TUGAS KE FILIPINA
... Kira-kira jam empat pagi, lampu di kamar saya dinyalakan, dan ketika saya membuka mata
... Di kamar itu ada dua pelbet.
Saya tidur di satu pelbet dan ketika saya memandang pelbet yang kosong itu, saya melihat Gabriel duduk di sana.
"Bagaimana kau tahu saya di sini?"
"Tidak sukar untuk mencarimu, karena kami lah yang mengatur supaya kau kemari!" Jawab Gabriel.
Bab 11
Tugas ke Filipina
Saya merasa sangat aneh duduk di pelabuhan udara San Francisco hendak menuju ke luar negeri. Saya bertanya-tanya apa yang akan terjadi setiba ku di sana! Itulah perasaan saya ketika pada Sabtu malam itu saya merasa dorongan yang kuat sekali untuk pergi ke Filipina.
Satu minggu sebelum saya berangkat untuk melakukan tugas ini, malaikat Gabriel menjumpai saya, dan membicarakan pekerjaan ini dengan saya. Ia memberi keyakinan dalam hati saya bahwa apa yang sedang terjadi ini adalah sesuatu yang direncanakan oleh Allah sendiri. Dia memberikan nama-nama orang yang sementara ditolongnya. Ia berkata bahwa saya akan berjumpa dengan orang-orang ini, meskipun ada beberapa yang mungkin tidak terlalu penting bagi tugas ini, tetapi yang diberikan kepada saya untuk meyakinkan saya bahwa perjalanan ini diatur oleh Allah, dan bukannya sebuah perkunjungan biasa saja!
Pesawat sudah ditetapkan untuk tinggal landas pada jam tengah malam, dan saya harus singgah di Hawaii selama enam setengah jam. Pada kira-kira jam sebelas saya melapor dan diberi nomor tempat duduk. Saya duduk di ruangan tunggu sebelum berangkat dan melihat orang-orang yang mondar-mandir. Dalam hati saya sedang menantikan apa yang akan dilakukan oleh Allah, sambil mengharap-harapkan sesuatu yang luar biasa!
Ada sebuah tempat duduk kosong di samping saya dan seorang pemuda Filipina mendudukinya. Kami mengadakan percakapan yang menarik, dan ketika kami menaiki pesawat saya temukan bahwa pemuda ini duduk di samping saya. Segera saya keluarkan daftar nama yang diberikan oleh Gabriel dan memeriksanya. Nama S-A-R-I-A-N-O terdapat pada bagian paling atas dari daftar itu. Saya menarik nafas panjang, kemudian bertanya kepada pemuda itu apakah saya menyebut namanya dengan betul. Pemuda itu nampaknya terkejut sekali, sebab saya kenal namanya. Dia melihat sekeliling untuk menemukan apa pada dirinya ada sesuatu yang memberitahukan namanya, tetapi tidak ada! Dia cepat-cepat berdiri dan duduk di bagian lain, karena pesawat itu tidak penuh. Saya menempati tempat duduknya dan tempat duduk saya, jadi saya bisa tidur sepanjang perjalanan ke Hawaii.
Sebelum pesawat kami meninggalkan Hawaii, pramugari mengumumkan bahwa setiap orang harus duduk di tempat yang sudah ditetapkan baginya, karena ada penumpang-penumpang baru yang akan menaiki pesawat. Dengan rasa enggan pemuda itu duduk kembali di samping saya, jadi saya pikir lebih baik menenangkan dia. Tentu saja saya tidak ingin dia merasa gelisah selama perjalanan sepuluh jam itu, karena itu waktu yang cukup lama.
Dengan jujur saya katakan kepadanya kalau saya mengetahui namanya karena nama itu diberikan oleh malaikat Gabriel kepada saya. Ketika saya mengatakan hal ini, dia melihat sekeliling lagi, tetapi tidak ada tempat duduk kosong, jadi dia tak bisa lari! Saya katakan padanya bahwa Allah mengasihi dia dan bahwa perjalanan ini bukan sekadar perkunjungan belaka, karena dia telah dipilih untuk menyampaikan berita yang baik kepada keluarganya. Saya juga memberitahukan bahwa Allah memperhatikannya dan telah mengenalnya sejak lama dan mencintai dia.
Katanya, "Bagaimana Allah bisa mengenal saya? Saya tidak mengenal Dia. Saya pergi ke padri dan padri mungkin menceritakan kepada Allah mengenai diri saya, tetapi saya sendiri tidak mengenal Allah." Saya terangkan kepadanya bahwa Allah mengenalnya dan Allah telah mempersiapkan dirinya dan sudah mengatur seluruh perjalanan ini, bahkan memberikan namanya kepada saya. Kemudian saya katakan bahwa Allah juga yang mengurus supaya ia akan duduk di samping saya, ketika mereka membagi ke-300 tempat duduk yang ada di pesawat itu.
Matanya terbeliak keheranan, ketika saya ceritakan semua ini padanya. Katanya, "Maksud anda Allah benar-benar menaruh perhatian terhadap diri saya, di tengah-tengah segala kesibukan-Nya? Apakah kau maksudkan bahwa Allah benar-benar memperhatikan seseorang yang tidak mengenal-Nya sama sekali?" Jawab ku, "Ya, Dia ingin agar anda menyerahkan hidup anda pada-Nya sebagai tanda terima kasih karena Dia memperhatikan anda, meskipun Dia sangat mulia dan anda tak berarti sama sekali."
Seketika itu juga pemuda ini menerima Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhannya! Dengan penuh kegembiraan dia mengatakan, "Baiklah saya ceritakan tentang ayah dan keluarga saya. Saya teringat bahwa banyak kali ketika ayah memandang ke langit pada malam hari dan melihat bintang-bintang, dia mengatakan, 'Pasti ada Allah di suatu tempat, jika saja kita bisa menemukan-Nya." Kemudian lanjutnya, "Sekarang saya akan kembali dan mengatakan padanya bahwa dia benar. Memang ada Allah dan saya telah menemukan Dia."
Kemudian saya tanyakan padanya tentang keluarganya. Saya pikir ketika dia menyebut keluarganya, maksudnya ialah keluarganya yang dekat. Lanjutnya, "Semua keluarga saya akan berkumpul bersama karena mereka tinggal berdekatan. Ketika saya berangkat ke Amerika serikat pada 13 tahun yang lalu ada 400 anggota dalam keluarga. Saya tidak tahu berapa besarnya sekarang ini, mungkin 700 orang atau mungkin lebih banyak lagi, tetapi saya akan menceritakan kabar ini kepada semuanya! Mereka akan mengetahui bahwa Allah mengasihi mereka masing-masing."
Hal ini benar-benar menggembirakan hati saya, karena dia kemudian menambahkan, "Jika malaikat menaruh perhatian terhadap saya, apakah mereka juga menaruh perhatian terhadap keluarga saya? Bolehkah saya memberitahukan hal ini kepada mereka?"
"Tentu saja, itulah yang diinginkan oleh Allah. Allah begitu memperhatikan keluarga anda sehingga Dia memberikan nama anda kepada saya. Anda akan kembali ke sana sebagai utusan Allah."
Dengan sangat terharu, dia memandang muka saya, lalu mengatakan, "Inilah tugas yang paling serius dan paling penting yang pernah saya peroleh." Dia mengetahui bahwa tugas ini khusus, karena ia tahu tak mungkin saya bisa mengetahui namanya kecuali saya mendapatkannya dari Allah. Seketika itu juga dia menjadi utusan Injil!
Perjalanan ke Filipina adalah salah satu dari ke-120 kejadian yang telah diberitahukan oleh Allah kepada saya, tetapi tidak ada apa-apa yang terjadi sampai dua bulan sebelum tanggal keberangkatan saya, ketika saya menerima undangan untuk datang ke Filipina. Dengan segera saya menanyakan ongkos perjalanan dan saya taksir jumlahnya $ 1.730,00. Bagaimana Allah akan menyediakan uangnya? Saya tak usah menunggu lama, karena keesokan harinya tiba sebuah cek yang berjumlah $ 1.730,00 dari sumber yang tak diduga-duga.
Gabriel menemui saya di kantor gereja untuk memberikan instruksi-instruksi tentang misi ke Filipina tersebut. Pada waktu itu dia kelihatan sangat serius, ketika dia berjalan mondar-mandir di ruangan itu, seakan-akan dia kuatir. Dia mencerminkan kekuatiran Allah tentang kenyataan bahwa orang-orang akan mendengar amanat untuk memberitakan Injil ke seluruh dunia, tetapi kemudian mereka itu kembali kepada keadaan yang semula. Pasti, perjalanan ini bukan suatu hal yang mendadak, tetapi sudah ada dalam pengungkapan rencana Allah.
Dia mengatakan bahwa berita saya harus berdasarkan Mazmur 96 dan Mazmur 97: 1,2, "Nyanyikanlah nyanyian baru bagi Tuhan, menyanyilah bagi Tuhan, hai segenap bumi! Menyanyilah bagi Tuhan, pujilah nama-Nya, kabarkanlah keselamatan yang daripada-Nya dari hari ke hari.
Ceritakanlah kemuliaan-Nya di antara bangsa-bangsa dan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib di antara segala suku bangsa. Sebab Tuhan Mahabesar dan terpuji sangat, Ia lebih dahsyat dari segala allah.
Sebab segala allah bangsa-bangsa adalah hampa, tetapi Tuhanlah yang menjadikan langit. Keagungan dari Semarang ada di hadapan-Nya, kekuatan dan kehormatan ada di tempat kudus-Nya.
Kepada Tuhan, hai suku-suku bangsa, kepada Tuhan sajalah kemuliaan dan kekuatan! Berilah kepada Tuhan kemuliaan nama-Nya, bawalah persembahan dan masuklah ke pelataran-Nya! Sujudlah menyembah kepada Tuhan dengan berhiaskan kekudusan, gemetarlah di hadapan-Nya, hai segenap bumi! Katakanlah di antara bangsa-bangsa, "Tuhan itu Raja! Sungguh tegak dunia, tidak goyang. Ia akan mengadili bangsa-bangsa dalam kebenaran.'
Biarlah langit bersukacita dan bumi bersorak-sorak, biarlah gemuruh laut serta isinya, biarlah beria-ria padang dan segala yang di atasnya, maka segala pohon di hutan bersorak-sorai di hadapan Tuhan, sebab Ia datang, sebab Ia datang untuk menghakimi bumi. Ia akan menghakimi dunia dengan keadilan, dan bangsa-bangsa dengan kesetiaan-Nya.
TUHAN ADALAH RAJA. Biarlah bumi bersorak-sorak, biarlah banyak pulau bersukacita! Awan dan kekelaman ada sekeliling Dia, keadilan dan hukum adalah tumpuan Takhta-Nya."
Hari minggu merupakan hari yang luar biasa. Kebaktian saya pertama diadakan di Holiday Inn, dan termasuk Hotel Internasional yang mempunyai cabang-cabang di seluruh dunia. Ruangan kebaktian penuh sesak dengan orang-orang yang kelihatannya sebagai warga tingkat atasan. Ini sangat menarik bagi saya, karena saya telah membayangkan Filipina sebagai negara miskin, dimana saya bisa melihat Injil bekerja dalam lingkungan yang belum berkembang. Kebaktian ini merupakan perjumpaan saya yang pertama dengan Filipina.
Holiday Inn itulah gedung yang paling indah dan paling megah, yang pernah saya masuki sepanjang hidup saya.
Para pria berpakaian stelan, sedangkan wanitanya bergaun indah dan mahal-mahal. Rambutnya yang hitam disanggul tinggi di atas kepalanya dan kelihatannya seperti orang-orang yang beradab. Saya bertanya-tanya apakah saya cuma berkeliling sebentar di atas sebuah kota besar di Amerika dan kemudian mendarat! Mereka kelihatannya seperti orang-orang yang berasal dari lingkungan Amerika dan bukannya kepulauan Filipina.
Kebaktian yang kedua diadakan pada malam minggu di Faith Assembly di Manila. Ketika saya memasuki gereja ini, saya tidak melihat kemewahan seperti yang saya lihat tadi pagi, tetapi saya melihat orang-orang yang betul-betul mengasihi Allah, meskipun mereka miskin.
Gedung gereja ini terletak di daerah yang banyak terjadi kekerasan dan kejahatan. Setiap jendela mempunyai terali besi seperti dalam penjara. Alangkah bedanya dengan lingkungan kebaktian tadi pagi itu!
Saya tinggal di wisma tamu di Wycliff Translators. Kompleksnya besar dengan halaman tertentu dan sering menerima tamu sampai 70 orang. Allah memperkenankan saya tinggal di sana untuk bersahabat dan melayani orang-orang yang telah mengabdikan hidupnya untuk mempelajari bahasa suku-suku yang tidak mempunyai bahasa tertulis. Para penterjemah lembaga Wycliff ini memberi bahasa tertulis kepada suku-suku itu dan kemudian menterjemahkan Alkitab dalam bahasa itu.
Allah telah mengatur supaya saya menjumpai kelompok yang paling penting di Filipina dalam menjangkau suku-suku yang terpencil. Ada dokter, pilot, profesor, tenaga-tenaga guru, dan banyak pemimpin lainnya yang menyatukan usaha mereka untuk menjangkau penduduk pulau-pulau tersebut.
Kemudian saya berbicara tentang perkunjungan malaikat kepada sekelompok utusan gerejawi selama suatu kebaktian petang hari. Sementara saya berbicara saya menyadari bahwa mungkin itu sesuatu yang baru sama sekali bagi mereka, sehingga mereka agak sukar menerimanya. Allah juga mengetahui hal ini dan Dia mengetahui persis apa yang harus dilakukan dalam keadaan seperti itu. Sementara kami sekalian berdoa, direktur sekolah Alkitab merasakan tangan yang berat memegang bahunya, dan dia berpikir bahwa mungkin ada orang yang meletakkan tangan di bahunya untuk mendoakan dia. Dia melihat sekeliling, tetapi tidak melihat seseorang pun! Katanya kemudian kepada yang hadir, "Hal ini benar, benar! Allah telah meneguhkannya! Meskipun saya tidak bisa melihatnya, saya TAHU tangan malaikat itu telah memegang bahu saya." Dia dan istrinya tidak tidur sampai larut malam menceritakan bagaimana dia merasakan tangan ilahi Allah ketika malaikat itu menjamah dan memegang tangannya. Saya tidak melihat Gabriel di sana, tetapi sangat menarik bila mengetahui bahwa dia ada dan menemukan jalan ke kepulauan Filipina itu.
Di sanalah saya menerima jadwal kebaktian-kebaktian untuk perjalanan ini. Saya agak susah ketika melihatnya, karena tujuh hari penuh akan dihabiskan untuk kebaktian di dua gereja saja. Sebelumnya saya tidak menyadari sepenuhnya apa yang akan saya lakukan, tetapi keterangan ini benar-benar mengejutkan diri saya! Saya bertanya mengapa saya harus mengadakan perjalanan begitu jauh hanya untuk berbicara dalam dua gereja saja.
Jika saya hanya melakukan itu saja, saya dapat melakukannya di Idaho!
Saya telah bercakap-cakap dengan orang-orang di wisma tamu Wycliff dan mereka menceritakan kisah-kisah yang menarik tentang pelayanan di antara suku-suku bangsa yang tidak mengenal bahasa Inggris sama sekali. Mereka sama sekali belum beradab dan banyak diantara mereka hanya memakai cawat saja. Mereka masih membawa busur dan panah, dengan ujungnya berbisa. Saya sangat tertarik akan hal ini, karena merasa bahwa mungkin itulah alasan dari perjalanan saya.
Memang, itu merupakan bagian yang penting, tetapi tidak sebagaimana yang saya harapkan!
Pada hari Senin saya berjumpa dengan seorang dokter, seorang profesor dan dua orang pilot. Mereka baru saja kembali dari Mindanao, di mana ada suatu suku bangsa yang baru diketemukan satu setengah tahun sebelumnya. Tempat suku itu jauh di daerah hutan rimba dan sementara kelompok ini ada di sana, profesor itu telah berhasil menciptakan semacam sarana komunikasi dengan suku tersebut. Saya menerangkan kepada mereka bahwa Allah telah mengirim saya ke Filipina dan mereka mengatakan, "Kami kembali ke mari untuk beristirahat sejenak, tetapi kami tidak perlu istirahat, baiklah kita kembali besok. Kami akan membawa SAUDARA ke sana! Allah telah mengatur dalam hal ini!"
Kegembiraan saya benar-benar meluap, sampai saya menyadari bahwa hal itu tidak mungkin saya lakukan, karena saya sudah ditetapkan harus berkhotbah di tempat lain.
Saya tetap berusaha memikirkan cara untuk meniadakan janji itu sehingga saya dapat pergi. Mereka mempunyai pesawat yang akan menerbangkan saya ke lapangan terbang yang paling dekat dengan suku itu.
Di lapangan terbang itu akan ada seorang pilot helikopter yang dapat menerbangkan saya ke daerah pedalaman. Mereka terus-menerus mengatakan, "Kami menghendaki saudara pergi ke sana." Tetapi saya tidak dapat, karena kunjungan itu tidak termasuk dalam rencana perjalanan yang sudah ditetapkan bagiku.
Pada senin malam saya pergi tidur dengan pikiran, "Saya benar-benar ceroboh! Saya mendahului Allah ketika mengatakan kepada mereka untuk menetapkan jadwal bagi saya. Sebenarnya Allah menghendaki saya datang kemari untuk menolong suku yang baru ini, dan saya telah kehilangan kesempatan untuk itu! Saya tidak bisa melepaskan diri, karena kebaktian kebaktian itu sudah diumumkan."
Di tempat itu panas dan lembab, sangat sukar untuk tidur, dan pikiran saya terus menerus menuduh, sehingga saya sama sekali tidak bisa tidur! Saya tak dapat berbaring dengan tenang, dan terus saja bolak-balik, sementara saya bergumul dengan masalah ini sampai akhirnya saya tertidur pada jam 2.00 pagi.
Kira-kira jam empat pagi kamar saya menjadi terang dan saya membuka mata. Perabot wisma tamu itu sangat sederhana dan dalam tiap kamar itu hanya ada dua tempat tidur pelbet. Saya tidur di atas sebuah pelbet dan ketika saya memandang kepada pelbet yang kosong, saya melihat Gabriel sedang duduk di sana dengan Chrioni, yaitu malaikat yang sering menemaninya.
Saya sangat mengantuk sehingga saya mengatakan, "Bagaimana kau bisa menemukan diriku disini?" Biasanya saya tidak berani berbicara begitu dengan mereka, tetapi saya sangat ngantuk sehingga saya lupa bahwa jika Allah menugaskan seseorang untuk mewakili-Nya, kita tidak boleh mengajukan pertanyaan.
Gabriel mengatakan, "Tidak sukar bagi kami untuk mencarimu, karena kamilah yang merencanakan supaya kau berada di sini! Kami mempunyai alasan. Kami ingin agar kau bergaul dengan orang-orang di sini sehingga mereka benar-benar mendalami berita itu dan membawanya kembali ke daerah mereka." Hal ini menjadikan saya merasa lebih enak, dan kemudian katanya, "Kami datang oleh karena Allah mengetahui kekuatiran dalam hatimu bahwa kau akan membuang-buang waktumu di gereja-gereja di sini. Allah menyuruh kami memberitahukan kepadamu supaya kau jangan kuatir, karena sudah diatur dan direncanakan bahwa setiap orang yang menjumpai kau akan dipilih oleh Allah. Mereka telah dipilih oleh Allah sendiri untuk mendengar apa yang akan kau katakan."
Sangat menarik bagi saya ketika mengetahui bahwa dimanapun saya berada maka orang yang saya jumpai ada di tempat itu karena pimpinan Allah, jadi saya tidak menguatirkan hal itu lagi. Saya bertanya-tanya siapa yang dibawa Allah kepada saya. Saya mulai memperhatikan dan menanti-nantikannya. Saya ingin melakukan beberapa hal untuk menolong rencana Allahah, tetapi hal itu tidak saya lakukan. Saya berpikir, jangan sampai saya sedang melakukan sesuatu, sedangkan saya harus menunggu dan melihat apa yang akan dilakukan oleh Allah!
Sementara di Manila saya berbicara pada Far East Advance School of Theology (FEAST), dan saya menyadari bahwa ini juga telah diatur oleh Allah. Kaum muda yang mengikuti pendidikan pada perguruan tinggi teologi yaitu berasal dari Asia tenggara, dan pengaruh sekolah itu meliputi seluruh wilayah itu. Allah telah mengaturnya sehingga berita-berita-Nya akan disebarkan mulai dari lapisan bawah dengan perantaraan para penterjemah Wycliff ke seluruh kepulauan Filipina, dan sekarang Dia telah mengatur agar berita-Nya meluas ke berbagai tempat di Asia. Ada mahasiswa yang berasal dari Burma, yang sekarang tertutup bagi utusan gerejawi dari barat.
Saya pergi ke Iloilo, dimana sponsor-sponsor saya menyediakan tempat bagi saya di hotel yang terbaik.
Hotel itu letaknya beberapa kilometer dari pusat pertokoan, atau daerah pasar seperti yang disebutkan oleh mereka, dan saya bertanya-tanya apa yang akan terjadi di tempat ini. Pikir saya, "jika yang dikatakan oleh malaikat itu benar (dan siapa yang berani melakukan malaikat?), mereka akan membawa orang kemari. Saya tidak tahu siapa yang akan dibawa oleh mereka, tetapi setidak-tidaknya mereka mengetahui dimana saya berada,"
Saya tidak tinggal lama di kamar. Saya turun ke ruang masuk hotel dan melihat-lihat semua orang yang lalu-lalang, karena saya ingin berada pada tempat yang tepat pada waktu yang tepat pula. Tidak banyak yang terjadi pada malam pertama.
Keesokan harinya saya turun untuk sarapan, dan rencana Allah yang indah mulai dinyatakan. Dua orang usahawan sedang duduk disebuah meja dan mereka mengatakan, "Kami melihat anda tadi malam dan bertanya-tanya apa kerja anda di sini. Anda tidak kelihatan seperti turis, sebab itu mari duduk bersama kami dan ceritakanlah mengapa anda berada disini."
Saya duduk dan memulai percakapan dengan mengatakan, "Tuan-tuan, saya tidak tahu latar belakang anda, jadi saya tidak tahu apa anda dapat menerima ini, tetapi seorang malaikat mengatakan kepada saya bahwa setiap orang yang berbicara dengan saya telah dipilih secara khusus oleh Allah untuk mendengar apa yang hendak saya katakan. Jadi saya percaya bahwa kalian berdua telah dipilih oleh Allah."
Mereka memandang saya seakan-akan mereka tidak percaya apa yang saya katakan, jadi saya berkata selanjutnya, "Kenyataan bahwa kalian telah terpilih, ialah karena pendidikan atau latar belakang hidup anda, telah diarahkan oleh Allah, dan sekarang Allah hendak mempergunakannya. Allah tidak bekerja dengan serampangan, dan Dia telah memilih anda untuk sesuatu yang khusus. Saya tidak tahu apa itu, tetapi saya tahu bahwa Dia telah memilih anda. Inilah rencana dan tujuan-Nya. Dia menginginkan apa yang anda miliki dan apa yang telah diberikan-Nya kepada anda, karena semua yang anda miliki telah diberi oleh Allah, entah anda mengenal-Nya entah tidak."
Kedua orang itu saling memandang dan salah seorang berkata, "Kedengarannya aneh, tetapi kami percaya saudara. Jadi, jika kami telah dipilih, apa yang menjadi langkah berikutnya?
Saya tahu apa langkah berikutnya, tetapi saya kira mungkin saya harus meyakinkan mereka dahulu, padahal ternyata mereka sudah siap untuk maju ke langkah berikutnya. Kata saya, "Allah ingin agar anda mengatakan, 'Baiklah Allah, inilah saya. Saya senang bahwa Engkau mempedulikan saya sehingga Engkau mau melakukan sesuatu dalam hidupku. Saya siap untuk melakukan apa yang Kau inginkan. Inilah hidup saya. Saya menerima Engkau.' "
Orang-orang ini sama sekali tidak ragu-ragu. Mereka merasa bahwa apa yang saya katakan itu berasal dari Allah, dan tanpa keraguan keduanya mengangkat tangan dan mengatakan, "Tuhan, kami ingin meletakkan tangan kami kedalam tangan-Mu. Jika kami memiliki sesuatu yang telah Kau berikan kepada kami dan yang dapat Kau pergunakan, kami memberikannya kepada-Mu. Kami ingin agar Engkau memakai kami."
Saya berbicara dengan mereka selama beberapa menit, kemudian kami bersama-sama berbicara dengan Tuhan. Kami menyembah dan memuji Dia, karena Ia bekerja dengan cara-cara yang luar biasa. Kemudian mereka mengatakan, "Kami berada disini karena urusan khusus, dan semua pendidikan kami adalah dalam bidang politik dan pemerintahan. Kami menyerahkan sisa hidup kami kepada Allah agar bisa menolong orang."
Saya menceritakan bahwa menurut malaikat itu misi saya adalah dalam bidang pembebasan. Kata saya, "Allah menyenangi kepulauan Filipina, dan Dia akan memberi kebebasan kepada roh, jiwa dan tubuh. Dia membangkitkan pendeta-pendeta untuk menolong membebaskan jiwa manusia." Kemudian tambah saya, "Mereka sangat miskin; tertindas; beratus-ratus tahun lamanya mereka telah dijajah. Mula-mula oleh Cina, Spanyol, Amerika, kemudian Jepang, lalu Amerika kembali dan sekarang pemerintah Filipina. Mereka diperbudak oleh penjajah dan Allah ingin membebaskan mereka."
Orang-orang itu berkata, "Kami mempunyai kedudukan yang baik untuk itu. Kami akan mulai bergerak untuk membebaskan mereka." Mau tak mau saya mengatakan, "Haleluya!" Saya tidak bermaksud mengucapkan kata itu, tetapi saya hanya tahu bahwa Allah memperhatikan semua keperluan kesejahteraan bangsa ini dan Dia berkenan kepada mereka.
Pada Senin pagi, saya berjumpa dengan seseorang di ruang masuk Hotel. Dia terus saja menatap saya, jadi saya pikir akan mendatanginya dan melihat apakah dia juga dipilih oleh Allah. Kelihatannya seperti orang Amerika, jadi saya mendatanginya dan bertanya, "Saudara kelihatannya seperti orang Amerika." Dia mengatakan bahwa dia orang Jerman. Saya katakan bahwa sejumlah besar orang Amerika adalah keturunan Jerman. Kemudian tanyanya kepada saya, "Apa yang anda lakukan di sini? Haleluya! Allah telah memberikan kesempatan yang sama, seperti yang terjadi sebelumnya dengan kedua usahawan itu.
Saya memulai percakapan dengan cara yang sama, "Saya tidak tahu apakah anda akan percaya atau tidak, tetapi seorang malaikat telah mengatakan bahwa orang-orang yang akan berbicara dengan saya di Filipina telah dipilih Allah untuk suatu tugas khusus. Saya tidak tahu bagaimana pendapat anda tentang ini, tetapi anda telah dipilih untuk mendengarkan apa yang harus saya katakan."
Kemudian saya melanjutkan dan mengatakan hal yang sama padanya, bahwa Allah bisa mempergunakan semua pendidikan dan latar belakangnya. Orang ini membuka hatinya dan mengatakan, "Saya belum pernah menyadari bahwa Allah benar-benar mempedulikan apa yang saya lakukan, tetapi saya ingin hidup saya menjadi lebih berguna."
Saya katakan kepadanya bahwa Tuhan bisa memakai bakatnya, pendidikan dan keterampilannya, dan bahwa Allah menghendaki agar dia menyerahkan dirinya kepada-Nya. Tanpa ragu-ragu, dia langsung menerima Tuhan! Kemudian saya memperhatikan bahwa dia menangis terisak-isak dan berbicara dengan perlahan-lahan kepada Tuhan! Matanya terbuka dan dia memandang ke langit dengan kedua tangannya terangkat, "Tuhan, bayangkan. Saya baru saja sehari di kepala kepulauan Filipina dan saya telah mempunyai majikan baru!"
Saya tanyakan padanya mengapa dia ke Filipina. Dia telah diutus ke kepulauan itu oleh Komisi Dunia dari PBB untuk memperkembangkan sumber pangan bagi rakyat yang miskin dan kekurangan makan dari kepulauan itu. Saya memberitahukan kepadanya bahwa orang-orang yang dipilih oleh Allah terlibat dalam usaha membebaskan rakyat yang miskin ini. Kemudian saya katakan padanya, "Dalam kedudukan anda sekarang ini, anda akan menolong untuk membebaskan ikatan kelaparan." Jawabnya, "Untuk hal itulah saya dilatih dan diberi keterampilan khusus, jadi saya menyerahkan diri saya kepada Tuhan untuk hal ini!"
Dari Iloilo saya menumpang kapal ke pulau Negros. Hotel saya terletak di tengah kota dan saya tidak memberitahukan kepada siapapun, bahkan tidak kepada pendeta sekalipun, apa yang saya kerjakan di siang hari. Saya memandang orang-orang dan hati saya merasa sangat kasihan kepada mereka, tetapi saya tidak bisa mengadakan hubungan dengan mereka, karena meskipun banyak orang bisa berbahasa Inggris yang kurang lancar, namun saya coba bercakap-cakap dengan banyak orang tapi tidak bisa menemukan orang yang bisa berbicara bahasa Inggris dengan lancar. Akhirnya, saya menemukan seorang pemuda yang dapat berbicara bahasa Inggris dengan agak lancar, atau setidak-tidaknya saya bisa mengerti bahasanya. Dia baru saja berusaha 21 tahun dan selama saya berada di sana dia menemani saya. Jika saya keluar hotel pada jam 5.30 pagi, dia sudah menunggu saya di tangga hotel. Allah sendiri telah memberikan dia sebagai penterjemah, agar saya bisa berhubungan dengan orang-orang, karena orang-orang yang ingin saya jangkau tidak dapat mengerti bahasa saya sama sekali.
Pada hari pertama ketika kami menyusuri jalan saya melihat seorang wanita berpakaian baik sedang menangis, dengan handuk menutup wajahnya. Kemudian saya mengetahui bahwa dialah pemilik salah satu toko yang terletak di jalan itu. Saya dapat melihat bahunya berguncang, ketika dia menangis tersedu-sedu.
Kata saya, "Mengapa nyonya menangis?" Dia tidak menjawab, tetapi terus saja menangis, karenanya saya katakan, "Saya datang untuk menolong anda. Saya seorang pendeta, dan saya ingin membantu anda. Allah mengasihi anda dan Dia memperhatikan keperluan anda." Saya menunggu sementara penterjemah itu menyampaikan padanya apa yang saya katakan.
"Katakan kepada orang itu bahwa hal itu tidak penting."
Pemuda itu menterjemahkannya dan kata saya, "Apa saja yang penting bagi anda tentu penting bagi Allah." Maka dia melepaskan handuk itu dari wajahnya. Dia telah menangis lama sekali, matanya merah. Saya memegang tangannya dan berdoa agar tangan-tangan Allah yang kuat akan menolongnya dengan keperluannya. Ketika dia mengangkat wajahnya, kelihatannya seakan-akan awan mendung telah tersapu pergi, dan matahari mulai bersinar!
"Tanyakan apakah namanya Yesus! Saya seringkali menangis dan tidak seorangpun yang mempedulikan, tetapi orang ini mempedulikan."
Saya telah melanggar peraturan yang ditetapkan bagi turis atau utusan gerejawi. Ada banyak larangan bagi orang seperti kami; antara lain bahwa kami tidak boleh mencampuri urusan orang lain.
Saya tidak menyadari hal itu, tetapi orang banyak dalam pasar yang penuh sesak itu mulai berkerumun untuk melihat apa yang sedang terjadi. Tak lama kemudian sudah tersiar di seluruh pasar itu, bahwa saya memperhatikan wanita tersebut!
Pelanggaran berikutnya terjadi ketika saya melihat seorang wanita membawa sekantong beras yang berat, yang kira-kira beratnya 36 kg. Wanita itu sangat tua dan kaki-kakinya bengkok, maka saya bertanya berapa jauh di harus memikul beras itu. Dia menjawab kira-kira 3 km. Sebenarnya saya dapat meminta pemuda itu menolong membawakan kantong itu bagi wanita tua tadi, tetapi kantong beras itu saya bawa sendiri dan memikulnya bagi wanita tersebut. Banyak orang yang melihat kejadian ini dan mulai terdengar desas desus dalam kota yang berpenduduk 360.000 orang itu.
Ketika saya kembali melalui daerah pasar itu, orang mulai mengikuti saya. Mereka berhenti dan minta saya bercakap-cakap kepada mereka. Pada kesempatan-kesempatan lain, sementara saya menceritakan tentang kasih dan perhatian Allah kepada orang banyak itu, saya melihat bahwa banyak yang disembuhkan dari berbagai penyakit, termasuk beberapa orang yang anggota-anggota tubuhnya bengkok akibat radang sendi. Saya tidak berbicara mengenai kesembuhan, saya tidak berdoa bagi mereka, saya hanya bercerita tentang Yesus dan betapa Dia mencintai mereka. Ada beberapa orang yang bisu tuli yang disembuhkan tanpa doa sama sekali. Mereka tidak dapat mendengar apa yang saya katakan, karena mereka tuli, dan mereka tidak bisa mengatakannya kepada orang karena mereka bisu, tetapi tuhan menyembuhkan mereka sehingga mereka dapat mendengar dan berbicara!
Allah membuktikan bahwa orang-orang itu dipilih oleh-Nya, karena setelah itu banyak orang pergi ke hotel saya sehingga tempat yang menjadi tempat yang ramai. Mereka datang setiap hari waktu saya berada di sana, dan saya berdoa bagi mereka dan melayani mereka.
Kemudian datang berita bahwa angin puyuh yang dahsyat akan melanda Bocolod pada kira-kira jam 8.00 malam. Hujan sudah mulai turun dengan derasnya. Saya mengatakan kepada orang banyak itu agar berkumpul di gereja karena konstruksi gedung itu lebih kuat dari rumah mereka yang tidak kuat, yang saya rasa akan tumbang. Saya kira selama beberapa jam badai itu telah melanda sungguh-sungguh. Kedengarannya seperti pesawat-pesawat jet yang terbang melintas, tetapi bunyi ribut itu disebabkan oleh angin yang mendahului kekuatan penuh dari badai itu.
Saya katakan kepada orang-orang itu agar jangan kuatir, karena bagi Allah mudah saja untuk membelokkan badai itu dan mengubah haluannya. Bagaimanapun juga Allah masih tetap berkuasa! Orang-orang ini selamanya hidup dalam ketakutan; karena ada kira-kira 20 badai semacam itu yang melanda kepulauan Filipina setiap tahun, dan inilah badai yang terburuk, yang mereka alami selama bertahun-tahun. Badai itu disebut badai yang membunuh, dan orang-orang itu sangat ketakutan.
Pada kira-kira jam 7. 30 malam kami berkumpul di depan gereja, sambil memuji dan menyembah Allah serta berdoa. Kami mohon agar Allah membelokkan badai itu ke arah yang lain, karena pada saat itu badai itu sudah dekat. Puji Tuhan, Allah turun tangan dan badai itu melanda suatu daerah yang tidak berpenghuni. Haleluya!
Pusat badai yang seyogianya akan meruntuhkan gedung-gedung dan rumah-rumah sama sekali tidak melanda daerah itu. Juga tidak melanda Manila, tetapi melintasi suatu tempat yang penduduknya kurang padat, seakan-akan ada campur tangan ilahi! Sekiranya badai itu melanda kota Manila yang berpenduduk padat itu, mungkin akan tercatat beratus-ratus ribu kematian.
Akibat hujan dan angin yang keras 270.000 keluarga kehilangan rumah mereka, tetapi bagian yang paling berbahaya dari badai itu melanda daerah persawahan. Tanaman padi rusak, tetapi rakyat tetap hidup! Sungguh indah melihat Allah sedang bekerja.
Pada malam terakhir saya sudah siap-siap untuk pulang ke tanah air lewat Manila, ketika saya menerima kabar bahwa "Penerbangan dibatalkan". Pikir saya "Berapa lama akan berlangsung badai Rita?Bagaimana tentang pesanan tempat saya dari sini ke Manila? Apa kah tidak berlaku lagi? Bagaimana tentang pesanan tempat saya untuk berangkat dari Manila?"
Tidak lama kemudian saya sudah mendapat berita. Pesanan tempat saya sekarang sudah tidak berlaku lagi dan semua penerbangan telah penuh sampai hari Rabu. Pesanan tempat saya untuk berangkat dari Manila mulai hilang. Saya bertanya-tanya berapa lama lagi yang saya perlukan untuk mendapatkan tempat lain. Kemudian pikir saya, "Mengapa kuatir? Allah mengetahuinya! Dialah yang membawa saya ke mari."
Pada jam satu saya menelepon pelabuhan udara Manila. Semua jalan tergenang air dan angin berhembus dengan kecepatan 196 mil per jam. Tak mungkin memesan tempat. Paling cepat tujuh sampai sepuluh hari.
Saya teringat seorang yang dipertemukan Allah dengan saya. Orang itu pernah memberi saya kartu namanya, dan mengatakan bahwa saya bisa memakai kartu nama itu seandainya saya memerlukan pertolongan. Saat itu saya perlu bantuan, maka saya memutuskan untuk melihat apa yang akan terjadi. Ketika kuberitahukan namanya, jalan mulai terbuka. Dalam waktu beberapa menit saja telah tersedia tempat bagi saya di pesawat, dan saya diberi prioritas utama. Allah tahu bahwa saya akan memerlukan pertolongan ini!
Saya tiba di Manila kira-kira tengah hari. Banyak rumah dan pohon yang tumbang. Banjir itu demikian buruknya sehingga dari udara kelihatan kota itu berada di tengah-tengah laut. Puluhan ribu orang mencari tempat di kapal terbang. Sayalah satu-satunya orang, yang tanpa pesan tempat terlebih dahulu, telah diberi tempat pada pesawat yang menuju ke Amerika serikat. Terima kasih kepada Tuhan yang mengirimkan pejabat pemerintah itu, sehingga saya dapat memperoleh tempat sebagai penumpang istimewa yang tak terdaftar. Perhatian: SEMUA nama yang diberikan oleh Gabriel telah saya kenali sementara saya berada di kepulauan Filipina itu.
Bersambung ...