggota pasukannya. Kami memang kadang-kadang memerlukan perlindungan pasukan polisi selama kebaktian-kebaktian dengan tenda. Ia bertanya: "Ada apa yang dapat saya bantu, Pak?" Saya beritahukan situasi seluruhnya. Ia menjadi marah. Ia marah karena hal seperti ini bisa terjadi di wilayahnya. Ia segera berdiri dan menyampaikan beberapa perintah kepada anak buahnya. Saya sudah memohonkan agar kepala sekolah itu dikeluarkan dari sel penjara dan ditempatkan di dalam suatu ruangan kantor dan dijaga oleh para pengawal. 

Kepala Kepolisian itu mengontak pejabat tertentu secara pribadi dan meminta supaya pemeliharaan yang khusus diberikan pada kepala sekolah itu. Mereka sesungguhnya sangat menolong bagi kepentingan kepala sekolah itu. Saya kembali langsung ke tempat penjara tadi. Saya mendapat izin bertemu dengan kepala sekolah, dan kami saling berangkulan. Saya katakan: "Jangan kuatir. Besok pagi hari anda akan dibebaskan." Dan memang saya berhasil mendapatkan pembebasannya. Segala kemuliaan bagi Tuhan! Saya menandatangani surat jaminan yang diperlukan, dan membereskan segala sesuatunya secara baik sesuai dengan ketentuan.

Saya juga berhasil menyelesaikan semua tuduhan yang palsu dari orang-orang yang mencoba menjatuhkan kepala sekolah itu. Puji Tuhan, seusai segalanya saya pun mempunyai kesempatan mengantarnya ke bandara bersama istrinya. Saya bahkan mendapatkan Izin untuk mengantarkan langsung sampai di pesawat. Saya menciumnya selamat tinggal dan menyerahkan dia kepada lengan perlindungan yang kekal dari Tuhan. Sekembalinya saya dari bandara, alangkah sukacitanya saya bersama saudara saya Sela. Karena kami sudah menaati suara yang disampaikan mereka Tuhan, dan kembali ke Beirut secepatnya. Dan ternyata Tuhan telah membuka jalan sehingga kami semua memuliakan nama-Nya. Haleluya!

     Para malaikat Tuhan telah diutus banyak kali untuk meluputkan hamba-hambaNya dari pelbagai bahaya besar. Tuhan mengetahui masa depan. Ia telah mengontrol setiap bagian dari masa lalu kita. Ialah Tuhan yang mengetahui segala akhir dari sejak awal. Ia mengetahui pikiran-pikiran manusia. Dan Ia mengetahui rencana-rencana si jahat. Maka jikalau Tuhan menghendaki menjaga kita dan melepaskan kita dari rencana si iblis, Ia dapat melakukannya. 

     Kita juga melihat peristiwa yang menakjubkan ini di dalam kehidupan Tuhan Yesus Kristus kita. Di taman Getsemani Yesus menyatakan dalam doaNya bahwa kehendak Bapa yang jadi. Ia sudah meminum dari cawan pahit itu.

Dan seorang malaikat datang untuk melayani Dia (Lukas 22:43). Ia memerlukan pelayanan malaikat untuk menguatkanNya sewaktu Ia mengalami saat-saat pergumulan itu. Namun Yesus meraih kemenangan dengan cara meminum dari cawan yang pahit itu, supaya anda dan saya dapat minum dari cawan yang berkemuliaan yang telah Ia sediakan bagi kita: cawan Keselamatan. Ia juga menyediakan bagi kita cawan kesembuhan, cawan kelepasan dan cawan hidup yang kekal. Puji nama-Nya untuk selamanya.

     Di dalam Kisah  Para Rasul 12, dalam kehidupan Petrus kita membaca kisah yang demikian dalam ayat 1-5: "Kira-kira pada waktu itu raja Herodes mulai bertindak dengan keras terhadap beberapa orang dari Jemaat. Ia menyuruh membunuh Yakobus, saudara Yohanes, dengan pedang. Ketika ia melihat, bahwa hal itu menyenangkan hati orang Yahudi, ia melanjutkan perbuatannya itu dan menyuruh menahan Petrus. Waktu itu hari raya Roti Tidak Beragi. Setelah Petrus ditangkap, Herodes menyuruh memenjarakannya di bawah penjagaan 4 regu, masing-masing terdiri dari 4 prajurit. Maksudnya ialah, supaya sehabis Paskah ia menghadapkannya ke depan orang banyak. Demikianlah Petrus ditahan di dalam penjara." 

Tetapi Alkitab mengatakan bahwa Jemaat tanpa hentinya berdoa kepada Tuhan untuk Petrus. Dan tatkala tiba saatnya Herodes ingin menghadapkan Petrus,  malam harinya, Petrus tidur di antara dua orang prajurit. Ia terbelenggu dengan dua rantai, dan prajurit-prajurit pengawal sedang berjaga di muka pintu. Amat menakjubkan bahwa Petrus bisa tidur dengan nyenyak. Sudah tentu ia menyadari apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya. Ia pun tahu bahwa Yakobus sudah dibunuh. Dan Stefanus dirajam mati. Tak diragukan lagi ia mengetahui bahwa sesuatu yang buruk seperti ini akan terjadi padanya pula cepat atau lambat. Namun dengan damai sejahtera Tuhan di dalam hatinya, dan dengan kobaran Roh Kudus dalam kehidupannya mulai dari hari Pentakosta dikala baptisan yang mengagumkan datang atas dirinya, ia mempunyai damai sejahtera yang sempurna. Ia tidur dengan nyenyaknya kendati dua rantai mengikat kaki dan tangannya, dan para prajurit di sekitarnya dan di luar pintu sel. 

     Sungguh menakjubkan bahwa di tengah pengalaman yang sedemikian itu, apabila kita mempunyai Tuhan yang hidup di dalam kita, kita tidak perlu kuatir atau cemas. Tuhan memelihara kita. Dan jika tidak ada di dalam rencana Tuhan bahwa sesuatu akan terjadi pada kita, bahkan jika musuh mencoba akan membunuh kita sekalipun, mereka itu tidak dapat menyentuh kita. Firman Tuhan begitu indah. Di dalam ayat 7 pasal 12 Kisah Para Rasul itu dikatakan: "Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan dekat Petrus dan cahaya bersinar dalam ruang itu. Malaikat itu menepuk Petrus untuk membangunkannya, katanya: "Bangunlah segera!" Maka gugurlah rantai itu dari tangan Petrus." Di manakah para penjaga? Di manakah para prajurit? Bagaimana dengan mereka yang di luar pintu penjelasan sambil berjaga? Sungguh hebat apabila malaikat Tuhan melaksanakan sesuatu mujizat bagi kita, ia akan mengendalikan setiap bagian dari si musuh. Dan ayat berikutnya mengatakan: "Lalu kata malaikat itu kepadanya: "Ikatlah pinggangmu dan kenakanlah sepatumu!" 

Jadi Petrus tentunya sempat melepaskan ikat pinggang dan sepatunya lalu tidur dengan nyenyak. Maka ia cepat-cepat mengikat pinggangnya dan mengenakan sepatunya. Kemudian malaikat itu berkata kepadanya, dalam ayat 8-10: "Kenakanlah jubahmu dan Ikutlah aku!" Lalu ia mengikuti malaikat itu keluar dan ia tidak tahu, bahwa apa yang dilakukan malaikat itu sungguh-sungguh terjadi, sangkanya ia melihat suatu penglihatan. Setelah mereka melalui tempat kawal pertama dan tempat awal kedua, sampailah mereka ke pintu gerbang besi yang menuju ke kota. Pintu itu terbuka dengan sendirinya bagi mereka" Jadi tidak diragukan lagi ada seorang malaikat lainnya yang membukakan pintu itu. 

"Sesudah tiba di luar, mereka berjalan sampai ke ujung jalan, dan tiba-tiba malaikat itu meninggalkan dia." Kemudian ayat 11 melanjutkan: "Dan setelah sadar akan dirinya, Petrus...." Jadi sepanjang waktu itu Petrus tidak sadar, ia menyangka semua itu adalah sebuah visi, sebuah mimpi, namun semuanya itu adalah kenyataan. Ia tidak tahu apa yang tengah terjadi. Tetapi ketika ia sadar akan dirinya, ia "...berkata: "Sekarang tahulah aku benar-benar bahwa Tuhan telah menyuruh malaikatNya dan menyelamatkan aku dari tangan Herodes dan dari segala sesuatu yang diharapkan orang Yahudi." 

Kita mengetahui bagaimana Tuhan secara mengagumkan meluputkan Petrus dan memakainya lebih lagi, dalam ukuran lebih besar, sebab rencana Tuhan ialah bahwa ia harus lebih lanjut melayani Tuhan dan tidak harus mati dulu. 

     Dalam kurun waktu 44 tahun sepanjang pelayanan saya bagi Sang Majikan, saya tahu berapa betapa si iblis menginginkan untuk mengambil nyawa saya. Ia menginginkan saya terbunuh, bukan cuma satu kali, dua kali, melainkan banyak kali,  di begitu banyak negara, tetapi Roh Tuhan dan penjagaan yang perkasa dari Tuhan telah memelihara saya sampai dengan hari ini. Puji Tuhan! 

     Libanon telah mengalami 15 tahun masa perang yang dahsyat, brutal, keji dan tanpa perasaan. Segala ragam unsur-unsur asing telah memasuki negara Kristen yang cantik ini. Mereka telah merusak negeri, membunuh banyak orang, menghancurkan gereja-gereja, dan secara total memorak-porandakan ribuan bangunan termasuk yang megah dan canggih. Namun bagi Tuhan segala kemuliaan, apapun yang telah dilakukan musuh, mereka tidak bisa menghancurkan kehendak dan iman kami di dalam Kristus. Kami akan meneruskan pekerjaan yang baik hingga Yesus datang kembali! 

     Tuhan telah membangun dan mendirikan "Bible Land Mission" di seluruh negara Timur Tengah, terutama bermaskar-besar di Beirut. Hingga hari ini kami masih melanjutkan dengan kuasa yang perkasa dari Tuhan. Gereja-gereja kami terlindungi. Kami telah meneruskan dengan berbagai pelayanan. Ribuan para murid belajar di sekolah-sekolah kami. Kami mengasuh banyak anak laki-laki dan perempuan di panti asuhan kami. Kami telah menolong banyak orang yang miskin. Kami masih terus bekerja dan menolong di mana ada kebutuhan. 

     Pada masa lalu kami sempat membantu dalam pengapdosian 11 anak, malah bayi, untuk beberapa keluarga di Belanda. Sekarang ini mereka semua hidup di dalam rumah tangga yang baik-baik dan terpelihara dengan baik pula. Saya bahkan gembira ketika mendengar beberapa diantara anak-anak itu sekarang sudah "lahir kembali", dipenuhi Roh Kudus, dan dipakai oleh tangan heran Tuhan. 

     Dalam suatu rumah tangga yang pernah mengadopsi seorang anak laki-laki dan seorang anak perempuan, sang ayah suatu ketika menanyakan kapan saya berikutnya mengunjungi Libanon lagi. Saat itu saya katakan saya menunggu hingga bandara di Beirut dibuka kembali, karena waktu itu masih tertutup akibat perang yang berkecamuk. Saya saya memang tidak menyukai perjalanan yang berbahaya dengan kapal dari Siprus ke pelabuhan Junich di wilayah Kristen. Namun bilamana bandara dibuka kembali dan keadaan menjadi agak lebih baik, maka saya akan cepat-cepat ke sana. Ia berjanji pada saya, sewaktu kami sedang duduk di meja makan bersama-sama, katanya: "Saya kenal sebuah supermarket di Beirut, dan saya akan sampaikan suatu pesan. 

Supermarket ini akan memberikan makanan atau kebutuhan lainnya yang anda perlukan bagi orang-orang dalam pelayanan anda di Beirut sampai dengan sejumlah 20.000 Golden Belanda, atau senilai dengan 10.000 dolar Amerika Serikat." Ketika saya mendengar itu, saya begitu gembira dan bersemangat. Saya berterima kasih kepadanya. Lalu saya katakan: "Anda tahu, saudara yang kekasih, saya akan ke sana minggu depan!"

     Ketika saya mengetahui adanya kemungkinan seperti itu memperoleh makanan bagi yang lapar dan dalam kebutuhan, tidak lagi menjadi soal betapa berbahayanya perjalanan dengan kapal via Siprus itu. Saya sudah siap untuk pergi. Saya menuju ke Siprus dan menghubungi Beirut. Para diaken kami menasihati saya untuk jangan datang. Situasinya terlalu berbahaya. Saya memberitahukan mereka bahwa kami akan memperoleh makanan di Beirut. Tetapi mereka katakan: "Pak Pendeta, semua toko ditutup, demikian juga semua supermarket. Pemboman berlanjut terus. Sangat berbahaya. Bukan saatnya untuk datang." Saya berkata: "Pokoknya saya akan ke sana. Tolong atur ada yang menunggu di pelabuhan untuk menjemput saya di pagi hari." 

     Saya naik kapal malam itu. Saya pergi disertai doa. Saya tiba dengan selamat. Dua orang saudara sudah menunggu di pelabuhan untuk menjemput saya. Mereka mempunyai senyum ekstra di wajah masing-masing. Ujar mereka: "Sangat aneh, tadi malam tidak ada pemboman. Dan ketika kami menuju ke pelabuhan pagi ini, toko-toko dibuka." Saya menanggapi: "Puji Tuhan!" Waktu itu bulan Maret. Beirut udaranya dingin dan basah. Ketika saya tiba di kantor misi dan sebelum saya sempat saya lepaskan jas, saya langsung menelepon supermarket yang dimaksud. Saya tetap berdoa sungguh. Dan ada yang menjawab telepon itu. Saya menyapa: "Selamat pagi." Disahutnya: "Selamat pagi." Langsung saya katakan: "Nama saya Samuel Doctorian." Ia segera menanggapi: "Saya baru saja menerima telex pagi ini dari Belanda. Katanya, saya harus memberikan pada anda makanan sejumlah 20.000 gulden. Saya langsung berseru: "Haleluya!" Selanjutnya saya bertanya: "Apa saja yang ada di supermarket anda?" Katanya: "Kami merupakan supermarket terbesar di Libanon. Apa saja yang anda perlukan, ada pada kami." Dapat anda bayangkan betapa gembiranya saya. Pada akhirnya, kami mendapatkan satu truk penuh dengan terigu, gula, beras, makanan kaleng dan banyak kebutuhan pokok lainnya yang sangat diperlukan bagi panti asuhan kami, dan juga keluarga-keluarga yang sungguh miskin di gereja kami. Dan ketika para gembala dan penatua kami sudah berkumpul, kami pun sempat memasukkan ke dalam kantong-kantong plastik dan membagi-bagikannya di Beirut kepada 88 keluarga yang sungguh membutuhkan, di samping kepada anak-anak asuhan kami di panti asuhan. Segala kemuliaan bagi Tuhan! 

     Malam itu saya merasa sangat merasa puas dan sukacita. Dan ketika saya tiba kembali di markas misi pada malam harinya, tidak ada listrik akibat pemboman. Banyak kabel listrik yang putus. Dan dengan cahaya lilin di kamar tidur saya, sekitar pukul 12.00 tengah malam, saya berlutut menyampaikan syukur kepada Tuhan untuk hari itu yang penuh sukses. Saya merasakan kepuasan yang penuh. Saya menyatakan berkat pada saudara yang kasih itu beserta keluarganya di Belanda yang sudah memungkinkan bagi kami ini mengalami segala berkat itu. Saya merencanakan untuk tinggal beberapa hari lagi di Beirut. Saya mengharapkan agar keadaan makin membaik, pertempuran agar berhenti, bandara bisa dibuka kembali, dan saya dapat gunakan pesawat meninggalkan Libanon lagi. 

     Saya pergi tidur. Dengan segera saya tertidur nyenyak. Sekitar pukul 3 dini hari, terasa ada orang yang menggoyang-goyang saya. Saya terbangun, meskipun saya tidak membuka mata. Saya menjadi heran siapa yang menggoyang saya begitu rupa dan berupaya membangunkan saya. Tidak ada orang lain di dalam kamar itu. Memang ada banyak orang yang tidur di pelbagai bangunan misi. Beberapa keluarga, beserta anak-anak panti asuhan kami, tinggal di Peniel, tetapi siapa ini yang ada di rumah? Beberapa bulan yang lalu kami mengalami hal yang amat menyedihkan. Para perampok bersenjata senapan memasuki markas misi dan menyerang putera sulung saya dan istrinya. Mereka sempat mengambil cincin-cincin pertunangan dan pernikahan mereka dan juga barang-barang yang lain. Mereka juga mengancam putri saya Jasmine. Hampir saja mereka membunuh ketiganya itu. Adalah perlindungan Tuhan sehingga mereka tidak membunuhnya. Mereka cuma menguncikan anak-anak dan menantu saya itu di dalam sebuah kamar lalu menghilang bersama barang-barang yang sempat diambil itu. Mereka juga ternyata menemukan sejumlah uang yang disiapkan untuk gaji para guru dan untuk lain-lain pembayaran. Tetapi puji Tuhan mereka pergi tanpa mengganggu siapapun secara jasmaniah. 

     Saya sampai terpikir apakah para perampok itu yang setelah mendengar saya datang lalu memasuki lagi rumah kami dan berupaya mengancam saya. Beberapa menit kemudian kembali ada yang menggoyang-goyang saya. Saya malah dapat merasakan tangannya yang menggoyang-goyang saya itu. Akhirnya, saya membuka mata saya. Saya tidak dapat menguraikan dengan kata-kata apa yang saya lihat. Dengan beberapa bahasa yang saya ketahui, dan ribuan kata yang biasa saya ucapkan, tidak dapat saya jelaskan atau ekspresikan dengan tepat wajah yang paling indah yang ada di hadapan saya saat itu. Penuh dengan terang. Sudah tentu para malaikat mempunyai wajah, saya sudah melihatnya. Mereka mempunyai kaki, dan ia sedang berdiri di situ. Mereka tentunya mempunyai tangan, sebab ia menggoyang-goyang saya dengan tangannya. Seorang makhluk malaikat dengan keindahan yang begitu rupa, saya tidak bisa memaparkannya. Di tengah-tengah cahaya ya terang, saya dapat melihat matanya, dan saya dapat melihat senyumnya. Tentu saja saya agak gemetaran. Saya cepat-cepat turun dari tempat tidur. Saya langsung berlutut. Dan malaikat Tuhan dengan suara yang terdengar jelas berkata. Kali ini ia tidak menyebut nama saya, melainkan katanya: "Hamba Tuhan." Sungguh sebuah kalimat yang indah.  Sungguh sebuah titel dari Tuhan Sendiri. Ia tidak menyebut saya pastor atau reverend (pendeta). Ia tidak juga menyebut bishop (uskup), atau uskup agung, atau doctor atau titel lain-lainnya melainkan yang terbesar dan tertinggi dari semuanya itu, yakni "hamba Tuhan." Saya sungguh bersukacita sejak hari itu hanya karena titel tersebut. Sunggu sebuah hak istimewa. Sungguh sebuah kehormatan. Malaikat itu melanjutkan berkata: "Siapkan kopermu, tinggalkan Libanon hari ini."

     Langsung saya ingin memandang wajahnya lagi, namun ia sudah pergi. Saya tidak dapat melihatnya kembali. Tentunya ia masih berada di dalam kamar saya, tapi saya tidak bisa melihatnya lagi. Pembaca yang kekasih, itu bukanlah sebuah visi/penglihatan. Bukan pula imaginasi/khayalan saya, itu adalah real/nyata. Seorang malaikat yang diutus Tuhan untuk menyampaikan pada saya pesan tadi itu. 

Saya segera menyalakan lilin, mengambil koper saya dan mulai mengepak. Pagi-pagi sekali saya sudah harus membangunkan salah seorang gembala yang juga tinggal di markas misi kami. Ia telah melayani bersama kami lebih dari 18 tahun. Rupanya saya belum pernah pergi bersamanya di dalam mobilnya sendiri. Saya beritahukan dia: "Saya ingin anda mengantar saya ke kota hari ini. Saya sedang merencanakan untuk pergi hari ini dengan kapal." Ia menanggapi: "Tetapi anda baru datang kemarin." Jawab saya: "Betul. Tapi saya akan pergi lagi hari ini." Kami cepat-cepat bergegas ke kota. Saya mengucapkan selamat tinggal kepada beberapa orang dan juga para ipar saya. Mereka terkejut saya pergi lagi secepat itu. Dan mereka tentunya tidak dapat lagi membujuk saya. Juga waktu itu saya tidak dapat menjelaskan kepada mereka bagaimana malaikat muncul pada saya dan menyuruh saya untuk berangkat hari itu juga. Kami bergegas ke pelabuhan. Saya berhasil mendapatkan tiket kapal. Ada lebih 100 orang yang berdiri di pelabuhan menunggu untuk berangkat. Ketegangan di dalam kota kembali menjadi sangat tinggi. Setiap orang merasa pertempuran akan kembali berkobar. Cuaca saat itu pun amat mendung sekali dan angin bertiup keras. Terlebih lagi selama bulan Maret biasanya keadaan laut sangat penuh badai. Dengan menggunakan perahu besar mereka membawa kami para penumpang ke kapal. Dua puluh penumpang pertama telah diangkut dengan perahu tersebut. Kami semua memperhatikannya. Perahu itu menuju ke kapal, namun gelombangnya begitu tinggi, sehingga tidak seorangpun penumpang yang dapat dinaikkan ke kapal. Mereka semua harus kembali lagi ke pelabuhan. Tak lama kemudian kami mendengar pengumuman. Perjalanan dengan kapal dibatalkan untuk hari itu. Semua kami harus kembali lagi besok pagi pukul 7. Dan itu pun apabila cuacanya memungkinkan untuk kapal berangkat.

     Saya berdiri di situ agak kaget, terkejut. Salah seorang saudara yang mengantar dan berdiri dekat saya menawarkan untuk saya bermalam di rumahnya. Dan karena rumahnya cuma beberapa menit saja dari pelabuhan, ia katakan akan mengantarkan saya lagi besok paginya. Saya minta untuk dibiarkan sendiri beberapa saat. Lalu saya mulai merenungkan, berdoa, dan mencari hadirat Tuhan. 

Bagaimanakah ini, Tuhan? ENGKAU mengutus malaikatMu. Ia menyuruh saya untuk meninggalkan Beirut hari ini. ENGKAU sudah tahu akan ada badai. ENGKAU sudah tahu gelombang laut akan begitu dahsyat. Tentunya ENGKAU pun sudah tahu bahwa kapal ini tidak akan berangkat. Bagaimanakah malaikatMu dapat menyuruh saya untuk berangkat hari ini?"

     Baru saja saya berdoa ada pengumuman lain yang disampaikan oleh pejabat pelabuhan. Rupanya ada sebuah kapal pengangkut ternak yang sedang berlabuh di situ. Kapal itu akan berangkat satu jam lagi. Karena tidak dimaksudkan membawa serta penumpang, maka bukan saja tidak tersedia kabin untuk tempat tidur penumpang, tetapi kursi untuk duduk pun tidak ada di kapal itu. Memang kapal untuk khusus mengangkut ternak. Siapapun yang ingin turut dengan kapal itu harus bersedia duduk di atas dek di tengah-tengah, untuk mengarungi laut yang tengah bergelombang hebat waktu itu. Tanpa ragu lagi saya tukarkan tiket saya. Dan saya yang pertama yang langsung naik ke kapal pengangkut ternak itu.

Saya tahu malaikat sudah mengatakan untuk berangkat hari itu. Saya mesti menaati Tuhan. Setengah jam kemudian mulailah berita-berita kami terima. Kami juga dari pelabuhan dapat mendengar suara ledakan-ledakan. Agaknya pemboman mulai berlangsung lagi. Menurut berita sebuah bom yang besar terjatuh di salah satu sekolah di Beirut dan membinasakan sejumlah anak sekolah.  Dan banyak penumpang lainnya yang berdiri di dermaga menjadi bingung apa yang harus mereka perbuat. Haruskah mereka pulang segera dan kembali lagi esok pagi. Dan memang ada beberapa yang akhirnya pulang. Tetapi banyak juga yang melihat saya menaiki kapal pengangkut ternak, mengambil keputusan bahwa jika hamba Tuhan itu siap pergi dengan kapal itu, mengapa mereka tidak berani untuk pergi juga bersamanya. Lalu saya membantu mereka yang juga ingin berangkat dengan kapal itu untuk naik. Sulit bagi para ibu yang membawa anak-anak dan juga koper mereka untuk naik ke atas kapal itu. 

     Rupanya nakhoda kapal itu melihat saya. Ia meminta saya menemuinya setelah ia mengemudikan kapal keluar dari pelabuhan. Saya heran mengapa. Saya aya bertanya: "Bagaimana anda tahu saya?" Jawabnya: "Anda akan terkejut. Datanglah ke tempat saya, saya ada perlu dengan anda." Ketika kapal mulai bergerak, mulailah hujan turun dengan lebat. Laut pun sangat buruk keadaannya. Kendati sulit sekali di tengah terjangan gelombang yang dahsyat saya pun berhasil menuju ke ruang atas di mana nakhoda berada. Ia menyerahkan kemudi kapal kepada rekan lainnya. Lalu bersama-sama kami menuruni beberapa anak tangga menuju sebuah ruangan. Ia membukakan pintu dan katanya: "Anda seorang hamba Tuhan, anda dapat tidur di sini." Saya katakan: "Tunggu dulu, Pak nahkoda. Kenapa saya? Bagaimana anda kenal saya?" Kemudian ia menjelaskan: "Tahun lalu saya bertugas di sebuah kapal dalam perjalanan dari Limassol di Siprus menuju ke Haifa di Israel. Waktu itu anda membawa serta satu rombongan. Saya memberikan izin siaran khotbah anda lewat radio yang di transmisikan dari Cyprus Broadcasting Corporation untuk diperdengarkan melalui sistem pengeras suara di seluruh kapal itu. Sekitar 500 penumpang sempat mendengar khotbah anda, dan saya secara pribadi juga amat di berkati. Jadi saya tahu siapa anda." Anda dapat bayangkan alangkah gembiranya saya mendengar kata-kata itu dari sang nakhoda. Saya berterima kasih kepadanya, dan saya menempati kabin saya. Kapal bergoyang kuat dari kiri ke kanan, sebagaimana seorang ibu menggoyangkan bayinya untuk tidur. Saya berupaya mengenakan piyama saya yang akhirnya berhasil dengan amat sukar. Dan setelah berdoa saya pun tertidur. 

     Saya rupanya tertidur nyenyak sekali meskipun di tengah badai seperti itu. 6 jam lamanya saya tidur. Saya terbangun karena suara rintihan yang kuat yang terdengar di dalam kamar itu. Kedengarannya seperti orang yang sedang sekarat. Saya mencelikkan mata saya dan melihat seorang laki-laki di tempat tidur lainnya ya berpakaian tebal, sedang berbaring dan dalam keadaan sangat kesakitan. Saya menyapa: "Selamat pagi, Pak." Katanya: "Bukanlah pagi yang 'baik' ('selamat'), melainkan malam yang terburuk dalam hidup saya." Saya bertanya: "Apa yang terjadi?" Ia katakan: "Turun ke bawah dan lihat bagaimana orang-orang sakit semuanya. Sungguh mujizat beberapa mereka tidak sampai meninggal. Saya sendiri amat sakit. Pukul 11 tadi malam kapal ini hampir saja tenggelam." Kata saya: "Sungguh? Saya sedang di mana waktu itu?" Ia menyahut: "Anda sedang tidur nyenyak. Saya sampai tidak percaya." 

Di dalam lubuk hati saya katakan: Terimakasih Tuhan." Orang itu tidak mengetahui saya siapa. Karena saya berpakaian piyama, tidak mengenakan jas hitam saya dengan kerah putih tanda kerohaniwanan. Dia memandangi saya dan tidak mengetahui siapa saya, dan saya pun tidak tahu siapa dia. Lalu saya bertanya: "Apa bisnis Pak?" Ia menjawab: "Saya adalah direktur dari American Life Insurance (perusahaan asuransi jiwa) di Libanon." Oh," ujar saya: "Baik sekali." Dalam keadaan sakit yang sangat itu, ia masih sempat bertanya: "Sudahkah anda masuk asuransi jiwa?" Jawab saya: "Sudah Pak. Saya memiliki polis asuransi jiwa yang terbaik,  tidak ada bandingannya. Asuransi yang saya miliki ialah asuransi laut,  asuransi udara, dan asuransi darat." Orang itu melongo, lalu tanyanya: "Perusahaan yang mana?" "Oh," sahut saya: "Perusahaan terbesar di seluruh dunia." Ia katakan: "Kami kira kamilah perusahaan yang terbesar." Komentar saya: "Baiklah, itu yang anda kira. Namun perusahaan yang saya masuk asuransi ini jauh lebih besar dari perusahaan anda itu." Ia bertanya lagi: "Apakah ada perwakilannya di Libanon?" Jawab saya: "Oh ya, perusahaan ini mempunyai perwakilan di dalam setiap negara di dunia." Dan segera pertanyaan berikutnya adalah: "Di manakah kantor pusatnya?" Saya menyahut: "Di sebuah tempat yang luar biasa amannya. Selain itu, direktur dari seluruh perusahaan ini adalah teman pribadi saya. Dan anda tahu, ia yang membayar premi saya. Ia telah membayar setiap sen dari polis asuransi saya." Pada saat saya mengatakan demikian, laki-laki yang tengah terpesona ini, dalam keadaan sangat sakit itu, duduk di tempat tidurnya, dan menatap pada saya. Pertanyaannya yang berikut, yang memang tengah saya nantikan, akhirnya muncul: "Siapakah namanya?" Saya katakan: "Namanya ialah Yesus." Anda mestinya melihat apa yang terjadi dengan laki-laki itu. Mulailah saya jelaskan tentang jaminan hebat dan indah yang kita punya di dalam Kristus Yesus. Sekitar 20 menit kemudian, laki-laki yang tulus itu mengeluarkan air mata. Ia meminta saya berdoa untuknya. Ia juga meminta saya mendoakan istrinya yang sekarat karena kanker. Ketika saya memperkenalkan diri, ia mengenali nama itu dari berbagai Kebaktian Penginjilan yang besar di kota Beirut. Rupanya ia pernah mendengar nama dan pelayanan saya. Saya sempat juga menumpangkan tangan atasnya di samping mendoakannya di dalam kamar itu. Saya memimpin dia kepada Yang Maha Perkasa, kepada Kristus Yesus, yang jelas sudah mati di atas kayu salib dan telah membayar harganya bagi jaminan dan keselamatan kekal kita. 

     Kami tiba dengan selamat di Siprus. Wakil kami yang kekasih dari Bible Land Mission, yang biasanya menjemput saya, sudah mendengar bahwa tidak ada penumpang yang datang dengan kapal yang manapun. Maka ia tidak datang di pelabuhan. Saya menggunakan taksi dan langsung ke rumah misi. Saya menelepon dia di bank, di mana ia sebagai managernya. Ia mendengar suara saya, dan mengira saya menelepon dari Beirut. Saya katakan: "Bukan, saya ada di Larnaca, Siprus. Saya sekarang ada di rumah misi." Tetapi ia terheran: "Bagaimana Pak bisa sampai di sini? Kapal itu tidak membawa penumpang. Pertempuran hebat sudah mulai berkecamuk lagi.  Kami baru saja mendengar bahwa kapal penumpang tiba pukul 3 pagi di Siprus tanpa adanya penumpang." Saya katakan: "Saya datang dengan kapal pengangkat ternak. Akan saya ceritakan kemudian bagaimana semuanya itu terjadi."

     Selama berminggu-minggu sesudah itu, tidak ada pesawat terbang yang keluar dari Beirut. Juga tidak ada kapal yang pergi ke Libanon, ataupun meninggalkan Libanon. Dapat anda bayangkan sukacita saya, dengan air mata keharuan, dikala saya memuji Tuhan. Siapakah saya, sehingga Tuhan mau mengutus malaikatNya untuk menyuruh saya keluar  dari  Libanon. Ia sungguh meluputkan saya dari segala bahaya yang mengancam. 

     Dan setibanya saya di Belanda saya menelepon teman saya orang Belanda yang kekasih itu. Ketika manager di kantornya mendengar dari saya, Ia memberitahukan bahwa teman saya itu tidak di tempat. Ia berada di Austria bersama istri dan dua orang anaknya sedang berlibur. Tetapi katanya ia ingin berbicara dengan saya jika saya kembali ke Belanda. Saya diberikan nomor telepon pribadinya. Saya langsung menelponnya di Austria. Begitu mendengar suara saya, ia berseru: "Samuel, di manakah anda?" Saya katakan: "Saya sudah di Beirut. Saya sudah mendapatkan makanan, dan secara mujizat Saya keluar lagi dari sana." Kemudian tidak terdengar suara di pihak sana. Saya terus menyapa: "Hallo, hallo," Tidak ada jawaban. Saya kira hubungannya putus. Ternyata tidak. Rupanya teman saya itu terharu sekali, sehingga tidak dapat berkata-kata. Sesudah beberapa saat saya mendengar dia mengatakan: "Syukur kepada Tuhan Samuel. Anda sudah ke Beirut dan keluar lagi dengan selamat. Saya tetap mendengarkan berita-berita. Sungguh mengerikan. Saya sempat bingung bagaimana keadaan anda dan di mana." Saya meyakinkannya: "Sungguh luar biasa bagaimana Tuhan memimpin saya untuk pergi, dan menunaikan apa yang harus saya kerjakan. Terima kasih untuk segalanya yang anda sudah lakukan yang begitu berarti bagi kami semua, Tuhan mengupahi anda dengan berkelimpahan." Bagi Tuhan segala kemuliaan. Alangkah akbarnya Tuhan kita!

     Tuhan telah memberkati dengan dua layanan malaikat lagi yang Sungguh menakjubkan. Saya akan menceritakan pada terbitan lain bila Roh Kudus membuka jalan bagi saya. Saya juga akan menceritakan tentang visi-visi (penglihatan) yang telah Ia tunjukkan kepada saya. Satu diantaranya ialah terjadi sebelum kehancuran Beirut, dan Libanon. Betapa jelasnya dalam visi itu mengenai datangnya kehancuran. Tuhan menunjukkan kepada saya kehancuran Port Said di Mesir. Dan itu betul terjadi. 

Saya pernah melihat visi tentang perak porandanya sebagian kota Amsterdam karena kebakaran. Tuhan juga pernah memperlihatkan pada saya kerusakan hebat yang terjadi di kota Amman di Yordania. Saya sempat melihat secara detail pertumbuhan darah yang mengerikan di ibukota Yordania itu.

Juga visi yang mengagumkan mengenai piramida, dengan mana Tuhan menunjukkan pada saya tentang berakhirnya zaman. Saya melihat dalam nubuatan sewaktu Roh Kudus mengungkapkan, penandatanganan pakta perdamaian antara Amerika Serikat, Israel dan Mesir. Sehingga saya mengirimkan telegram kepada Presiden Carter waktu itu, dan jawaban yang saya terima dari Gedung Putih. Juga dalam nubuatan saya melihat pemilihan ulang untuk masa jabatan kedua dari Presiden Reagan dan bagaimana terjadinya. Dan nubuatan-nubuatan lainnya yang menguatkan yang hanya dapat diungkapkan oleh Roh Kudus saja. Saya juga menyaksikan berbagai kesembuhan yang disertai mujizat-mujizat yang telah Tuhan adakan dalam kehidupan ratusan dan ribuan orang, termasuk dalam kehidupan saya sendiri. Jamahan kesembuhanNya sungguh luar biasa. Pada waktu yang akan datang, sebagaimana dipimpin Roh Kudus saya rindu menceritakan sebagian dari pengalaman-pengalaman yang menakjubkan ini.

     Akhir kata, saya sungguh berharap dan mendoakan buku kecil ini mengenai malaikat-malaikat dan ketujuh pengalaman yang penting dapat mengokohkan iman anda serta dengan berlimpah memberkati anda beserta keluarga! Di dalam nama Yesus. Amin



Rabu, 08 Juni 2022

Dan lalu saya melihat DIA - Rev. Samuel Doctorian



Dan lalu saya melihat DIA

Oleh: Rev. Samuel  Doctorian

Bagian 1


PARA MAKHLUK SORGAWI, MALAIKAT, APA MEREKA  ITU NYATA?

     Sejak tahun 1946 Ketika Tuhan memanggil saya pada pelayanan sewaktu di kota purba Yerusalem, saya telah melayani Dia di semua benua di dunia. Sejauh ini, Ia telah membawa saya ke 112 negara. Bagi Tuhan segala kemuliaan.

     Selama 44 tahun terakhir dalam pelayanan, Tuhan lewat penyertaan, kasih dan anugerahNya yang berlimpah, telah mengaruniakan saya untuk dapat melihat malaikat-malaikat, dan juga bahkan berbicara kepada mereka. Mereka berbicara dengan saya, memberi saya berita-berita penting, meluputkan saya dari keadaan-keadaan yang sangat sulit, memberkati dan memberi saya konfirmasi nyata dan kepastian tentang panggilan yang besar dan tinggi. Terpujilah nama Tuhan.    

    Dalam beberapa tahun terakhir, saya telah diperkenan untuk menyaksikan pelayanan para malaikat itu. Banyak yang telah meminta saya untuk menerbitkan sebuah buku dan menuliskan secara rinci mengenai pelayanan-pelayanan para malaikat ini. Saya telah merasa dipimpin oleh Tuhan untuk melaksanakannya. Inilah tahun (1990) ulang tahun saya yang ke-60. Betapa saya berterima kasih kepada Tuhan untuk hidup pelayanan yang amat berlimpah, kaya dan penuh bagi Majikan saya. Saya telah sangat dipuaskan dengan segala berkat yang saya nikmati, lewat kesempatan memberitakan Kristus kepada ribuan orang, dan banyak yang telah saya Pimpin ke Kalvari serta membantu mereka menemukan Kristus yang hidup. Sekarang ini mereka Tengah bersukacita dalam pengalaman kelahiran kembali secara Ilahi dan berkemuliaan.

     Saya sudah memahami sepenuhnya arti kata Anugerah. 

Sesungguhnya Tuhan telah mencurahkan ke dalam hidup saya Anugerah demi Anugerah; sesuatu yang sama sekali saya tidak berlayak, namun Ia telah menjadikannya mungkin dengan AnugerahNya yang kaya itu. Untuk semua itu saya ingin memberiNya segala Kemuliaan terhadap segala sesuatu yang  telah diperbuatNya.

     Selanjutnya dalam saya menyaksikan tentang para malaikat yang telah saya lihat, saya ingin dengan ini memastikan bahwa semua kejadian itu bukanlah berupa kesan, bukan pula mimpi, atau bahkan visi ataupun sekedar imaginasi/khayalan saya sendiri. Semuanya Itu nyata, makhluk-makhluk sorgawi sama seperti yang anda baca di dalam Alkitab, baik dalam Perjanjian Lama maupun Baru. 

Malaikat-malaikat yang diciptakan Tuhan, roh-roh yang melayani yang mempunyai wajah. Mereka memiliki tubuh berkemuliaan, yang berbicara, yang dapat melihat, yang mempunyai telinga untuk mendengar. Mereka berada di dalam dunia yang tidak tampak di mana mata jasmaniah tidak dapat melihat mereka. Terdapat ribuan demi ribuan makhluk sorgawi itu. Saya sungguh percaya sebagaimana Firman Tuhan juga mengatakan, bahwa Tuhan punya malaikat-malaikatNya, malaikat pelindung bagi setiap anak Tuhan. Yaitu malaikat, yang telah Tuhan berikan untuk melayani kita, melindungi kita, memberkati kita dan membimbing kita. Dan apabila Tuhan menganggap perlu bagi kita untuk melihat para malaikat itu, la akan menjamah mata kita serta mencelikkannya sehingga kita dapat melihat makhluk-makhluk sorgawi itu.

     Di dalam Alkitab, terdapat banyak ilustrasi, banyak ayat, banyak kisah menarik tentang makhluk-makhluk sorgawi. Kita bisa  membacanya di dalam  Perjanjian  Lama,  di dalam ke empat Injil, di dalam Kisah Para Rasul, kehidupan para rasul dan juga di dalam Kitab Wahyu. Kita membaca tentang para malaikat dari Kejadian sampai dengan Wahyu. Para malaikat ini belum usai dengan pekerjaan mereka dan kembali ke tempat-tempat sorgawi, melipat sayap-sayap dan kemudian menganggur. Mereka masih tengah melayani di bumi. Di dalam kitab Kejadian, kita membaca bahwa jiwa manusia, karena ketidak taatan Adam dan Hawa, telah diusir keluar dari taman Eden.

Kejadian  3:24 mengatakan,  "Ia menghalau manusia itu dan di sebelah timur Taman Eden ditempatkanNyalah beberapa kerub dengan pedang yang bernyala-nyala dan menyambar-nyambar, untuk menjaga jalan ke pohon Kehidupan." Di situ anda membaca tentang kerub (sejenis malaikat). Kita juga bisa membaca di dalam Alkitab tentang serafim (jenis malaikat yang lain, mis. Yesaya 6:2). Kita membaca  tentang penghulu malaikat. Kita membaca tentang Mikhael yang perkasa (Daniel 10:13) Dan juga Gabriel (Daniel 9:21; Lukas 1:26-38); malaikat-malaikat terkemuka itu, dan ribuan demi ribuan makhluk sorgawi.

     Di dalam kejadian pasal 16 kita membaca berulang kali, dalam ayat-ayat 7, 9, 10 dan 11, tentang Malaikat Tuhan. Dalam ayat 7 kita membaca: "Lalu Malaikat TUHAN menjumpainya dekat suatu mata air di padang gurun, yakni dekat mata air di jalan ke Syur." Inilah saat ketika Malaikat TUHAN diutus untuk berbicara kepada Hagar, di tengah kehausannya. Kita membaca kisah mengesankan bagaimana sang Malaikat memberitahukan Hagar untuk dia kembali kepada Sarai. Ayat 9 menyebutkan: "Lalu kata Malaikat TUHAN itu kepadanya: "Kembalilah kepada nyonyamu, barkanlah engkau ditindas di bawah  kekuasaannya."

Dan kemudian datang lagi janji disampaikan Malaikat TUHAN kepadanya: "Aku akan membuat sangat banyak keturunanmu, sehingga tidak dapat dihitung karena banyaknya."

Ayat 11 menyatakan: "Selanjutnya kata Malaikat TUHAN itu kepadanya: "Engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan akan menamainya Ismael, sebab TUHAN telah mendengar tentang penindasan atas mu itu. Seorang laki-laki yang lakunya seperti keledai liar, demikianlah nanti anak itu; tangannya akan melawan tiap-tiap orang dan tangan tiap-tiap orang akan melawan dia, dan di tempat kediamannya ia akan menentang semua saudaranya." Kita membaca semua pengalaman yang mempesona tentang malaikat malaikat, kepada pria dan wanita.

     Kita juga membaca tentang TUHAN yang datang bersama dua malaikat. Mereka menampakkan diri sebagai manusia. Mereka datang ke tempat dimana Abraham dan Sara tinggal di Mamre. Kita membaca tentang janji indah yang TUHAN berikan kepada Abraham di saat ia dan istrinya sudah sedemikian tua namun Sara akan dikaruniai seorang anak. Janji yang besar itu digenapi dengan lahirnya Ishak.

     Dan setelah menyampaikan janji itu, sebelum mereka meninggalkan Abraham, TUHAN memberitahukan kepadanya bahwa mereka akan langsung menuju ke Sodom dan Gomora untuk memusnahkan kota-kota itu. Dan kedua malaikat itulah yang diutus untuk menyelamatkan Lot dan ketua anak perempuannya dari kemusnahan Sodom dan Gomora (baca kejadian 19 ayat 1-30).

     Kita membaca lebih lanjut tentang malaikat dalam kehidupan Abraham ketika Tuhan meminta pengorbanan luar biasa dari putera tunggalnya, Ishak sebagai anak yang dijanjikan, untuk dipersembahkan sebagai korban kepada Tuhan. 

Dalam Kejadian 22, di saat Abraham sudah siap untuk  menyembelih putranya, tiba-tiba dalam ayat 11-12 dinyatakan Alkitab: "...berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepadanya: "Abraham, Abraham" Sahutnya: "Ya, Tuhan." Lalu Ia berfirman: "Jangan bunuh anak itu dan jangan kau apa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Tuhan, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepadaKu."

Kita membaca Malaikat TUHAN jelas berbicara kepada Abraham, menghentikannya dalam beberapa detik terakhir menjelang ia menyembelih puteranya Ishak. Lalu ayat  15-18 menyebutkan: "Untuk kedua kalinya berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepada Abraham,  kataNya: "Aku bersumpah demi diriku sendiri - demikianlah firman TUHAN - Karena engkau telah berbuat demikian, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepadaku, maka Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpahan dan membuat keturunanmu sangat banyak seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, dan keturunanmu itu akan menduduki kota-kota musuhnya. Oleh keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena engkau mendengarkan FirmanKu." Berita luar biasa datang dari TUHAN melalui  malaikat kepada Abraham. Dewasa ini kita tengah menikmati segala berkatnya dari perjanjian itu.

     Di dalam kehidupan Yakub, anak Ishak, cucu dari Abraham, kita membaca malaikat-malaikat Tuhan yang menjumpainya.

Dalam Kejadian 32:1-2: "Yakub melanjutkan perjalanannya, lalu bertemulah malaikat-malaikat Tuhan dengan dia. Ketika Yakub melihat mereka, berkatalah ia: "Ini bala tentara Tuhan, " Sebab dinamainyalah tempat itu Mahanaim."

     Kita juga membaca tentang kehadiran malaikat dalam peristiwa besar dan perkasa mengenai kelaparan umat Israel keluar dari Mesir. Tuhan memakai Musa untuk memimpin mereka sewaktu mereka berhasil mengalami mujizat hebat yang terjadi dengan terbelahnya Laut Merah. Tetapi kita membaca sesuatu yang luar biasa tentang bagaimana Tuhan melindungi Israel dari pasukan  Mesir oleh para malaikat. 

Kita membaca dalam Keluaran 14:19: "Kemudian bergeraklah Malaikat Tuhan, yang tadinya berjalan di depan tentara Israel,  lalu berjalan di belakang mereka; dan tiang awan itu bergerak dari depan mereka, lalu berdiri di belakang mereka."

     Ada juga sebuah kisah menakjubkan di dalam Alkitab dalam kehidupan nabi Bileam. Tuhan hendak menghalangi Bileam ketika ia sedang mengendarai keledai nya. Inilah yang dapat kita baca dalam kitab  Bilangan 22:21-22: "Lalu bangunlah Bileam pada waktu pagi, dipelanainyalah keledai nya yang betina, dan pergi bersama-sama dengan pemuka-pemuka Moab. Tetapi bangkitlah murka Tuhan ketika ia pergi." Tuhan telah memberitahukannya untuk tidak berbuat demikian, namun Bileam masih juga tidak menaati Tuhan dan pergi juga. Kita membaca selanjutnya: "dan berdirilah Malaikat TUHAN di jalan sebagai lawannya. Bileam mengendarai keledai nya yang betina dan dua orang bujangnya ada bersama-sama dengan dia. Ketika keledai itu melihat Malaikat TUHAN berdiri di jalan, dengan pedang terhunus di tanganNya, (Sangat menarik bahwa Malaikat TUHAN mengungkapkan dirinya kepada keledai; dan nabi Bileam tidak melihat malaikat itu sedangkan keledai melihatnya) menyimpangnya keledai itu dari jalan dan masuk ke ladang. Maka Bileam memukul keledai itu untuk memalingkannya kembali ke jalan. "

Ayat 24: "Kemudian pergilah Malaikat TUHAN berdiri pada jalan yang sempit diantara kebun-kebun anggur dengan tembok sebelah-menyebelah."

      "Ketika keledai itu melihat malaikat TUHAN, ditekankannyalah dirinya kepada tembok, sehingga kaki Bileam terhimpit kepada tembok. Maka ia memukulnya pula."

     Ayat 26: "Berjalanlah pula Malaikat TUHAN terus dan berdirilah Ia pada suatu tempat yang sempit, yang tidak ada jalan untuk menyimpang ke kanan atau ke kiri."

    "Melihat Malaikat TUHAN meniarap lah keledai itu dengan Bileam masih di atasnya. Maka bangkitlah amarah Bileam, lalu  dipukulnyalah keledai itu dengan tongkat. "

     Dan kita membaca sesuatu yang menakjubkan dalam ayat 28: "Ketika itu TUHAN membuka mulut keledai itu, sehingga ia berkata kepada Bileam: "Apakah yang kulakukan kepadamu, sampai engkau memukul aku 3 kali?" 

      "Jawab Bileam kepada keledai itu: "Karena engkau mempermain-mainkan aku; seandainya ada  pedang di tanganku, tentulah engkau kubunuh sekarang."

     Selanjutnya ayat-ayat 30-35 mengisahkan: "Tetapi keledai itu berkata kepada Bileam: "Bukankah aku ini keledaimu yang kau tunggangi selama hidupmu sampai sekarang? Pernahkah aku berbuat demikian kepadamu?" Jawabnya: "Tidak."

     "Kemudian TUHAN menyingkapkan mata Bileam; dilihatnyalah Malaikat TUHAN dengan pedang terhunus ditanganNya berdiri di jalan, lalu berlututlah ia dan sujud."

     "Berfirmanlah Malaikat TUHAN kepadanya: "Apakah sebabnya engkau memukul keledaimu sampai 3 kali? Lihat, Aku keluar sebagai lawanmu, sebab jalan ini pada pemandanganKu menuju kepada kebinasaan."

     "Ketika keledai itu melihat Aku, telah 3 kali ia menyimpang dari hadapanKu; jika ia tidak menyimpang dari hadapanKu, tentulah engkau yang Kubunuh pada waktu itu juga dan dia  Kubiarkan hidup. "

     "Lalu berkatalah Bileam  kepada Malaikat TUHAN: "Aku telah berdosa, karena aku tidak mengetahui, bahwa Engkau ini berdiri di jalan menentang aku. Maka sekarang,  jika hal itu jahat di mataMu, aku mau pulang."

     "Tetapi Malaikat TUHAN berfirman kepada Bileam: "Pergilah bersama-sama dengan orang-orang itu, tetapi hanyalah perkataan yang akan Kukatakan kepadamu harus kau katakan." Sesudah itu pergilah Bileam bersama-sama dengan pemuka-pemuka Balak itu." 

     Kita mempunyai sedemikian banyak cerita yang indah dan menakjubkan tentang malaikat-malaikat di dalam Firman Tuhan. Alangkah indahnya bahwa Tuhan dapat mencelikkan mata kita, meskipun kita pikir kita bisa melihat. Tuhan telah memberi kita mata jasmaniah untuk melihat dunia keindahan dan segala ragam warna. Namun mata kita terbatas. Kita hanya bisa melihat apa yang Tuhan ijinkan mata kita untuk melihat. Tetapi saya telah menemukan selama banyak tahun terakhir ini di dalam pelayanan bagi Tuhan, bahwa dunia rohaniah yang tidak terlihat ternyata jauh lebih nyata daripada yang terlihat. Apa yang kita lihat sekarang hanyalah untuk waktu terbatas. Segala sesuatu akan diubahkan dan selalu berubah. Hari ini kita melihat sesuatu yang bagus, misalnya sekuntum bunga dengan berbagai warna, dalam beberapa hari ia menjadi layu dan kemudian lenyap. Namun dunia rohaniah adalah kekal. Ia tidak dapat berubah, dan nyata adanya. Jika Tuhan berkenan, dan menjamah mata kita untuk melihat apa yang ada di dalam dunia rohaniah, maka kita akan sanggup menyaksikan betapa akbar dan perkasa Tuhan kita. Dan ada saat-saat di mana Tuhan melakukan itu, mencelikkan mata kita sehingga kita bisa melihat makhluk-makhluk sorgawi yang mulia itu. 

     Pertama kali saya pernah mengalami mendengar suara Tuhan secara jelas ialah pada suatu hari ketika saya berada di kota purba Yerusalem. Saya sedang duduk di sebuah kursi di dalam toko seorang tukang sepatu. Saya tengah sibuk menjahit sepatu. Saya mendengar dengan jelas suara Tuhan.

Itu bukan semacam impresi atau imaginasi. Saya mendengar dengan telinga saya, nama saya dipanggil. Tuhan menyampaikan kata-kata yang berikut dalam bahasa saya sendiri: "Samuel, Samuel, tinggalkan segala sesuatu dan Ikutlah Aku. Aku akan menjadikan engkau penjala manusia." Sudah tentu saya gemetar. Saya ketakutan. Saya lalu berlutut. Saya tak sengaja jatuhkan sepatu-sepatu ke lantai. 

Saya membungkuk di hadapan suara itu dan mulai menangis. Saya teringat mengatakan: "Tuhan, apa yang dapat saya lakukan? Saya berasal dari sebuah rumah tangga yang sedemikian miskinnya. Saya telah mengalami banyak pergumulan, kesukaran, ujian. Saya tidak mampu melanjutkan pendidikan. Saya harus putus sekolah, ketika baru saja memulai kelas 5. Apa yang dapat saya lakukan Tuhan?" Saya merasa ada kekeliruan. Mengapa mesti Tuhan memanggil saya? Bagaimana mungkin? Tapi saya mendengar suara itu kedua kali mengatakan: "Aku akan menjadikan engkau." Cepat-cepat saya katakan: "Tuhan, jika Engkau akan menjadikan saya, saya percaya Engkau. Betapa kecil yang saya punya, 100% adalah milikMu; pikiran saya, talenta saya, kekuatan saya, kemudaan saya, masa depan saya semuanya milikMu. Saya serahkan segalanya di atas mezbahmu, Tuhan." Dan bagi Tuhan segala Kemuliaan. Ia telah melakukan perkara-perkara ajaib sampai dengan hari ini.

     Saya begitu rindu bisa ikut di suatu Sekolah Alkitab. Di Yerusalem waktu itu tidak satupun. Jadi saya memimpikan Amerika. Saya telah bertemu dengan beberapa misionaris Amerika. Saya telah mendengar cerita-cerita yang fantastis tentang Amerika dari gembala Jemaat kami di Yerusalem. Ia lulusan Pasadena Nazarene College. Maka sepanjang hari saya memimpikan bisa datang ke negara Amerika yang diberkati itu. Saya mengira Amerika itu seperti sorga. Setiap kali saya berkesempatan berbicara dengan beberapa misionaris atau turis Amerika, saya punya harapan besar bahwa mereka akan berbuat sesuatu dan membawa saya ke Amerika. Tetapi semuanya itu mengecewakan. 

     Melalui sebuah jawaban bermujizat besar terhadap doa-doa, Tuhan memperkenan dibukanya sebuah Sekolah Alkitab di Yerusalem. Saya menceritakan hal itu secara rinci di dalam buku Kisah Hidup saya yang berjudul "MY LIFE BEGIN AT CALVARY" (Sudah terbit dalam bahasa Indonesia dengan judul "Kisah mengenai SAMUEL DOKTORIAN dimulai di KALVARI ...") Bagaimana Tuhan membuka Sekolah Alkitab itu dan bagaimana saya diterima, sebagai yang termuda dari 7 orang murid. Bagaimana Tuhan mencukupi segala kebutuhan saya di Sekolah Alkitab itu. Kembali, saya mempunyai harapan besar bahwa melalui Sekolah Alkitab ini, saya akan bisa sampai di Amerika.

     Dan suatu hari, sewaktu saya sedang berpuasa, dan tengah berdoa berlutut di dalam sebuah kamar yang kecil di Sekolah Alkitab, Tuhan datang dengan cara yang menakjubkan. Ia mengirimkan malaikat. Saya tidak pernah melihat malaikat sebelumnya, tidak pernah mendengar suara mereka. Inilah pertama kali dalam hidup saya, pada usia 16 menjelang yang ke-17. Malaikat Tuhan datang. Saya melihat dia. Ia berkata kepada saya: "Mari bersamaku, Samuel," Dengan rasa ketakutan bercampur sukacita, saya pergi bersamanya. Saya tidak tahu bagaimana terjadinya, sebab saya sedang berlutut, dan pada waktu yang sama, saya tahu saya sudah bersama malaikat itu. Saya pergi bersamanya (pastilah tentunya memang dia) dalam roh saya. Sewaktu saya berjalan bersama malaikat Tuhan, ia membawa saya ke dalam sebuah tempat sorgawi yang berkemuliaan, di mana saya menyaksikan jumlah orang banyak. Sewaktu saya sedang berdiri di belakang, saya dapat melihat takhta. Di atas takhta duduklah Juruselamat saya yang mulia, Tuhan Yesus. Ia Memanggil nama saya. Setiap orang berpaling ke arah saya untuk melihat siapakah si Samuel ini. Saya begitu kecil, saya merasa seperti seorang bocah saja. Sewaktu saya berjalan di situ, setiap orang memandangi saya. Saya berjalan agak ketakutan dan bergemetar, lalu jatuh di hadapan Tuhan. Tuhan berkata: "Aku telah mendengar doa-doamu. Aku akan menjawabmu. Aku akan membawamu ke Amerika." Dengan segera saya berucap: "Kapan, kapan Tuhan?" Ia katakan: "Tunggu dan kau akan lihat." Saya mengatakan: "Tapi Tuhan, saya tidak punya uang atau cara untuk ke sana." Tuhan menjawab saya: "Segala kekayaan adalah milikKu. Aku akan memberimu apapun yang kau perlukan." Saya memuji Dia, dan memuliakan namaNya. Kemudian malaikat Tuhan memberitahukan saya untuk kembali lagi bersamanya, dan saya lakukan. Ia membawa saya kembali ke kamar saya, di mana saya sedang berdoa sambil berlutut. Anda dapat bayangkan sukacita saya yang besar di samping kaget. Lama sekali saya tidak bisa bangun dari lutut saya. Saya terus memuji Tuhan seraya memuliakan namaNya yang agung. Mulai dari hari itu saya tidak pernah bertanyakan Tuhan lagi kapan saya akan pergi ke Amerika. Ia telah memberitahukan saya untuk "tunggu dan lihat". Ini terjadi sewaktu saya masih 16 tahun. 

     Pada tahun 1955, sewaktu saya berumur 25, hal berikut terjadi. Saya sudah lulus dari Hurlet Nazarene College di Skotlandia, di dekat Glasgow. Dihabiskan untuk pelayanan, saya telah melayani penginjilan. Tuhan memberkati pelayanan saya di mana-mana. Tuhan mewahyukan DiriNya secara sangat luar biasa. Di Kairo, Mesir, di tengah suatu ke bangunan rohani yang besar dan penuh kuasa, Tuhan membukakan jalan untuk ke Amerika. 

Ini yang pertama kali. Saya bisa memperoleh visa saya dari Konsulat Amerika di Port Said, Mesir. Saya terbang ke New York. Pada saat pesawat udara menyentuh landasan, kendati saya semestinya masih harus mengenakan sabuk pengaman pada pinggang saya, saya sudah berlutut dan memuji Tuhan untuk penggunaan dari janjiNya. Saya berada di Amerika untuk pertama kali. Saya berdoa agar Tuhan dapat memakai saya di benua Amerika yang besar dan luas ini. Sejak saat itu, saya telah sempat ke Amerika Serikat sebanyak 162 kali. Tuhan telah berfirman: "Tunggu dan lihat, Aku akan membawamu, Aku akan mencukupi setiap keperluan." Ia telah melakukannya. Terpujilah namanya! Sungguh pengalaman yang indah, bahwa Tuhan mau mengirimkan malaikat di Yerusalem, dan memberikan pada saya pengalaman yang diberkati ini.

     Sewaktu saya studi Di Skotlandia, saya adalah murid Armenia satu-satunya. Saya telah mempunyai kontak dengan salah seorang profesor saya, Pendeta Sidney Martin. Ipar laki-lakinya yang bernama Osmand akan menikah dengan seorang wanita Armenia dari Beirut, Libanon. Namanya Azadouhi diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, namanya berarti "Liberty" (Kemerdekaan). Maka dia dipanggil "Liberty" di Inggris. Sebagai seorang Armenia saya juga diundang ke pernikahan. Sungguh sebuah pernikahan Kristen yang sangat indah. Ketika berada di Inggris saya mendengar mereka mempunyai seorang anak. Tetapi anak itu tidak hidup lama dan meninggal. Tidak lama kemudian saya mendengar mereka mempunyai anak kembar. Kali ini salah satunya meninggal beberapa jam setelah dilahirkan. Anak yang satunya pun meninggal beberapa hari kemudian! Ini sungguh memilukan hati. 

     Setelah saya lulus dari Sekolah Tinggi Alkitab, saya melayani secara berkeliling sebagai seorang penginjil di banyak gereja. Terjadilah bahwa saya berada di sekitar tempat tinggal Saudara Osmand. Ketika saya dalam pelayanan di pelbagai gereja Methodist dan independen di daerah itu, mereka suami istri meminta saya tinggal di rumah mereka. 

     Pada suatu malam, setelah kebaktian, dikala kami sedang duduk di sekitar meja dapur mereka, Saudara James Osmand dan istrinya mengungkapkan kedukaan mereka pada saya. Mereka telah kehilangan anak-anak mereka itu. Dan yang paling sedih disampaikan oleh Liberty dengan linangan air mata ialah bahwa para dokter telah mengatakan sekarang tidak lagi ada harapan untuk anak-anak berikutnya. Ia katakan: "Saya sangat sedih saya telah kehilangan ketiga anak itu, tapi yang terburuk ialah saya tidak akan bisa mendapatkan anak lagi. Saya kepingin mempunyai anak." Sudah tentu, saya merasa sedih dengan mereka. Saya berdoa bersama mereka. Dan kira-kira pukul 11 malam kami pergi tidur. Saya ke kamar tidur saya di loteng. Saya sudah siap naik tempat tidur dan saya berlutut dulu untuk berdoa. Ketika saya tengah berdoa, tiba-tiba muncullah Malaikat Tuhan dan berdiri di depan saya di ruang tidur itu. Saya melihat dia dalam suatu terang benderang yang penuh. Wajah berkemuliaan dan senyum mengesankan. Ia datang dengan sebuah kitab gulungan di tangannya. Ia tidak berbicara kali ini. Ia membuka kitab gulungan itu dan saya membaca beritanya yang dari Tuhan. Beritanya jelas: "Pergilah dan katakan kepada anakKu, Aku akan memberinya seorang anak laki-laki tahun depan." Anda dapat bayangkan sukacita dan kegembiraan saya. Saya cepat-cepat mengenakan mantel luar saya dan lari ke bawah. Mereka rupanya masih di dapur sedang berbicara sambil menangis. Saudara James berupaya menghibur istrinya. Saya datangi dan dengan sangat girang berkata: "Liberty, saya punya berita untuk anda. Tuhan tadi mengirimkan malaikat ke kamar tidur saya." Ia kaget dan berteriak: "Apa? Malaikat? Di rumah ini?" Jawab saya: "Ya. Ia begitu saja masuk ke dalam kamar tidur sewaktu saya sedang berdoa. Dan inilah beritanya, Liberty. "Tahun depan anda akan mempunyai seorang anak laki-laki." Dapat anda bayangkan sukacita yang besar malam itu. Saya tidak lagi ingat pukul berapa kami pergi tidur, tapi kami semua bersukacita dan memuji Tuhan untuk berita menggembirakan yang telah dibawakan malaikat. Tepat setahun kemudian seorang anak laki-laki yang montok dilahirkan. 

     Setelah itu saya sempat kembali ke Yerusalem dan ke negara-negara Timur Tengah melayani khotbah kepada ribuan orang. Dan 18 tahun kemudian saya berada di Inggris menghadiri salah satu persekutuan dari konvensi doa bersama Saudara James Osmand. Ia adalah satu ko seluruh di situ, dan juga salah seorang pembicara Alkitab. 

Mereka begitu gembira mengundang saya ke konvesi itu. Namun sukacita terbesar mereka ialah untuk saya bertemu dengan putera mereka, kesayangan mereka. Malaikat Tuhan telah membawakan berita itu bahwa ia akan dikaruniaikan kepada keluarga ini. Ia berusia 18 tahun. Kegembiraan saya yang paling besar ialah bahwa ia telah menyerahkan hidupnya kepada Tuhan. Ia seorang Kristen yang berdedikasi. Betapa girang menemui dia, memeluk dia, mencium pipinya dan memuji Tuhan untuk penggenapan berkemuliaan dan indah dari berita yang dibawakan malaikat kepada saya di dalam kamar tidur saya malam itu 18 tahun yang lalu. Haleluya!

Sewaktu saya mendiktekan kisah dalam buku ini mengenai para malaikat, saya tengah mengadakan perjalanan dengan kereta api di padang gurun Australia. Tuhan telah memungkinkan saya dalam perjalanan itu selama 3 hari dari Sydney ke Perth.

Ini hari yang kedua. Saya sedang berada di tengah padang gurun, menjelajahi ribuan kilometer. Di kiri dan kanan semuanya tanah yang tandus. Tetapi sungguh indah saya mendapatkan kesempatan ini untuk mendiktekan isi buku ini. 

Saya tidak diganggu janji-janji ataupun telepon, dan tiada lain untuk dikerjakan kecuali menyiapkan buku ini. Beberapa Alkitab ada di sekitar saya, juga alat perekam saya, dan Tuhan Sendiri menyertai saya di kabin kereta api yang kecil ini. Saya tengah diingatkan tentang pengalaman dengan Tuhan yang diperkenankanNya lewat makhluk-makhluk sorgawi yang melayani. 

Saya teringat Kisah Para Rasul 8:26. Tuhan memakai Filipus dengan cara sangat ajaib. Ia adalah salah seorang dari 7 diaken, bukan seorang penatua, tetapi yang dipilih langsung oleh jemaat. Para rasul menumpangkan tangan atas mereka, orang-orang yang terkenal baik dan penuh Roh Kudus. Mereka adalah Stefanus, Filipus, Prokhorus, Nikanor, Timon, Parmenas dan Nikolaus (Kisah Para Rasul 6:1-7). Roh Tuhan telah membawa Filipus kepada daerah yang paling sulit untuk bekerja di antara orang-orang yang paling sukar pula, yakni orang Samaria. Kemudian kebangunan rohani yang penuh kuasa terjadi di antara orang-orang Samaria. Ayat 8 dari pasal 8 menyatakan: "Maka sangatlah besar sukacita dalam kota itu." Karena mujizat-mujizat terjadi, maka roh-roh najis dengan teriakan suara yang keras, keluar dari banyak orang yang dirasuk, dan banyak juga orang lumpuh dan orang timpang yang disembuhkan. Mujizat-mujizat yang demikian perkasa terjadi di Samaria. 

Sudah tentu, kita akan berpikir bahwa Filipus semestinya tinggal beberapa hari dan minggu di situ. Namun ketika berita tentang kebangunan rohani itu terdengar oleh para rasul di Yerusalem, Petrus dan Yohanes cepat-cepat pergi untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi di sana. Mereka sendiri sangat kegirangan. Mereka menumpangkan tangan atas orang-orang Samaria, dan mereka itu menerima baptisan Roh Kudus dan Api. Di tengah kebangunan rohani yang sedemikian itu, seorang malaikat Tuhan datang kepada Filipus dan berkata (ayat 26): "Bangunlah dan berangkatlah ke sebelah Selatan, menurut jalan yang turun dari Yerusalem ke Gaza. Lalu berangkatlah Philipus." Dikatakan begitu jelas bahwa seorang malaikat, makhluk sorgawi, muncul kepada Filipus. Filipus melihat dia dengan jelas dan mendengar suaranya. Malaikat memberinya sebuah perintah dan mengirimkannya ke alamat yang tepat. 

Ia memberitahukannya secara jelas ke arah mana ia harus pergi, dari Yerusalem ke Gaza, lalu ke sebuah daerah gurun. Saya cenderung untuk juga percaya,  bahwa Roh Kudus dengan cara yang ajaib, mentransportasikan Filipus dari bagian daerah Utara, yang adalah Samaria, ke bagian daerah selatan, dalam perjalanan ke Gaza, yang ada adalah padang gurun. Kita tahu sisa ceritanya, bagaimana Tuhan secara menakjubkan mengubah kehidupan sida-sida Ethiopia itu. Ia sudah pergi ke Yerusalem untuk beribadah, namun ia sedang menuju kembali ke Ethiopia dalam keadaan belum diselamatkan. Ia belum menemukan Kristus. Roh Tuhan memakai Filipus untuk mencelikkan mata rohaninya, untuk mempercayai Yesus, dibaptiskan dan untuk kembali ke Etiopia dengan penuh sukacita. 

     Segera setelah saya lulus dari Bible College di Skotlandia, Tuhan membukakan banyak pintu. Ia memberkati berbagai pelayanan dan banyak gereja yang mengundang saya. Bukan hanya dari satu denominasi tertentu, seperti gereja Nazarene, tetapi juga dari banyak yang lainnya. Banyak gereja meminta diadakan kebaktian kebangunan rohani (KKR). Antara lain yang Tuhan berikan kesempatan ialah di kalangan Bala Keselamatan, Gereja Methodist, Gereja Presbiterian, Gereja Kekudusan, dan sebagainya. Untuk berbulan lamanya pelayanan saya sudah dijadwal. 

     Pada suatu ketika saya tengah dalam perjalanan ke kota Perth di Skotlandia. Saya sedang duduk di sebuah kabin kereta api sendirian. Saya tengah memuji Tuhan, bersukacita, dan berharap terjadinya kegerakan Tuhan yang besar di Perth. 

Tiba-tiba saja seorang malaikat Tuhan datang langsung di kereta api itu, dan berkata kepada saya dengan perkataan Tuhan Sendiri: "Apa yang kau lakukan di Skotlandia?" Jawab saya: "Tuhan saya dalam pelayanan kotbah. Engkau membuat saya sangat sibuk. Dan Engkau memberkati pelayanan saya." Ia katakan: Samuel, kau mesti kembali dengan segera ke Yerusalem. Aku mempunyai pekerjaan bagimu di negara-negara sekitar sana." Saya membungkuk di hadapan Tuhan dan berkata: "Saya siap menaati Engkau dengan segera." Saya tidak pernah akan lupa, saya lalu duduk dan menulis 33 surat dengan tangan dan kemudian memposkan semuanya. Saya membatalkan semua pelayanan yang sudah lebih dulu dijadwal di Skotlandia. Saya mematuhi pesan Tuhan melalui malaikatNya yang datang di kereta api agar saya kembali ke Yerusalem. 

     Saya segera menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan, lalu kembali ke Beirut di Libanon. Lewat banyak kesukaran, saya lanjutkan ke Damaskus, Amman dan kemudian Yerusalem. Ini terjadi pada tahun 1951. Israel telah menjadi sebuah Bangsa, dan masih ada garis pemisah di tanah Palestina. Satu sisi dari Yerusalem adalah Israel, dan sisi yang lainnya milik kerajaan Yordania. Kami berada di bagian lama dari Yerusalem yang adalah di sisi Yordania. 

Rumah kami yang dulu sebelum saya meninggalkan Yerusalem ada di Lembah Henom, tetapi sekarang itu adalah daerah tidak bertuan. Satu sisi adalah Israel, sisi lainnya milik orang-orang Arab. Rumah kami terletak di tengah-tengah. Kami tidak dapat pergi ke sana. Saya hanya dapat melihatnya dari tembok Yerusalem. Kedua orang tua saya tinggal di sebuah pemukiman miskin di lingkungan Coptic, dalam satu ruang yang kecil. Mereka berharap setiap minggu bahwa mereka akan bisa kembali ke rumah mereka lagi di Lembah Henom. Saya beritahukan mereka bahwa mereka lebih mengetahui. Mereka mengetahui ayat-ayat Alkitab. Mereka tahu segala nubuatan mesti digenapi. Seluruh Yerusalem akan kembali kepada Israel. Kami tidak semestinya memikirkan untuk kembali ke Lembah Henom itu. 

     Saya  memulai pelayanan di Yerusalem. Roh Kudus pun bekerja dengan penuh kuasa. Dan saya berkesempatan pergi ke ibukota Yordania yaitu Amman, dan selama 1 tahun melayani di sana. Banyak orang yang menerima Kristus. Bukan hanya mereka orang-orang Armenia yang saya memang layani, tetapi Tuhan juga mulai membuka pintu di antara orang-orang Yordania, Palestina, dan gereja-gereja Arab lainnya. Kebangunan rohani terjadi dan Tuhan secara ajaib memanggil saya keluar dari pelayanan penggembalaan kepada penginjilan. Ia memimpin saya kepada setiap negara dari Negeri-negeri Alkitab (Bible Lands) dan mempercayakan saya dengan beribu-ribu jiwa yang berharga yang sempat saya menangkan bagi Kerajaan Kristus. 

Bagi Tuhan segala Kemuliaan, bahwa saya menaati panggilanNya lewat malaikat Tuhan di kereta api itu dalam perjalanan saya ke Perth.

     Salah satu peristiwa sangat penting dalam kehidupan Rasul Paulus ialah ketika ia dalam perjalanan menuju Roma. Cobaan luar biasa datang dankapal pun karam. Tetapi Paulus dan mereka yang berada di kapal itu selamat. Kita dapat membaca kisah yang menakjubkan ini secara rinci di dalam Kisah Para Rasul pasal 27. Bagian peristiwa yang ingin saya sebutkan ialah bagaimana malaikat Tuhan datang ke sisi Paulus dan berbicara kepadanya. Saat itu bukan saja kapal mereka kandas, tapi juga nyawa mereka terancam. Dan dalam ayat-ayat 22-25 Paulus berseru kepada semua mereka yang tengah mengalami bahaya besar, katanya: "Tetapi sekarang, juga dalam kesukaran ini, aku menasihatkan kamu, supaya kamu tetap bertabah hati, sebab tidak seorangpun diantara kamu yang akan binasa, kecuali kapal ini. Karena tadi malam seorang malaikat dari Tuhan, yaitu dari Tuhan yang aku sembah sebagai milikNya, berdiri di sisiku, dan ia berkata: Jangan takut, Paulus! Engkau harus menghadap Kaisar; dan sesungguhnya oleh karunia Tuhan, maka semua orang yang ada bersama-sama dengan engkau di kapal ini akan selamat karena engkau. Sebab itu tabahkanlah hatimu, saudara-saudara! Karena aku percaya kepada Tuhan, bahwa semuanya pasti terjadi sama seperti yang dinyatakan kepadaku." 

     Sungguh suatu keselamatan yang luar biasa indahnya! Tuhan selaku Pencipta yang akbar dan perkasa dari langit dan bumi, melihat salah seorang hambaNya sebagai bejana yang terpilih, dalam keadaan bahaya besar. Ke kapal itu Ia mengirimkan seorang malaikat. Malaikat itu berbicara secara jelas kepada hamba Tuhan itu Paulus, menabahkannya, memberinya berita yang baik tentang keluputan, dan nubuatan bahwa ia harus sampai di Roma dan menjadi seorang saksi di hadapan Kaisar. Lalu rasul Paulus menyampaikan berita itu kepada semua mereka yang ada di atas kapal. Dan ia mengatakan sebuah pernyataan yang meyakinkan: "aku percaya kepada Tuhan." Sebuah Pengakuan yang mulia! Adalah jauh lebih baik mempercayai Tuhan daripada tidak percaya padaNya. Jauh lebih indah untuk memiliki iman daripada memiliki kebimbangan. Alangkah berkatnya untuk mempunyai daripada kehilangan. Dan betapa kayanya serta keuntungan yang berlimpah jika memiliki hidup ketimbang maut. Menjadi seorang percaya pada Tuhan merupakan pengalaman terbesar yang kita bisa dipunyai seseorang. Dan Paulus juga mengatakan: "bahwa semuanya pasti terjadi sama seperti yang dinyatakan kepadaku." Dan persis itulah yang telah terjadi.

     Dalam kehidupan saya sendiri, terjadilah pengalaman ajaib ketika saya mengadakan perjalanan bagi Tuhan beberapa tahun yang lalu bersama dengan istri saya yang terdahulu Naomi dan putera sulung saya Paul. Kami terbang dari Beirut di Libanon ke Roma. Di Roma kami mengganti penerbangan dan menggunakan Pan American DC 7. Mereka menyebutnya "Super C" Kami sedang dalam penerbangan dari Roma menuju Brussels, lalu kami akan melanjutkan lagi ke New York, dari sana ke Chicago di mana kami akan diantar dengan mobil ke South Bend di Indiana. Saya dijadwalkan berkhotbah di sebuah gereja yang bagus, United Missionary Church. Saya harus sudah berada di sana pada petang hari sebelum Tahun Baru. Itu yang telah saya janjikan, untuk berkhotbah malam itu, lalu melanjutkan lagi beberapa hari mengadakan KKR di gereja tersebut. 

     Segala sesuatu dimulai dengan baik. Pesawat tinggal landas dengan lancar. Pilot juga kemudian memberitahukan tentang keadaan penerbangan, ketinggian dan kecepatan yang sedang ditempuh pesawat, dan juga pukul berapa kami akan mendarat di Brussels, Belgia. Sambil mendengarkan pilot itu saya berkata: "Cara dia berbicara begitu yakin dan pasti bahwa kita akan sampai di sana." Alkitab mengajarkan pada kita, bahwa apa saja yang kita lakukan, harus kita katakan, "jika Tuhan menghendaki." Orang-orang ini rupanya begitu yakin diri.

     Putera saya Paulus sedang duduk di pangkuan saya. Ia baru saja berumur kurang dari 2 tahun. Kami Tengah menyanyi bersama lagu yang manis,  "Haleluya, Yesus akan datang, Ia akan datang kembali." Para pramugari mulai melayani dengan makanan. Baru saja kami bernyanyi, tiba-tiba saya mendengar bunyi sirene. Bunyinya menjadi semakin kuat.

     Pemikiran saya pertama-tama: adakah ini sangkakala yang kita baca di dalam Alkitab? Apakah Yesus tengah datang kembali? Jauh tinggi di udara kami dapat mendengar suara sirene yang kuat ini, dan beberapa detik kemudian, sebuah ledakan hebat terjadi. Pesawat goncang di tengah udara.

Semua orang berteriak dan ada yang menjerit. Ketika saya melihat keluar lewat jendela, kegelapan yang pekat menyelimuti udara di luar, ebab saat itu sudah malam hari. 

Salah satu mesin pesawat rupanya meledak, dan terbakar, tanpa bisa dikendalikan. Kobaran apinya dapat terlihat di sebelah jendela. Setiap orang sibuk berdoa, baik orang percaya maupun bukan. 

     Dalam suatu pengalaman terbaik seperti itu, setiap jiwa  berteriak kepada suatu sumber yang tertinggi untuk minta pertolongan. Tentu saja, kami menjadi takut. Istri saya terlebih lagi. Kami mulai berseru; sambil memikirkan apa yang sesungguhnya akan terjadi pada kami sekarang. Hanya satu percikan api yang kecil saja bila menyentuh BBM (bahan bakar minyak) yang terdapat pada sayap pesawat, akan bisa meledakkan sebuah pesawat di udara. Kami semua bisa hancur tercabik-cabik.

     Saya mulai berdoa dan tiba-tiba suatu roh pujian datang pada saya. "Tuhan," ujar saya, "saya berterimakasih dan memuji Engkau bahwa istri dan putera saya ada bersama-sama dengan saya. Sekiranya kami mati, kami akan mati bersama-sama." Kemudian saya katakan: "Tuhan, saya bersyukur padaMu, bahwa saya telah berbuat yang terbaik bagiMu sampai dengan tadi malam.

Di dalam gereja di mana saya berkhotbah di Beirut, saya lah yang terakhir meninggalkan gedung gereja. Saya sempat berdoa dengan banyak orang. Saya telah berbuat yang terbaik." Lalu ucap saya lagi: "Tuhan, alangkah saya berterimakasih bahwa kami tidak perlu menyiapkan diri lagi sekarang untuk ke sorga. Kami sudah siap." Sebelum kami memasuki pesawat kami telah menyerahkan kehidupan kami kepada Tuhan. Absen dari jasmani, kami akan present (hadir) bersama Tuhan.

Sewaktu saya memuji Tuhan sedemikian, mendadak iman yang kuat muncul dalam hati saya. Kenapa saya menjadi takut? Tuhan tokh belum usai dengan diri saya. Ada begitu banyak yang mesti dilakukan. Tuhan saya itu perkasa. Ia dapat meluputkan kami dari kobaran api yang dahsyat ini.        Ada seorang dokter yang duduk di sebelah saya. Ia rupanya berkebangsaan Turki. Ia menangis seperti anak kecil. Ia katakan: "Aku putera tertua dari ibuku. Jika ibuku mendengar bahwa aku terledak berkeping-keping di udara, ia bisa menjadi gila." Dan ada dua orang suster Katolik di belakang saya. Mereka juga berdoa "Oh Maria, beritahukan Yesus, tolong Maria" Setiap pria dan juga wanita semuanya berdoa kepada Tuhan.

      Saya melepaskan sabuk pengaman yang mengikat pinggang saya. Saya lalu berdiri. Naomi bertanya: "Mau pergi ke mana?" Pada saat itu pilot mengumumkan agar semua penumpang mengenakan sabuk pengaman masing-masing, melepaskan sepatu mereka, dan menaruh kepala diantara kedua lutut masing-masing. Kami akan mencoba untuk mengadakan pendaratan darurat di laut. Kami tidak dapat pergi ke Brussels dan juga tidak bisa kembali lagi ke Roma. Ia mengatakan tidak ada bandara lain yang dekat yang terjangkau, jadi kami mesti berupaya mendarat darurat, dan mengharapkan yang terbaik. 

     Saya pergi ke bagian depan pesawat, mendapatkan tempat untuk bebas sendirian, lalu berseru kepada Tuhan, "Tuhan Yesus," seru saya, "Begitu banyak orang yang mencoba membunuh saya di Timur Tengah. Musuh-musuh Kekristenan membenci saya, Engkau telah mempercayakan saya dengan kebaktian-kebaktian besar di Damaskus, Amman, Kairo, dan Beirut. Nanti musuh-musuh itu akan mendengar bahwa saya terledak dengan pesawat berkeping-keping. Tentunya mereka akan kegirangan, oh Tuhan." Saya lanjutkan berdoa: "Tuhan, ada begitu banyak hal yang telah Engkau katakan kepada saya, saya belum menyampaikannya kepada siapapun. Engkau belum pula melaksanakannya. Ada begitu banyak yang masih perlu dilakukan. Tentunya Engkau tidak menghendaki saya untuk mati sekarang." Lalu saya katakan: "Oh Tuhan, Engkaulah Tuhan nya Sadrakh, Mesakh dan Abednego. Sebagaimana Engkau meluputkan mereka dari perapian yang menyala-nyala dahsyat di Babel, Engkau dapat meluputkan saya dari keadaan ini."     

     Saudara-saudara para pria, di saat saya menceritakan bagian kisah ini, saya gemetar dengan sukacita karena apa yang sesungguhnya terjadi pada ketika itu. Ada tangan yang menepuk bahu saya lalu memegang saya. Sudah tentu pertama sekali saya pikir, entah pramugara atau pramugari, atau co-pilot atau insinyur pesawat atau seseorang yang ingin memberitahu saya supaya saya kembali duduk. Saya menoleh lalu melihat ke sekeliling, ternyata tidak ada siapapun di situ. Namun saya masih bisa merasakan pegangannya. Sungguh menakjubkan. Tuhan atau malaikat Tuhan berbicara dan saya dapat mendengar suaranya mengatakan: "Samuel, Aku akan menyelamatkan kamu dan semua mereka di dalam pesawat ini, Aku akan meluputkan kamu dari kebakaran ini."

     Oh Haleluya! Saya segera kembali ke ruang para penumpang. Saya sangat gembira. Saya memuji-muji Tuhan. Dengan kegirangan yang amat sangat, saya sampaikan kepada setiap mereka yang ada di pesawat: "Janganlah takut, Tuhan baru saja tadi mengungkapkan Diri-Nya. Saya dapat merasakan kehadiranNya dan Ia katakan bahwa semua kita akan luput dari bahaya ini. Tidak akan terjadi apa-apa pada kita." Dokter Turki dengan linangan air mata berkata: "Tetapi lihat, kobaran apinya bertambah besar." Saya katakan: "Saya tidak melihat melalui jendela itu. Saya tengah melihat melalui jendela iman. Anda akan  mengalami tangan perkasa Tuhan, dan keluputan akan pasti terjadi."

     Sewaktu saya menabahkan orang-orang itu, sambil bersukacita dengan berita dari Tuhan, tiba-tiba secara seketika, tangan perkasa Tuhan menjamah mesin yang sedang terbakar itu yang terlihat di sebelah jendela. Mesin yang masih dengan kobaran api itu, dengan baling-balingnya yang berputar tak karuan, mendadak terlepas dan jatuh. Seluruh mesin itu sama sekali lepas dari pesawat. Dan semua kotoran api itu pun terbawa dengan mesin itu. Anda semestinya dapat melihat ekspresi kegembiraan setiap mereka disertai dengan tepuk tangan dan pujian yang meluap-luap. Co-pilot dan insinyur pesawat kemudian datang sambil berlari. Dan dengan lampu senter di tangan mereka, mereka melihat keluar melalui jendela dekat kami. Mereka tidak dapat memahami apa yang telah terjadi. Saya lalu katakan: "Tangan yang perkasa, tangan Yesus Kristus yang telah bangkit telah menjamah mesin itu dan membuatnya jatuh dari sayap pesawat." 

      Dengan segera pilot kami dapat menaikkan kembali pesawat pada suatu ketinggian tertentu. Kami tidak perlu lagi mendarat darurat di laut. Sudah tentu ia mengirimkan berita radio ke bandara di Roma. Ia mengumumkan bahwa kami akan kembali menuju Roma. Kami tidak sampai di Brussels pada waktu yang seperti telah ia katakan kami akan tiba! Bandara di Roma telah dipersiapkan bagi suatu pendaratan darurat, kalau-kalau terjadinya kebakaran pula. Para pemadam kebakaran dengan segala jenis mobil dan peralatan mereka sudah bersiap. Banyak pula wartawan sudah di situ. Semua para pejabat bandara di Roma itu berada di landasan ingin menyaksikan pendaratan pesawat naas yang kami tumpangi. Mereka sudah mendengar berita buruk yang kami alami. Akhirnya kami tiba dan mendarat dengan selamat. Semua kami menangis terharu bercampur sukacita. Kami semua serentak bertepuk tangan. Saya juga sudah tentu bertepuk tangan namun kepada Tuhan dari segala yang dipertuan dan Raja atas segala raja. 

     Sewaktu kami berjalan keluar dari pesawat dan memijakkan kaki kami di atas tanah, dua orang perwira Amerika dari pasukan marinir, saya tidak akan pernah lupa, datang dan menjabat tangan saya. Mereka lalu merangkul saya. Yang seorang meletakkan kepalanya pada salah satu bahu saya, dan yang lainnya pada bahu yang satunya. Mereka terisak dan mengatakan: "Kita sesungguhnya telah mengalami mukjizat hari ini. Bagi Tuhan segala Kemuliaan." Dan banyak para penumpang yang tidak mau melanjutkan terbang lagi. Mereka ketakutan. Tetapi seusai 4 jam beristirahat, saya membujuk sebanyak mereka yang masih mungkin. Kami berhasil mendapatkan pesawat lain, lalu meneruskan penerbangan kami ke Brussels, New York dan sampai di Chicago. Saya pun berhasil tiba dan masih tepat waktu sesuai dengan janji saya. Pada waktu tiba di bandara Chicago seorang saudara yang kekasih menjemput kami. Ia rupanya sengaja membeli koran Chicago. Lalu ia tunjukkan pada berita utama di halaman muka, dan tanyanya: "Samuel, apa anda dengar tentang sebuah pesawat yang mesinnya meledak di udara, lalu terbakar, dan bagaimana karena suatu mujizat semua penumpangnya selamat. Lihat, ada di sini dalam berita halaman utama." Saya tersenyum dan menjawab: "Saudaraku yang kekasih, kami justru ada di dalam pesawat itu." Ketika saya membaca berita itu lebih lanjut, dilaporkan bahwa mesin pesawat itu jatuh di suatu pantai di Italia. Mesin itu terbakar terus sehingga beberapa jam kemudian. Itu merupakan sebuah keheranan besar.

     Tuhan telah mengirimkan malaikatNya ke sebuah pesawat yang sedang terbakar dan menyelamatkan kami. Semenjak hari itu, Tuhan telah menggenapi apa yang telah dijanjikanNya pada saya di taman Getsemani. Pada malam hari ketika saya luangkan waktu 9 jam dalam doa. Tuhan telah tetap mempermuliakan Nama-Nya dan masih ada begitu banyak hal yang kelak terjadi. Haleluya!


Bersambung ...