Oleh : Gabriel Hoffman
Aku melihat Tuhan Yesus datang kepadaku.
Ia mengatakan, " Mari, Aku memiliki sesuatu yang istimewa untukmu."
Dengan penuh gairah, aku mengikuti Tuhan dan Juruselamat ku ke ruang Tahta.
Allah Bapa ada dalam semua kemuliaan dan keagunganNya.
Bapa menyapa ku dengan senyum. "Anak," Bapa berkata, "Sudah saatnya bagimu untuk memilih hidup dan pelayanan."
"Benarkah?" Aku menjawab dengan sukacita dan takjub. "Oh, Bapa!
Ini adalah hari yang telah kutunggu, kupersiapkan, dan berdoa untuk itu.
Apakah ini benar-benar saatnya? "
"Ya, Anakku. Sudah saatnya, tetapi kau harus memilih dengan bijak, karena ini akan menjadi pekerjaan kehidupanmu. "
Kemudian aku ingat bahwa Dia adalah "Tuhan" dalam hidupku.
"Tapi Bapa, apa kehendakMu bagiku?" Dia tersenyum. "Anak, Aku sudah menyiapkanmu untuk melayaniKu di sejumlah pelayanan.
Pilihannya ada padamu. Sesungguhnya Aku memberikanmu kebebasan untuk memilih dari serangkaian pilihan yang Aku telah siapkan untukmu. Semua ini akan menyenangkanKu, selama engkau setia dalam hal-hal itu. Apakah kau mengerti?"
"Ya Bapa." Aku menjawab, masih terlalu terpesona untuk mengatakan apa-apa lagi. Bapa kemudian membawaku kesebuah pintu emas besar, dan memimpin aku masuk. Ini terbuka kesebuah koridor yang melengkung lembut menurun dan ke kiri. Di koridor berdiri sejumlah meja-meja, masing-masing dengan sebuah benda di atasnya. Di samping setiap meja ada sebuah pintu yang keluar lorong.
"Anakku," kata Bapa, "Kita akan pergi ke setiap meja dan Aku akan menjelaskan pelayanan dan panggilan yang dapat kau pilih.
Aku akan menjawab setiap pertanyaanmu. Pada titik tertentu, kau dapat memilih opsi dan keluar melalui pintu yang tepat dalam pelayananmu dan menyenangkanKu. "
"Ya Bapa, aku siap untuk memulai."
Meja pertama ditutupi beludru hijau terang dan ada sebotol minyak.
Atas pintu bertuliskan, "KESEMBUHAN."
Aku melihat dan bertanya pada Bapa. "Ini adalah pelayanan kesembuhan. Meja hijau melambangkan kesehatan dan kehidupan. Botol adalah minyak kesembuhan dari Roh Kudus. Dalam pelayanan ini kau akan memiliki kekuatan untuk menjamah orang dalam roh, jiwa dan tubuh, dan membawa kesembuhanKu kepada banyak orang. "
Meja pertama ditutupi beludru hijau terang dan ada sebotol minyak.
Atas pintu bertuliskan, "KESEMBUHAN."
Aku melihat dan bertanya pada Bapa. "Ini adalah pelayanan kesembuhan. Meja hijau melambangkan kesehatan dan kehidupan. Botol adalah minyak kesembuhan dari Roh Kudus. Dalam pelayanan ini kau akan memiliki kekuatan untuk menjamah orang dalam roh, jiwa dan tubuh, dan membawa kesembuhanKu kepada banyak orang. "
Aku berpikir, "Ini akan hebat! Oh hati yang sakit dan tubuh yang rusak dapat kujamah. Kemuliaan bagi Yesus dengan ini! "Namun, sesuatu dalam hati menyentakku. "Bapa! Ini akan menjadi indah, tapi .... "
"Tapi aku merasa bahwa Engkau memiliki sesuatu yang lebih penting bagiku." Dia tersenyum dan membawaku ke meja berikutnya. Ketika kami berjalan ke meja berikutnya, aku melihat bagaimana karpet tampak usang didepan pintu dari Kesembuhan. Aku bertanya kepada Bapa tentang hal ini. "Banyak yang telah memilih pintu ini. Mereka yang setia membawa kemuliaan besar untuk Kerajaan dan kesenanganKu. Mereka yang menyalah gunakan karunia membawa malu kepada Kami, dan kepada diri mereka sendiri. "
Meja berikutnya terbuat dari biru azure. Diatasnya terletak sebuah tongkat kayu.
Diatas pintu bertuliskan "MUJIZAT" dalam huruf yang berkobar .
Saat kami berhenti di depan meja, Bapa berbicara. "Biru melambangkan kekuatanKu. Di atas meja ada tongkat Elia. Dengan itu kau dapat memiliki kekuatan yang luar biasa dengan manusia dan alam.
Diatas pintu bertuliskan "MUJIZAT" dalam huruf yang berkobar .
Saat kami berhenti di depan meja, Bapa berbicara. "Biru melambangkan kekuatanKu. Di atas meja ada tongkat Elia. Dengan itu kau dapat memiliki kekuatan yang luar biasa dengan manusia dan alam.
Kau dapat melakukan tindakan supernatural untukKu. "
Tongkat Elia! Aku sudah lama kagum akan kekuatan dan perbuatannya yang dahsyat bagi Allah. Namun, didalam hatiku tidak puas. "Ini akan menjadi luar biasa, Tuhanku, tapi entah bagaimana, hatiku merindukan sesuatu yang lebih dalam, dan lebih kekal."
Kupikir kumenangkap secercah persetujuan di wajah Bapa dan Dia mengatakan, "Baiklah, akankah kita pergi?"
Aku mengangguk. Kami pergi ke koridor melengkung sampai aku tidak bisa lagi melihat pintu darimana kami masuk.
Selanjutnya, kami datang ke meja dari marmer bermotif hitam putih.
Diatas pintu "NUBUAT" ditulis dengan huruf cetak tebal pada latar belakang putih murni.
Di atas meja itu ada sepasang usang sandal.
Di atas meja itu ada sepasang usang sandal.
Saat kami berhenti di depan meja, Bapa berbicara lagi.
"Warna-warna melambangkan sifat kenabian. Nabi dengan jelas menetapkan Kebenaran didunia yang gelap oleh kebohongan. Sepasang sandal itu milik Yohanes Pembaptis. Dalam pelayanan ini, kau akan menjadi penyambung lidahKu kepada dunia. "
"Nubuat ?!" pikirku. "Itu akan menjadi luar biasa. Aku selalu merindukan untuk berbicara Firman Allah. Ada begitu banyak kebohongan yang terjadi didunia dan bahkan di Gereja.
Ada suatu kebutuhan untuk nabi yang benar di hari-hari terakhir ini. "
Namun sentakan dalam hatiku tidak berhenti. Bahkan, semakin kuat.
Bapa tersenyum lagi setuju.
"Anak, engkau bijaksana dengan karunia ini. Karunia ini sangat kuat dan dapat cukup berbahaya jika dikejar dengan sikap hati yang salah, seperti membawa arus listrik yang besar melalui kawat berkarat. Banyak telah menggunakan karunia ini dengan baik, dan telah masuk kedalam sukacitaKu, tapi terlalu banyak orang lain yang telah menghancurkan diri mereka sendiri, dan orang-orang di sekitar mereka, dalam penyalahgunaan karunia ini. Engkau bebas memilih ini, dan Aku akan bekerja denganmu dan dalammu untuk penggunaan karunia ini. "
"Terima kasih Bapa, tapi aku menginginkan sesuatu yang lebih dalam dan lebih dekat ke hati Mu."
"Lebih dekat kehatiKu, nak? Baiklah, mari kita maju. "Saat kami berjalan turun koridor, aku memperhatikan dua hal. Pertama, cahaya itu meredup dan kedua, aku bisa mendengar samar bunyi pukulan dikejauhan. Kedengarannya seperti drum, dan meskipun aku bertanya-tanya tentang hal itu, aku tetap diam.
Meja berikutnya terbuat dari kuningan dipoles cerah. Di atasnya terletak sangkakala yang buatannya halus.
Diatas pintu ditulis "PENGINJILAN" dalam huruf yang hampir seterang matahari.
Kami berhenti di depan meja, dan aku dengan tenang menunggu Bapa untuk menjelaskan pelayanan ini kepadaku. Dia mulai berbicara. "Pelayanan penginjilan ini sangat istimewa didalam Kerajaan.
Meja dari kuningan melambangkan penghakimanKu terhadap dosa.
Sangkakala memberitakan Kabar Baik bahwa PutraKu, Yesus, menanggung penghakiman atas kepentingan manusia.
Tulisan yang cemerlang adalah sekilas dari Kerajaan Surgawi. "
Aku merenungkan hal ini diam-diam sejenak. Ini akan menjadi suatu sensasi untuk memimpin orang lain Hidup Baru didalam Yesus.
Ada begitu banyak orang yang menderita yang membutuhkan Kabar Baik. Tuhan Yesus dan Bapa layak untuk memiliki lebih banyak orang berkumpul disekitar Tahta dalam ibadah dan penyembahan.
Tidakkah semua Surga bersukacita setiap kali seorang berdosa bertobat?
Aku tahu bahwa pelayanan ini akan membawa sukacita besar kepada Bapa, tetapi sentakan dihatiku tumbuh semakin kuat.
"Oh Bapa, ini akan menjadi sungguh-sungguh indah, tapi aku merasa bahwa Engkau masih memiliki sesuatu yang lebih bagiku.
Bapa, dapatkah kita pergi? "
"Ya, anak. Pilihannya ada padamu. Mari kita pergi ke meja berikutnya. "
Kami berjalan lebih jauh di koridor, dan datang kesebuah meja yang terbuat dari batu pualam putih bersih. Di atasnya ada sepotong batu tulis dan kapur.
Diatas pintu ditulis "PENGAJAR."
Diatas pintu ditulis "PENGAJAR."
"Anak, ini juga merupakan pelayanan yang sangat istimewa untuk Kerajaan. Ada begitu banyak yang membutuhkan pengajaran yang tepat dari FirmanKu; Firman seperti yang dicatat dalam Alkitab dan yang sedang dicurahkan hari demi hari dari Tahta. Meja putih melambangkan kemurnian dari Firman yang benar. Batu tulis dan kapur melambangkan alat-alat pengajar hal-hal dari Allah. "
Ini dia, pikirku. "Untuk inilah aku datang ke Sekolah Alkitab. Aku tahu Tuhan telah menempatkan panggilan untuk mengajar dihatiku.
Dan, seperti kata Bapa, itu sangat dibutuhkan dalam tubuh Kristus. "
Aku baru saja akan memberitahu Bapa bahwa ini adalah satu yang kuinginkan, ketika aku merasa sentakan itu lebih kuat didalam hatiku. Aku melihat kebawah koridor.
Itu gelap tapi sepertinya bunyi genderang datang dari arah itu. Tidak ada salahnya untuk melihat apalagi yang Bapa telah sediakan.
"Bapa, ini adalah satu yang kupikir untukku, tapi sekarang aku tidak begitu yakin. Dapatkah kita berjalan sedikit lebih jauh? "
"Tentu saja, anakKu."
Saat kami berjalan, aku melihat cahaya bertambah redup, dan suara pukulan itu lebih jelas. Aku bertanya kepada Bapa tentang hal itu.
"Anak, lampu redup di sini karena kita turun lebih jauh dari pelayanan yang lebih terbuka dan umum. Seperti pukulan genderang, Kupikir yang terbaik adalah jika engkau menemukan sumber itu untuk dirimu sendiri. "
Kami berjalan lebih jauh menuruni koridor, dan telah berakhir. Tiga meja ditetapkan disana; satu disetiap sisi, dan satu diakhir. Kami berhenti didepan meja disebelah kanan. Itu terbuat dari perak murni dan berkilauan, bahkan dalam cahaya redup. Diatas meja ada sebuah salib kayu kecil.
Di seberang pintu, ditulis dalam huruf merah darah, adalah kata "CINTA KASIH."
Di seberang pintu, ditulis dalam huruf merah darah, adalah kata "CINTA KASIH."
"Ini adalah pelayanan yang mendalam, anakKu. Beberapa datang sejauh ini. Perak melambangkan suatu pantulan murni dari sinar KasihKu. Salib adalah lambang pengorbanan Yesus, dalam menunjukkan Cinta KasihNya kepada dunia. Huruf berwarna Darah adalah peringatan untuk darah yang ditumpahkan disana. "
"Cinta Kasih?" Bisikku. "Itulah apa yang dunia sedang sakit ini sangat butuhkan. Sangat sedikit yang benar-benar mencintai dengan kasih Allah yang sejati. Ini akan menjadi suatu kehormatan yang luar biasa untuk membawa kasih-Nya dimana Ia perintahkan.
"Namun, kerinduan dihatiku masih belum puas.
"Namun, kerinduan dihatiku masih belum puas.
Kami berbalik untuk melihat meja didinding kiri. Itu terbuat dari kayu eboni hitam. Diatasnya ada tikar sederhana.
Ditulis di atas pintu adalah kata "PENDOA"
Di pintu itu sendiri ada pertanyaan ini; "Siapa yang akan berdiri di celah?"
Ditulis di atas pintu adalah kata "PENDOA"
Di pintu itu sendiri ada pertanyaan ini; "Siapa yang akan berdiri di celah?"
Bapa berbicara pelan. "Hitam melambangkan kegelapan dan kedalaman dari pendoa.
Itu gelap didalam kamar doa dan pendoa harus bersedia untuk pergi ke kedalaman dosa untuk menyelamatkan yang sedang binasa dengan doa. Tikar sembahyang adalah alat sederhana untuk para pendoa. Ada begitu sedikit pendoa syafaat, nak. Hanya sedikit orang yang akan membuat diri mereka siap untukKu bahwa mereka tidak akan membenci pekerjaan yang tampaknya tidak berarti apa-apa pada kenyataannya, bergerak keseluruh alam semesta. "
Itu gelap didalam kamar doa dan pendoa harus bersedia untuk pergi ke kedalaman dosa untuk menyelamatkan yang sedang binasa dengan doa. Tikar sembahyang adalah alat sederhana untuk para pendoa. Ada begitu sedikit pendoa syafaat, nak. Hanya sedikit orang yang akan membuat diri mereka siap untukKu bahwa mereka tidak akan membenci pekerjaan yang tampaknya tidak berarti apa-apa pada kenyataannya, bergerak keseluruh alam semesta. "
"Oh Bapa, untuk menjadi pendoa yang benar. Untuk mewakili manusia dihadapanMu dan mewakili Engkau dihadapan manusia.
Aku akan sangat senang untuk dapat berdiri dicelah dan mendoakan bebanMu bagi dunia. Aku tahu aku akan menerima sedikit pengakuan duniawi. Aku akan puas mengetahui bahwa aku adalah bagian dari sentuhanMu didunia ini. Tapi, apa pelayanan terakhir? "
Kami berjalan sedikit untuk berdiri dihadapan meja terakhir dan pintu.
Ada sangat sedikit cahaya dan bunyi genderang yang cukup keras.
Meja itu terbuat dari emas murni dan bersinar dengan cahaya batin.
Diatas meja itu mezbah emas kecil dengan dupa terbakar.
Diatas pintu ditulis, dalam huruf emas, "PELAYANAN KEPADA ALLAH"
Diatas pintu ditulis, dalam huruf emas, "PELAYANAN KEPADA ALLAH"
Bapa berbicara sangat pelan, nyaris tak terdengar lebih dari genderang itu. "Anak, ini adalah pelayanan yang sangat, sangat sedikit yang memilih. Emas melambangkan keilahian. Altar adalah satu yang berdiri di Kemah Surgawi dan membakar dupa harum untukKu. Pelayanan ini tidak akan mendapatkan pengakuan duniawi. Dunia dan sebagian besar Gereja mungkin berpikir engkau menghabiskan waktumu dengan sia-sia.
Ini adalah pelayanan kepada-Ku, tidak mencapai apa-apa atau tidak mempengaruhi dunia tetapi hanya menjadi penyembahKu, rekan, dan teman."
Ini adalah pelayanan kepada-Ku, tidak mencapai apa-apa atau tidak mempengaruhi dunia tetapi hanya menjadi penyembahKu, rekan, dan teman."
Bapa berdiri di sana, melihat diam-diam di pintu. Aku tidak bisa melihat wajah-Nya dalam cahaya redup. Aku bertanya kepada-Nya, "Bapa, apa yang menjadi keinginanMu?"
"Anak, kau bebas untuk memilih, aku bersukacita dalam semua pelayanan yang setia."
Jadi, aku berdiri di sana berpikir dengan tenang. Apa yang benar-benar ingin kulakukan dengan hidupku? Ada begitu banyak kebutuhan didunia, dan di Gereja. Beberapa yang benar-benar setia. Aku tahu para pekerja sedikit. Namun, aku tidak bisa menghilangkan keinginan yang tumbuh dalam hatiku. Untuk melayani Tuhan? Tidak ada lagi; hanya untuk melayaniNya. Berapa banyak orang lain akan ada bersamaku? Akankah keluargaku mengerti? Bagaimana dengan Gerejaku?
Tugas itu akan menjadi aktivitas surgawi kita, menurut Kitab Wahyu. Dapatkah beberapa dari kami mulai, sekarang? Lalu aku memikirkan semua yang telah Yesus lakukan bagiku di kayu salib.
Apa hal yang lebih tinggi yang bisa aku lakukan dengan hidupku?
"Bapa, aku memilih pintu ini, jalan ini." "Apakah engkau yakin, anakKu?" "Ya Bapa, cukup yakin." "Anak yang baik, masuklah."
"Bapa, ampunilah aku. Aku tidak bermaksud begitu kurang ajar. "Dia mengulurkan tangan dan memelukku. "Nak, jangan pernah menyesal untuk itu. Engkau telah mengeringkan air mataKu dan engkau akan melakukannya berkali-kali lagi dalam pelayanan ini. Ada begitu banyak didunia yang membawaKu menangis sedih. Hanya sedikit memindahkan aku ke air mata kebahagiaan! "
Hangat, Dia berkata, "Adalah indah untuk melihatmu disini. Jadi, engkau telah memilih untuk melayani Bapa dan Aku dan orang-orang besar lainnya diruangan ini. "
Perlahan, aku menoleh. Henokh, Abraham, Musa, Yosua, dan banyak lainnya menatap padaku dengan ekspresi ramah.
Perlahan, aku menoleh. Henokh, Abraham, Musa, Yosua, dan banyak lainnya menatap padaku dengan ekspresi ramah.
"Denganmu? Kalian semua? "Tanyaku bingung. "Tentu saja! Apa kau pikirkan Aku melakukan semua untuk kekekalan sebelum ada penciptaan? Aku melayani Bapa. Dan sekarang, Aku sangat senang bahwa engkau bergabung dengan kami dalam tugas yang luar biasa ini. "
Yesus kemudian berpaling kepadaku, EkspresiNya lebih serius. "Ini waktunya untuk Aku memberikanmu karunia yang berharga ini." Di tangan-Nya ada kunci emas berukir indah. Aku bingung.
Lalu Ia berkata, "Ini adalah kunci ke Hati Bapa. Hal ini memungkinkanmu untuk memiliki akses kepadaNya setiap saat.
Kau lihat, ini adalah Kunci Utama. Di rumahNya, itu akan cocok pada semua pintu yang kau lewati. "
"Karena engkau memilihNya, dan melayaniNya, kau akan diberikan pendoa, mengajar, penginjilan, cinta kasih, dan semua pelayanan lainnya, untuk semua yang lebih rendah akan ditinggikan!"
Sekarang, kepuasan batin yang mendalam datang, dalam diriku, dan aku tahu bahwa aku telah membuat pilihan yang tepat. Sekarang, aku akan bekerja denganNya, dan untukNya.
Lalu aku mendengar Yesus berkata kepadaku:
"Marilah, kekasihKu, mari kita pergi ke padang; mari kita ke desa-desa. Mari kita bangun pagi ke kebun anggur; mari kita lihat apakah pohon anggur berbuah, apakah anggur muda muncul, dan tunas buah delima dan sebagainya. Aku akan berikan kepadamu kekasihKu. "
Kidung Agung 7: 11-12
Melayani Bapa
BalasHapus