ANATOMI DAN FISIOLOGI KEMATIAN AKIBAT PENYALIBAN
Oleh dr. C. Truman Davis,
yang dipublikasikan di New Wine Magazine.
#Indra_Karubaba
Penyaliban, metode eksekusi fatal yang lambat dan sangat menyakitkan di mana korban diikat atau dipaku ke balok kayu besar dan dibiarkan menggantung selama beberapa hari sampai akhirnya mati karena kelelahan dan Asfiksia (sesak nafas), penyaliban diduga diciptakan oleh orang-orang Persia pada tahun 300 SM, dan disempurnakan oleh orang-orang Romawi pada tahun 100 SM. Jutaan orang Kristen pada minggu Paskah akan berpikir tentang penderitaan (Yesus Kristus) dan kematian-Nya di kayu Salib.
Berikut ini detail-detail anatomi dan fisiologi kematian akibat Penyaliban yang dikumpulkan dalam penyelidikan Dr. C. Truman Davis, yang dipublikasikan di New Wine Magazine.
1. Ini adalah kematian yang paling menyakitkan yang pernah diciptakan manusia, di mana kita mendapatkan istilah excruciating (“siksaan yang luar biasa”).
2. Disiapkan khususnya untuk penjahat laki-laki yang paling jahat. Yesus menolak anggur anestesi yang ditawarkan kepada-Nya oleh tentara Romawi karena janji-Nya dalam Matius 26:29, “Dan Aku berkata kepadamu, bahwa sejak sekarang Aku sama sekali tidak akan minum dari hasil anggur ini sampai hari itu, ketika Aku meminum yang baru, bersama kamu di dalam kerajaan Bapa-Ku.”
3. Yesus ditelanjangi dan pakaian-Nya dibagi-bagi oleh para penjaga Romawi. Ini adalah penggenapan Mazmur 22:18, “mereka membagi-bagi jubahku di antara mereka, dan membuang undi untuk pakaianku.”
4. Penyaliban Yesus memberi “jaminan” akan kematian yang mengerikan, lambat, dan menyakitkan. Setelah dipaku di kayu Salib, Yesus mendapat posisi anatomi/tubuh yang mustahil untuk dipertahankan.
5. Lutut Yesus ditekuk sekitar 45 derajat, dan Dia dipaksa menanggung berat badan-Nya dengan otot-otot paha-Nya, ini bukan merupakan posisi anatomi yang mungkin untuk dipertahankan selama lebih dari beberapa menit tanpa mengalami kram parah pada otot-otot paha dan betis.
6. Berat badan Yesus ditanggung di kaki-Nya, dengan paku yang dipasakkan menembus kaki-kaki-Nya. Sementara kekuatan otot-otot paha dan betis Yesus melemah karena kelelahan, berat tubuh-Nya harus dipindahkan ke pergelangan tangan-Nya, lengan-Nya, dan bahu-Nya.
7. Dalam beberapa menit setelah dipakukan di kayu Salib, bahu-bahu Yesus mengalami dislokasi (terlepas). Beberapa menit kemudian siku-siku dan pergelangan tangan Yesus dislokasi.
Akibat dislokasi ekstremitas (anggota tubuh) bagian atas ini akibatnya adalah lengan-Nya 23 cm lebih panjang dari ukuran normalnya, seperti yang ditunjukkan pada Kain Kafan Yesus.
8. Hal ini menggenapi nubuat dalam Mazmur 22:14, “Seperti air Aku tercurah, dan segala tulang-Ku terlepas (Ibrani: parad; terlepas, terpisah) dari sendinya; hati-Ku (Ibrani: leb; jantung) menjadi seperti lilin, hancur luluh di dalam dada-Ku.”
9. Setelah kedua pergelangan tangan Yesus, siku dan bahu-Nya dislokasi, berat tubuh-Nya pada tungkai atas-Nya menyebabkan gaya-gaya tarikan pada otot-otot Pectoralis Mayor (otot dada) dari rongga dada-Nya.
10. Gaya-gaya tarikan ini menyebabkan tulang rusuk-Nya tertarik ke atas dan ke arah luar, dalam kondisi yang paling tidak wajar. Rongga dada-Nya secara permanen berada dalam posisi inspirasi (tarikan) pernafasan maksimal. Untuk mengeluarkan nafas, Yesus secara fisiologis harus memaksa tubuh-Nya.
11. Untuk mengeluarkan nafas, Yesus harus mendorong paku di kaki-Nya untuk mengangkat tubuh-Nya, supaya memungkinkan tulang rusuk-Nya bergerak ke bawah dan ke dalam untuk mengeluarkan udara dari paru-paru-Nya.
Paru-paru-Nya berada pada posisi istirahat dari inspirasi (tarikan nafas) maksimal secara konstan. Penyaliban merupakan suatu bencana medis.
12. Masalahnya adalah bahwa Yesus tidak bisa dengan mudah menekan pada paku di kaki-Nya karena otot-otot kaki-Nya, yang ditekuk pada posisi 45 derajat, sangat kelelahan, dalam kondisi kram parah, dan dalam posisi anatomis yang sangat tidak wajar.
13. Tidak seperti semua film-film Hollywood tentang Penyaliban dimana sang aktor diam tak bergerak, korban Penyaliban sesungguhnya akan bergerak sangat aktif.
Korban yang disalibkan itu secara fisiologis dipaksa untuk bergerak ke atas dan ke bawah pada tiang Salib, dengan jarak sekitar 30 cm, hanya supaya bisa bernafas.
14. Proses respirasi (pernafasan) menyebabkan rasa sakit yang luar biasa, dengan ancaman mutlak Asfiksia (sesak nafas).
Sementara enam jam Penyaliban berlalu, Yesus semakin dan semakin tidak mampu menopang berat badan-Nya di kaki-Nya, sementara otot-otot paha dan betis-Nya menjadi semakin kelelahan. Ada peningkatan dislokasi (terlepasnya) kedua pergelangan tangan-Nya, siku-Nya dan bahu-Nya, dan elevasi lebih lanjut dari rongga dada-Nya, membuat nafas-Nya semakin lama semakin sulit. Dalam beberapa menit setelah Penyaliban, Yesus menjadi sangat dipsnue (nafas cepat dan pendek).
15. Gerakan Yesus ke atas dan ke bawah pada tiang Salib untuk bernafas menyebabkan rasa sakit yang luar biasa pada kedua pergelangan tangan-Nya, kaki-Nya, dan siku-Nya dan bahu-Nya yang dislokasi (terlepas).
16. Gerakan-Nya menjadi semakin berkurang dan berkurang sementara Yesus menjadi semakin kelelahan dan kesakitan, tapi ancaman kematian mendadak karena Asfiksia (sesak nafas) memaksa-Nya untuk melanjutkan usaha-Nya untuk terus bernafas.
17. Otot-otot ekstremitas bawah Yesus menimbulkan kram yang sangat menyiksa karena usaha menekan pada kaki-Nya, untuk menaikkan tubuh-Nya, supaya Ia bisa menghembuskan nafas, dalam posisi anatomis mereka yang sangat tidak wajar.
Rasa sakit dari kedua saraf tengah-Nya yang hancur di pergelangan tangan-Nya meledak pada setiap gerakan.
18. Yesus berlumuran darah dan keringat.
Darah ini adalah akibat pencambukan (didera) yang hampir membunuh-Nya, dan keringat ini adalah akibat upaya paksa dengan kekerasan untuk mengeluarkan udara dari paru-paru-Nya.
Sepanjang semua peristiwa ini, Yesus benar-benar dalam keadaan telanjang, dan para pemimpin Yahudi, orang banyak, dan pencuri di kedua sisi-Nya mencemooh, mencaci-maki dan mentertawakan Dia. Selain itu, ibu Yesus sendiri sedang menyaksikan-Nya.
19. Secara fisiologis, tubuh Yesus menjalani serangkaian peristiwa-peristiwa bencana dan terminal.
Karena Yesus tidak bisa mempertahankan ventilasi yang memadai pada paru-paru Nya, Dia sekarang memasuki kondisi Hipoventilasi (ventilasi tidak memadai).
Tingkat oksigen dalam darah-Nya mulai turun, dan Ia mulai mengalami Hipoksia (oksigen darah rendah). Selain itu, karena gerakan pernafasan-Nya terbatasi, tingkat karbon dioksida (CO2) darah-Nya mulai meningkat, kondisi yang dikenal sebagai Hiperkapnia.
Meningkatnya kadar CO2 ini menstimulasi jantung-Nya berdetak lebih cepat untuk meningkatkan suplai oksigen.
20. Pusat pernafasan di otak Yesus mengirim pesan mendesak kepada paru-paru-Nya untuk bernafas lebih cepat, dan Yesus mulai tersengal-sengal.
21. Refleks fisiologis Yesus menuntut Dia mengambil nafas lebih dalam, dan Dia tanpa sadar bergerak naik turun pada tiang Salib jauh lebih cepat, meskipun rasa sakit yang luar biasa. Gerakan menyiksa ini secara spontan terjadi beberapa kali per menit, untuk menyenangkan orang banyak yang mencemooh-Nya, para prajurit Romawi, dan Sanhedrin.
22. Namun, karena Yesus dipakukan ke tiang Salib dan kelelahan-Nya yang semakin meningkat, Dia tidak mampu memberikan lebih banyak oksigen kepada tubuh-Nya yang sangat kekurangan oksigen.
23. Akibat terjadinya Hipoksia (terlalu sedikit oksigen) dan Hiperkapnia (terlalu banyak CO2) secara bersama-sama ini menyebabkan jantung-Nya berdetak semakin cepat dan lebih cepat, dan Yesus masuk pada tahap Takikardia (denyut jantung sangat cepat secara berlebihan).
24. Jantung Yesus berdetak semakin cepat dan lebih cepat, dan denyut jantung-Nya mungkin sekitar 220 denyut/menit, jumlah maksimum yang masih bisa ditahan.
25. Yesus belum minum apa-apa selama 15 jam, sejak petang hari pukul 18:00 malam sebelumnya. Yesus telah mengalami hukuman cambuk, yang hampir membunuh-Nya.
Dia mencucurkan darah dari seluruh tubuh-Nya setelah pencambukan, mahkota duri, paku-paku di pergelangan tangan dan kaki-Nya, dan laserasi (tercabik-cabik) menyusul pemukulan-pemukulan dan jatuh-Nya. Ini menggenapi nubuat Yesaya 52:14 “Ketika banyak orang tertegun atasmu, –keburukan rupa-Nya lebih daripada manusia mana pun, dan keburukan bentuk-Nya lebih daripada anak manusia.”
25. Yesus sudah sangat dehidrasi, dan tekanan darah-Nya turun drastis secara mengkhawatirkan.
26.Tekanan darah-Nya mungkin sekitar 80/50.
Dia mengalami Shock Tingkat Pertama, dengan Hipovolemia (volume darah rendah), Takikardia (detak jantung sangat cepat secara berlebihan), Takipnue (tingkat pernafasan sangat cepat secara berlebihan), dan Hiperhidrosis (keringat berlebihan).
27. Kira-kira tengah hari, jantung Yesus mungkin mulai gagal.
28. Paru-paru Yesus mungkin mulai terisi dengan cairan (Pulmonary Oedema).
Ini hanya memperburuk kondisi pernafasan-Nya, yang sudah sangat terancam.
Yesus mengalami Gagal Jantung dan Gagal Nafas.
29. Yesus berkata, “Aku haus” karena tubuh-Nya sudah amat sangat kekurangan cairan. Mazmur 22:16 Kekuatanku mengering bagaikan tembikar, dan lidahku melekat pada langit-langit mulutku; dan Engkau meletakkan aku dalam debu kematian;
30. Tubuh Yesus berada dalam kondisi amat sangat membutuhkan infus intravena darah dan plasma untuk menyelamatkan hidup-Nya.
Yesus mulai tidak bisa bernafas dengan cukup dan perlahan-lahan tercekik sampai mati.
Pada tahap ini, Yesus mungkin mengalami Hemoperikardium.
31. Plasma dan darah berkumpul di ruang di sekitar jantung-Nya, yang disebut Perikardium.
Cairan di sekitar jantung-Nya ini menyebabkan Cardiac Tamponade (cairan di sekitar jantung-Nya, yang menghambat jantung Yesus berdenyut dengan baik).
32. Karena tuntutan fisiologis yang semakin meningkat pada jantung Yesus , dan kondisi Hemoperikardium yang semakin parah, Yesus mungkin mengalami Cardiac Rupture (Pecah Jantung). Jantung-Nya benar-benar meledak. Ini mungkin penyebab kematian-Nya. Menggenapi nubuat Mazmur 22:14, “Hati-Ku (Ibrani: leb; jantung) menjadi seperti lilin, hancur luluh di dalam dada-Ku.”
33. Untuk memperlambat proses kematian, para prajurit Romawi biasanya menempatkan kursi kayu kecil di tiang Salib, yang akan memungkinkan Yesus mendapatkan “hak istimewa” menopang berat badan-Nya pada tulang sakrum-Nya (tulang dasar panggul).
Dampak dari tindakan ini adalah bahwa hal tersebut bisa memakan waktu hingga sembilan hari untuk mati di kayu salib.
34. Ketika orang-orang Romawi ingin mempercepat kematian, mereka akan mematahkan kaki-kaki korban, menyebabkan korban tercekik dan mati lemas dalam hitungan menit. Ini disebut Crucifragrum.
Pada pukul tiga sore Yesus berkata, “Tetelestai,” yang berarti, “Sudah selesai.” Pada saat itu, Ia menyerahkan Roh-Nya, dan Dia mati.
Ketika prajurit datang kepada Yesus untuk mematahkan kaki-Nya, Dia sudah mati. Tidak ada tulang tubuh-Nya dipatahkan, yang merupakan penggenapan nubuat Mazmur 34:21 ” Dialah yang menjaga semua tulang-Nya, tidak satu pun dari padanya dipatahkan.”
35. Yesus mati sesudah enam jam penyiksaan yang paling menyakitkan dan paling mengerikan yang pernah diciptakan. (angka 6 menunjukkan angka manusia, dimana manusia diciptakan pada hari ke 6 dan Yesus tergantung 6 jam lamanya di antara langit dan bumi menjadi korban untuk memperdamaikan manusia dan Allah)
36. Yesus mati menyerahkan hidup-Nya supaya setiap manusia yang berdosa yang mau menerima-Nya, bisa memperoleh hidup-Nya, dan menjadi anak-anak Allah. Yohanes 1:12-13 (ILT).